123 AKTOR BESAR DAN BERBAKAT INDONESIA VERSI ANYER (Bagian 6)

Assalamu'alaikum wr wb
Good day semua ...

Hai,
Menyambung tulisan sebelumnya, ini daftar 123 Aktor Besar Indonesia. Kriterianya: Berbakat dan punya kemampuan akting jempolan, dikenal di Indonesia dan sudah berkarir di dunia seni peran (layar lebar maupun layar kaca) selama minimal 10 tahun. Saya nyusunnya bukan berdasarkan tingkat kemampuan, kehebatan dan atau lain sebagainya, hanya berdasar ingatan saja. Semua sama berbakatnya, sama-sama aktor berdedikasi tinggi dengan segudang pengalaman dan prestasi.

Saya sih bukan siapa-siapa, hanya penggemar seni yg ingin  mengapresiasi bintang-bintang senior  tanah air sendiri, terutama dalam dunia seni peran. Pengen jadi bintang film kok nggak mungkin. Usia sudah 30an tahun. Jadi sutradara, ngimpi kali' ye? Hehehe...
Berhubung suka baca dan nulis, jadi mengabadikan kisah hidup dan perjuangan mereka mencapai sukses itu yg paling realistis saat ini. Tulisan ini dipersembahkan sebagai bentuk penghargaan saya pada bakat, kerja keras, prestasi dan dedikasi mereka.

Karena kali ini tentang para aktor asal Republik Indonesia, sebisa mungkin saya tampilkan foto-foto mereka yg kental akan identitas Indonesia; seperti berpakaian sopan, memakai kemeja batik, (kalau ada) mengenakan busana adat Nusantara, berpose dengan latar khas Indonesia atau minimal sedang menghadiri suatu event perfilman.

Untuk beberapa nama, urusan nyari foto bisa jadi kerepotan tersendiri saking langkanya. Search engine saya yg payah atau memang apresiasi terhadap mereka kurang. Entahlah. Selamat membaca, lebih dan kurangnya mohon dimaafkan.


"Indonesian Hall of Fame"


51. RANO KARNO


Lahir: Jakarta, 08 Oktober 1960 
Istri: Dewi Indriati 
Pendidikan: Kursus Akting di Hollywood, Los Angeles, Amerika Serikat 
Profesi: Aktor, Sutradara, Produser, Penulis Skenario, Penulis Novel, Politisi 
Tahun aktif sebagai Aktor: 1970-sekarang 
Film/serial televisi, antara lain: Lewat Tengah Malam (1971), Lingkaran Setan, Malin Kundang (1972), Si Doel Anak Betawi, Yatim, Rio Anakku, Dimana Kau Ibu? (1973),  Romi Dan Juli, Si Rano, Anak Bintang, Ratapan Si Miskin, Senyum Di Pagi Bulan September, Senyum Dan Tangis (1974), Sebelum Usia 17, Jangan Biarkan Mereka Lapar (1975), Wajah Tiga Perempuan (1976), Suci Sang Primadona, Semau Gue (1977), Semau Gue (1978), Gita Cinta Dari SMA, Pelajaran Cinta, Anak-Anak Buangan, Buah Terlarang, Puspa Indah Taman Hati, Remaja Remaja, Remaja Di Lampu Merah (1979), Musim Bercinta, Nikmatnya Cinta, Roman Picisan, Tempatmu Di Sisiku, Selamat Tinggal Masa Remaja, Yang Kembali Bersemi, Kisah Cinta Tommi Dan Jerri, Aladin Dan Lampu Wasiat, Senyummu Adalah Tangisku (1980), Bunga Cinta Kasih, Mawar Cinta Detik-Detik Cinta Menyentuh (1981), Yang (1984), Ranjau-Ranjau Cinta, Pertunangan, Tak Ingin Sendiri (1985), Macan Kampus, Blauw Bloed,  (1986), Arini I (1987), Sumpah Keramat (1988), Arini II, Adikku Kekasihku (1989), Taksi, Pagar Ayu, Sejak Cinta Diciptakan (1990), Taksi Juga, Bernafas Dalam Lumpur, Perawan Metropolitan (1991), Kuberikan Segalanya, Selembut Wajah Anggun (1992), Serial televisi Si Doel Anak Sekolahan (I-V), Kembang Ilalang, Erte Erwe, S.A.R., Si Jago Merah (2008), Satu Jam Saja (2010).
Prestasi/Awards: Aktor Harapan I PWI Jaya 1974 di Surabaya, The Best Child Actor pada Festival Film Asia 1974 di Taipei, Taiwan ; Pemenang Piala Citra pada Festival Film Indonesia 1991 (Taksi), Hadiah Surjosoemanto dari BP2N tahun 1997, Pendiri Rumah Produksi PT. Karnos Film.

