THOSE WHO WISH ME DEAD (2021)

 Assalamu'alaikum, good day.

Jam 17.20 WIB di Semarang saat ku mulai nulis nih. Suami mendadak harus ke Jakarta sore tadi, kira2 jam 14.22 WIB dia start dari hotel, trus barusan sebelum off HP, katanya ketemu Pak Ganjar di kelas ekonomi Batik Air. Hihihi. Waktu suami ngabarin diminta hadiri Rakor di Jakarta tadi (godain lewat telepon kamar krn telepon ke HP katanya saya nggak denger, ku kira concierge), saya lagi nonton salah satu film terbarunya Angelina Jolie: Those Who Wish Me Dead (2021). Harus paused sembari packing segala keperluan suami. Tayang di HBO beberapa hari lalu, saya kelewatan. Pinisirin dong, kayak apa ya film Jolie yg nggak berbau Disney. Dia jadi petugas damkar. Pasti seru ini, gitu pikirku. Saya bahas film yg rada baru nih.

Di menit-menit awal film arahan sutradara Taylor Sheridan ini, saya excited. Lihat adegan Angelina Jolie (Hannah) kumpul bersama teman2 sesama petugas damkar & ketika tokoh villain Jack (Aidan Gillen) & Patrick (Nicholas Hoult) mendatangi rumah pejabat hukum sebelum rumah itu meledak berikut keluarga jaksa wilayah di dalamnya; masih excited dong menanti jalan cerita selanjutnya. Sampai saat melihat tokoh pengacara forensik, Owen Casserly (Jack Weber), excitement turned into dissapointment. Mulai kecewa. Dikit aja, krn saya tidak pernah nemu film Weber yg bagus. Aktingnya monoton abis. Sambil terus nonton, saya sempat berpikir keras apakah dia aktor yg sama dengan pemeran ayah Shia LaBeouf dalam Disturbia (2007), sekilas mirip, well dalam alam pikiranku. Setelah ku cek, ternyata beda. Yg di Disturbia itu Matt Craven. Kalau ternyata orang yg sama, aneh juga ya lagi2 kebagian peran kecelakaan pas sedang berkendara dengan anak laki-laki, meski Owen dan anaknya, Connor (Finn Little) lebih tepat dikatakan ditembak penjahat. 

Diceritakan, karakter Hannah (Angelina Jolie) adalah seorang petugas damkar yg bisa diterjunkan dari helikopter (bahasa inggrisnya: smokejumper, saya belum tahu padanan bahasa indonesianya), jadi kebanyakan ya daerah operasinya di hutan belantara atau kawasan2 yg sulit dijangkau lewat perjalanan darat. Krn trauma masa lalu di mana dia gagal menyelamatkan seorang rekan & tiga remaja penjelajah, ia ditugaskan di menara pengawas kebakaran hutan di Park County, Montana. Suatu hari, dia bertemu Connor, anak laki-laki Owen Casserly yg baru jadi saksi pembunuhan ayahnya di hutan tsb. Hannah berhasil meyakinkan Connor kalau dia bisa dipercaya sehingga Connor akhirnya mau menyerahkan surat yg sempat ditulis mendiang ayahnya selama pelarian mereka. Sayangnya itu surat isinya nggak dikasih tahu ke penonton sampai film berakhir. Saya takjub dengan celah yg sungguh tidak mungkin tidak disadari oleh penulis naskah, sutradara, kru film & cast ini.

Dua penjahat yg beraksi dalam hampir sepanjang durasi film juga tampak menggelikan, kalo menurutku. Terlalu biasa, tidak meninggalkan rasa bergidik yg spesifik untuk penonton, kurang chemistry-nya. Bahkan cara berdiri Jack saat menodongkan senjata pada Sheriff Ethan Sawyer (Jon Bernthal) kelihatan kaku, tidak tampak seperti pembunuh terlatih. Nggak ada penjelasan sebenarnya kejahatan apa yg sedang mereka sembunyikan sehingga harus membunuh satu keluarga jaksa wilayah & mengejar pengacara forensik asistennya untuk dibunuh. Dari cara mereka (disebut juga dengan The Blackwells) menemukan ke mana Owen & anaknya kabur, ketertarikanku mulai mengendur. Hihihi. Mosok semudah itu ketemu hanya dari lihat foto yg terpajang? Apalagi waktu Jack bilang dia menduga Ethan Sawyer adalah saudara ipar Owen Casserly. Ya emang bener itu kakak iparnya, tapi kenapa harus ada kalimat itu dalam skenario?