Rano Karno kecil

Komentar:
Akting aktor kawakan yg satu ini tergolong alami, terbukti dengan banyak yg memuji. Hanya saja, ia kerap tampil dalam karakter peran yg itu-itu saja dan terkesan pemuram. Menurut saya nih ya? Bisa saja saya salah atau mungkin kurang banyak filmnya dengan pilihan peran yg sama sekali berbeda yg belum pernah saya tonton. Tapi di luar itu semua, beliau ini adalah salah satu seniman tanah air yg saya kagumi idealismenya dalam berkarya. Saya respek dan angkat topi pada karya-karya produksi Karnos Film atau Demi Gisela Citra Sinema. Film-film yg dibintangi Rano Karno juga nyaris selalu jaminan mutu, bahkan masuk dalam jajaran film-film klasik  berkualitas di tanah air dan kiprahnya dalam mewarnai dunia sinematografi tanah air toh tidak perlu diragukan lagi. Beliau ini menaruh perhatian besar pada dunia yg sudah digelutinya sejak masa kanak-kanak, yg bahkan juga menjadi dunia yg digeluti sang ayah dan dua saudara kandungnya. Siapa di tanah air ini yg tidak mengenal nama belakang mereka?

Pada suatu kesempatan, Rano Karno pernah menyatakan keprihatinannya melihat perkembangan film di Indonesia saat ini. Menurutnya, para produser Indonesia sekarang bekerja dikendalikan oleh pihak televisi yg mengejar rating dengan syarat mesti memasukkan unsur-unsur mistis, seks dan lain sebagainya yg tidak mendidik. Bila tak ikut 'arus' itu, siap-siaplah tersingkir. Jadi meskipun sebuah tayangan mempunyai misi membangun karakter bangsa atau punya tujuan ingin mendidik para penontonnya terutama generasi muda, tapi bila dalam dua hingga tiga episode tayangan-tayangan tersebut tidak menarik banyak pengiklan, bisa jadi pihak televisi akan menghentikan penayangan begitu saja, tak peduli kerugian yang diderita para produser. Dan kalaupun para produser ini mengajukan keberatan, mereka pun akan didepak begitu saja. Kedengarannya pahit memang, bahkan mungkin membuat panas telinga pihak-pihak tertentu, tapi fenomena ini toh merupakan kenyataan yg sedang terjadi di negara kita kan? Mungkin itu yg membuatnya vacuum begitu lama ya. Semoga kita semua masih akan menyaksikan lagi karya-karya 'berisi' hasil 'racikan' Rano Karno. Kita beruntung masih punya aktor-aktor sekaliber Rano Karno, Deddy Mizwar, El Manik, Rudi Salam, Cok Simbara dan Sahetapy di tengah-tengah kita. Orang seperti saya pengen banget punya kesempatan belajar banyak dari mereka.

52. ARMAN EFFENDI


Nama lengkap: Achmad Effendi Apip Bin KH. Muhammad Apipuddin

Lahir: 12 Agustus 1938 
Wafat: 22 Pebruari 2012 
Istri: Siti Faridah
Profesi: Aktor
Tahun aktif: 1970-an-1990-an
Prestasi/Award: Aktor Harapan Pendatang Baru Terbaik pada Festival Film Indonesia 1973 di Jakarta untuk film Mereka Kembali.

Aktor Arman Effendi di lokasi syuting film di daerah asalnya: Garut-Jawa Barat

Arman Effendi bersama aktris/penyanyi Grace Simon dalam film perjuangan "Mereka Kembali"
Arman Effendi dan aktris cilik Dewi Rosaria Indah dalam film Deru Campur Debu
Poster film Bandung Lautan Api yang dibintangi Arman Effendi, Christine Hakim dan Tatiek Tito

Komentar: Karena sedikit sekali informasi yg bisa saya kumpulkan untuk aktor veteran senior asal Garut ini, maka saya bercerita secara detail saja tentang kisah pencarian nama beliau ini plus gambarnya dibanyakin. InsyaAllah kalau menemukan data dan informasi lain, saya tambahkan di kemudian hari.
Untuk kesekian kalinya, saya menemui tantangan sulitnya mencari nama aktor yg wajahnya sudah 'tergambar' dalam benak tapi lupa siapa namanya. Demi untuk mendapatkan namanya, saya pantengin nonton film Sunan Kalijaga Dan Syech Siti Jenar melalui Youtube. Saya pernah lihat wajah beliau dalam film tsb dan dari situ pencarian dimulai. Karena kualitas dan resolusi gambar yg jelek banget dari video yg direkam dari tayangan film secara langsung (nggak setuju caranya merekam, jelas membajak karya oranglain), saya tidak bisa begitu saja mendapatkan apa yg saya cari.

Karena di sela kesibukan domestik dan kegiatan di luar rumah, butuh waktu dua hari buat saya nonton film itu, terutama melototin daftar pemeran para sunan yg begitu blur dan warna font-nya nyaris tanpa gradasi signifikan dengan warna latar. Jadi senyum-senyum sendiri membayangkan udah kayak detektif-detektif di Law And Order SVU aja nih melototin video berhari-hari. Kopi dan donat juga ada. Hihihi. Saking sulitnya pencarian, pernah lemas dan mual karena keseringan fokus ke layar monitor, ditambah dengan fikiran bahwa saya mungkin tidak akan pernah menemukan nama aktor ini krn sudah bolak-balik melototi layar.

Ternyata ya, yg namanya usaha mencapai cita-cita, sekecil apapun bila dilakukan terus-menerus sambil terus evaluasi kekurangan sebelumnya, akhirnya ada hasinya juga. Di hari kedua, setelah bolak-balik nekan tombol play-pause-play-rewind-pause-play pada video jelek itu, di permulaan film, ada sedikit progress. Saya coba menghitung jumlah pemeran sunan dan melewatkan semua nama pemeran yg saya udah tahu namanya. Dari situ, tersaring beberapa nama lagi, lalu saya cari mereka satu-persatu di kotak images google. Rasanya yakin betul kalo saya hanya perlu selayang pandang namanya lalu saya bisa langsung tahu itu orang yg saya cari. Setiap wajah yg muncul dan ternyata bukan yg saya cari, nama mereka otomatis keluar dari saringan. Begitu seterusnya sampai akhirnya ketemu juga nama yg ku cari. Ya ampun girang banget! Beliau pemeran Sunan Giri. I found The Winner!

Walaupun yg nampak hanya nama belakangnya: Effendi, tapi ternyata itu saja sudah cukup membantu saya. Dengan hanya bermodalkan nama belakang itu, diulang-ulang nyebutnya, sel-sel di kepala ikut 'membantu'. Alhamdulillah akhirnya ketemu juga nama aktornya. Terharu akutu. Hihihi... yah, biarpun cuma pencapaian personal yg nggak ada artinya buat orang lain ye. Campur aduk perasaan antara beratnya perjuangan mencari dan takjub dengan rendahnya ternyata penghargaan kita untuk bintang-bintang film senior angkatan Arman Effendi ini. Padahal dari hasil penemuan ini, saya baru tahu ternyata selain aktor Zainal Abidin, Arman Effendi juga salah satu Bapak Perfilman Nasional (asal Garut) lho. Setidaknya aktor sekelas beliau ini bisa dengan mudahnya dicari kisah hidupnya. Nyatanya, sebagian besar informasi mengenai Arman Effendi saya dapatnya dari www.fokusjabar.com, media asal Garut yg begitu bangga dengan semua putra daerahnya yg sudah mengharumkan nama daerah asalnya, termasuk mereka yg berkiprah di dunia perfilman tanah air. Thanks to media-media seperti ini.
Setelah namanya ketemu, dari berbagai sumber yg terbatas, berhasil juga mengumpulkan sejumlah informasi mengenai Arman Effendi. Nama asli sebenarnya Achmad Effendi. Seperti kebanyakan bintang lainnya, biar unik, beliau ganti nama jadi Arman Effendi. Nama depan "Arman" sendiri beliau ambil dari nama tokoh yg diperankan aktor Bambang Irawan dalam film Delapan Pendjuru Angin.
Film-film yg pernah dibintangi sepanjang karirnya yg membentang sejak dekade 1970an hingga 1990an tentunya cukup banyak, tapi sementara ini saya baru menemukan enam judul film : Anak-Anak Revolusi, Hamidah, Sona Anak Srigala, Deru Campur Debu, Mereka Kembali dan Bandung Lautan Api. Aktor kharismatik ini wafat dalam usia 73 tahun di bumi Garut, di tengah deru kesunyian penghargaan akibat terlupakan oleh tanah airnya sendiri.