Yg terasa mengganggu (menurut saya) adalah bolak-baliknya Hannah & Connor dari hutan ke menara pengawas & begitu banyaknya rekan Hannah sesama petugas damkar yg kekar2 itu tapi nggak ada satupun yg muncul di tengah film. Semua hanya nongol di awal & akhir film. Jadi filmnya hanya one-to-two-people-show. Andai bukan Jolie pemeran utamanya, saya sudah mengira ini film kelas B. Dan andai tidak ada Jolie di dalamnya, saya nggak akan nonton film ini sampe kelar. Boring, guys. Kita menanti-nanti sesuatu besar akan terjadi, tapi nihil.

Tak banyak wajah lama di mata saya selain Angelina Jolie, Jon Bernthal, Aidan Gillen, Jack Weber & Tyler Perry (Arthur, bosnya penjahat). Medina Senghore (Allison Sawyer) scene stealer tunggal bagi saya, mencuri perhatianku. Wanita hamil sigap melakukan perlawanan dengan semprotan APAR (Alat Pemadam Kebakaran) & kabur bersama senapan laras panjang itu di luar dugaanku. Saya sudah bersiap tahan napas dengan adegan bagaimana hidupnya berakhir, ternyata yg terjadi nggak begitu. Belum lagi dia tidak gentar berkuda malam hari di hutan gelap untuk mencari suaminya, dia juga yg membunuh Jack. Lalu sesampai di atas menara pengawas, dia masih bisa tenang melihat suaminya luka parah sementara tidak ada jalan keluar bagi mereka selain menunggu amukan si jago merah melewati bagian bawah menara. Meski filmnya rada bias, what a character, i must say.

It's nice to see Angelina Jolie beraksi lagi, meski nyaris tak ada adegan action seperti dalam Tomb Raider atau Salt. Usianya 45 tahun ketika syuting film ini. Sayang badannya makin ceking aja. Waktu dia teleponan di atas bukit, tangannya begitu kurus sampe terlihat seperti tangan anak kecil.

Those Who Wish Me Dead bukan jenis film yg WOW. Jalan cerita pun kalah seram sama judul, tapi mayan lah jadi obat rindu penggemar The Walking Dead (2010) & Game of Thrones (2011) yg sudah lama ingin lihat penampilan terbaru Aidan Gillen (Little Finger) & Jon Bernthal (Shane Walsh) dalam film. Porsi tampilnya cukup banyak di sini. Sebenarnya dua-duanya aktor bagus, cuma apes ketemu skenario jelek aja.

Kalaupun ada yg dipikirkan dengan matang (sekali lagi menurut saya) sehingga terlihat cerdas adalah adegan di mana Ethan & istrinya, Allison memutuskan menunggu si jago merah yg membakar hutan melintasi menara tempat mereka terjebak berdua. Mereka pakai masker khusus untuk menghalau asap masuk ke paru2. Dari awal film, sering diperlihatkan betapa tingginya menara pengawas di tengah hutan Montana tsb, kaki2 penyangganya terlihat kokoh dari semacam besi/baja--cmiiw. Bangunan utamanya saja yg terbuat dari kayu. Saya salah duga lagi, kirain Ethan & istrinya akan mati dengan amukan kebakaran seganas itu, ternyata mereka hanya lemes diselimuti abu dari kayu bangunan yg hampir habis kena panas api dari bawah. Dulu saya suka nggak tahan dengan sedihnya mendengar berita orang mati terpanggang krn terperangkap dalam kebakaran, tapi agak lega dikit mengetahui sebelum api melalap habis semuanya, manusia yg terperangkap sudah mati duluan krn uap panas sudah lebih dulu menghancurkan paru2 (Na'udzubillah!), setidaknya korban tidak perlu menderita lebih lama. Tapi dari film ini timbul pemikiran baru bahwa kalau hal itu tentu tidak berlaku kalau manusia yg terperangkap itu berada dalam bangunan yg tinggi seperti menara pengawas. Apinya nggak sampai ke atas (apalagi kalau hanya lewat), uap panas hanya sanggup sampai di badan bangunan, semua yg ada di dalam bangunan dapat giliran terakhir terbakar habis (termasuk manusia), kecuali kebakaran mereda & berhenti, seperti yg terjadi pada Ethan & Allison. Ok, i got it.

That's it. Sudah ku tulis semua yg ingin ku sampaikan. Maaf jika ada yg tidak berkenan. Saya me-review dengan fair. Yg bagus ku bilang bagus, yg tidak bagus ya tidak ku bilang bagus. Yg di review itu film yg sudah ku tonton & tidak pake baper sama aktor/aktris manapun meski kehidupan nyatanya amburadul, krn yg saya lihat itu karya & prestasi. So, i'm fair. Saya buktikan, walau bukan penggemar akting & film2 Brad Pitt, tapi di post sebelumnya, saya puji penampilan & film dia: Troy. Dan semua ini menurut saya, yg lain boleh beda pendapat. No bully2, budayakan berargumen sehat. Salam damai & sehat untuk kita semua.

.

#thosewhowishmedead





Komentar