Yg jadi pertanyaan saya, di saat yg hampir bersamaan dengan pencarian aktor Arman Effendi, saya juga sudah terpikir mau masukin dua nama lagi dalam daftar, meski saat ngetik ini, belum ketemu juga. Salah satunya adalah pemeran Umar Wirahadikusumah dalam beberapa film perjuangan di Indonesia. Dulunya saya yakin pemeran Umar Wirahadikusumah dan Arman Effendi adalah orang yg sama, Tapi setelah dipikir lagi, sepertinya salah. Benar begitu nggak ya? Ah, jadi nggak yakin lagi dengan apa yg tadinya saya yakini betul. Ya Allah, jangan biarkan saya terjebak dalam pusaran kebingungan ala Rahman Yakob-Eeng Saptahadi dan Rd Mochtar-WD Mochtar lagi... 😂
Kalau ada teman-teman pembaca yg kebetulan tahu nama pemeran Umar Wirahadikusumah, bisa tolong disebutkan di comment atau kirim ke e-mail add: erha7769@gmail.com  🙏

53. TEDDY SYACH


Lahir:
Jakarta, 21 Agustus 1974
Istri: Rina Gunawan
Profesi: Aktor
Profesi sebelumnya: Model 
Tahun aktif sebagai Aktor: 1994-sekarang  
Sinetron, antara lain: Demi Masa, Borobudur, Elegi Dua Cinta, Mister Hologram, Pat Pat Gulipat, Bintang, Hingga Akhir Waktu, Hamba-Hamba Allah, Faiz Dan Faizah, Inayah d.a. Hareem, Karmila, Anugerah, Yusra Dan Yumna, Yang Masih Di Bawah Umur, Anak-Anak Manusia.


Komentar: Di nomer urut ketiga dalam bagian ini atau yg ke-53 dalam keseluruhan daftar, ini dia putra sekaligus penerus aktor/sutradara Fritz G. Schadt (1940-2001). Meskipun ia punya tiga saudara laki-laki yg juga berprofesi sebagai aktor (Atalarik Syach, Attila Syach dan Attar Syach), tapi menurut mata saya, kualitas akting Teddy Syach-lah yg paling menonjol dan berkarakter, itu jadi alasan mengapa saya masukkan namanya dalam daftar.

Teddy Syach, seperti halnya para aktor seangkatannya seperti Sandy Nayoan, Derry Drajat dan Adipura; adalah bakal-bakal aktor kawakan masa depan, bila saja mereka diberi kesempatan lebih luas untuk tampil dalam film-film berkualitas yg didukung skenario bagus pula. Aktor-aktor seperti Adipura dan Teddy Syach juga perlu mencoba tantangan baru seperti terlibat dalam film-film layar lebar untuk mengasah kualitas akting mereka yg masih sangat mungkin berkembang. Kalau terlalu sering tampil di sinetron yg hanya mengutamakan rating ketimbang kualitas, 'ketajaman' bakat mereka pelan-pelan bisa 'tumpul' tuh. Saya masukkan mereka berdua dalam daftar sambil berharap mereka yg masih punya jalan panjang ini akan lebih berkembang lagi--Well, it's just my opinion really.

54. AEDY MOWARD

Aedy Moward bersama aktris Chitra Dewi

Nama lengkap: Edy Muwardi Abdul Azis bin Abbid
Lahir: Kotaraja-Banda Aceh, 29 Nopember 1929
Wafat: 06 Nopember 1980 
Pendidikan: Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Profesi: Aktor
Tahun aktif: 1950-1980
Film, antara lain: The Long March, Enam Djam Di Djogja (1950), Embun (1951), Terimalah Laguku (1952), Kafedo, Krisis (1953), Lewat Djam Malam (1954), Pilihan Hati, Tauhid (1964), Tikungan Maut (1966), Apa Jang Kau Tjari, Palupi? (1969), Impas, Lewat Tengah Malam, Pengantin Remaja (1971), Aku Tak Berdosa, Angkara Murka, Catatan harian Seorang Gadis, Flamboyan, Hanya Satu Jalan, Lingkaran Setan, Mama, Mereka Kembali, Seribu Janji Kumenanti;Vergine Di Bali, LA (1972), Cinta Pertama, Bumi Makin Panas, Bundaku Sayang, Dimadu, Jauh Di Mata, Patgulipat, Pencopet, Bulan Di Atas Kuburan (1973), Ateng Raja Penyamun, Atheis, Demi Cinta, Gaun Pengantin, Si Mamad, Seruling Senja, Susana (1974), Ateng Mata Keranjang, Balas Dendam, Laila Majenun, Malam Pengantin, Ranjang Pengantin, Semalam Di Malaysia (1975), Inem Pelayan Seksi, Cinta Abadi, Oma Irama Penasaran, Ranjang Siang Ranjang Malam, Wajah Tiga Perempuan (1976), Ali Topan Anak Jalanan, Guna-Guna Istri Muda, Inem Nyonya Besar, Inem Nyonya Seksi II, Inem Nyonya Seksi III, Kemelut Hidup, Manager Hotel, Petualang Cilik, Sejuta Duka Ibu, Terminal Cinta (1977), Bahaya Penyakit Kelamin, Binalnya Anak Muda, Bulu-Bulu Cendrawasih, Kasus, Raja Dangdut (1978), Di Ujung Malam, Kisah Cinta Rojali Dan Zuleha, Kutukan Nyai Roro Kidul, Cinta Segitiga (1979).
Prestasi/Award: Aktor Pendukung Terbaik pada Festival Film Indonesia 1975 (Bulan Di Atas Kuburan).

Aedy Moward bersama Deddy Sutomo

Komentar: Untuk kesekian kalinya, menemukan aktor veteran di mana saya harus kesulitan lagi untuk  nyari foto beliau seorang diri. Yg terpajang di atas adalah yg terbaik dengan resolusi foto paling jelas yang bisa saya dapatkan, itupun profil wajahnya kurang ngadep depan, tapi semoga dengan sedikit gambar saja, ingatan pembaca bisa 'segar' kembali, terutama angkatan saya ke bawah. Saya sendiri sempat salah mengenali Aedy Moward sebagai A. Hamid Arief (sudah ada dalam daftar sebelumnya) dan A. Hamid Arief sebagai Aedy Moward.
Aedy Moward adalah aktor yg di masa jayanya sering tampil dalam film-film Benyamin S., Ateng dan Iskak. Ia juga termasuk cast dalam semua film Inem Pelayan Seksi berikut sekuel-sekuelnya, bersama Titiek Puspa dan Doris Callebout. Aedy Moward sedang berada di puncak karirnya ketika beliau mendadak berpulang ke Rahmatullah tahun 1980. Aktor yg tercatat paling produktif pada tahun 1972 dan 1978 ini dinilai tampil dengan akting memukau melalui film-film seperti Krisis, Tauhid, Mama, Atheis, Bulan Di Atas Kuburan. Yg terakhir mengganjarnya dengan Piala Citra pada tahun 1975 dalam ajang penghargaan yg juga merupakan lambang supremasi perfilman Indonesia: Festival Film Indonesia.

55. PIET BURNAMA

Nama lengkap: Pieter Moses Burnama/Pietrajaya Burnama
Lahir: Cirebon-Jawa Barat, 08 Agustus 1934 
Wafat: Jakarta, 06 Nopember 2010 
Pendidikan: Akademi Teater Nasional (ATNI) 
Profesi: Aktor, Sutradara, Penulis Skenario
Tahun aktif sebagai Aktor: 1963-2010 
Film/sinetron, antara lain: Pedjuang, Mendung Sendja Hari (1960),Akce Kalimantan (1961), Antara Timur Dan Barat, Balada Kota Besar, Lembah Hidjau (1963), Kunanti Djawabmu (1964), Apa Jang Kau Cari, Palupi? (1969), Dan Bunga-Bunga Berguguran (1970), Malam Jahanam (1971), Jangan Biarkan Mereka Lapar, Senyum Dan Tangis (1974), Cinta (1975), Impian Perawan, Janji Sarinah (1976), Gombal Sampai Tua (1978), Wanita Segala Jaman (1979), Malu-Malu Kucing, Ratapan Anak Tiri II, Sejoli Cinta Bintang Remaja (1980), Sejuta Serat Sutra, Nila Di Gaun Putih, Gundala Putra Petir (1981), Tapak-Tapak Kaki Wolter Monginsidi, Duel Naga Wulung, Perawan Rimba, Tongkat Sakti, Ajian Macan Putih, Tangkuban Perahu, Dongkrak Antik, Lebak Membara, Sentuhan Kasih (1982), Pokoknya Beres, Yang, Bergola Ijo, Mandi Dalam Lumpur, Untukmu Kuserahkan Segalanya, Pemburu Harta Karun, Ranjau-Ranjau Cinta, Saat Yang Indah, Danger-Keine Zeit Zum Sterben, Pemburu Harta Karun, Kabut Perkawinan (1984), Serpihan Mutiara Retak, Kulihat Cinta Di Matanya, Si Buta Dari Gua Hantu, Gadis Hitam Putih, Gejolak Cinta Pertama, Gejolak Kawula Muda, Semua Karena Gina, Preman, Gerhana 91985), Merangkul Langit, Di Dadaku Ada Cinta, Beri Aku Waktu, Tjoet Nja' Dhien, Opera Jakarta, Tak Seindah Kasih Mama (1986), Penginapan Bu Broto, Bilur-Bilur Penyesalan (1987), Irisan-Irisan Hati, Nyi Mas Gandasari, Bunga Desa, Arwah Anak Ajaib, Noesa Penida, Bisikan Arwah, Dia Bukan Bayiku, Rimba Panas (1988), Sesaat Dalam Pelukan, Langitku Rumahku, Cinta Punya Kamu, Cinta Punya Mau, Pacar Kedua, Si Pahit Lidah Dan Si Mata Empat (1989), Pemburu Nyawa, Dua Kekasih, Pedang Naga Pasa, Jangan Bilang Siapa-Siapa, Ajian Pamungkas, Putri Kembang Dadar, Pengantin (1990), Taksi Juga, Barang Titipan, Tiada Titik Balik (1991), Pintar-Pintaran, Gadis Metropolis, Plin-Plan (1992), Gara-Gara (1993), Tergoda (1994), Kekasih The Lovers, Oh Baby (2008), Rindu Purnama (tayang 2011), Sinetron Gara-Gara, Mutiara Cinta, Kasih, Menanti Keajaiban Cinta.
Prestasi/Awards: Nominasi Piala Citra pada Festival Film Indonesia (FFI) 1982, 1986, 1988, 1990 kategori Aktor Pendukung Terbaik untuk masing-masing film Nila Di Gaun Putih, Beri Aku Waktu, Tjoet Nja' Dhien, Langitku Rumahku; Pemenang Piala Citra pada FFI 1989 kategori Aktor Pendukung Terbaik untuk film Noesa Penida, nominator pada FFI 2004 kategori Pemeran Pria Terbaik untuk film FTV Perayaan Besar.


Komentar:
Kali ini kita 'bertemu' dengan aktor besar Indonesia putra daerah Maluku. Orangtua beliau merantau ke Jawa sebelum jaman kemerdekaan. Piet Burnama atau juga biasa dikenal dengan nama panggung Pietrajaya Burnama ini sejatinya adalah aktor-sutradara-penulis skenario, tapi pada kenyataannya, beliau lebih populer sebagai aktor, meskipun banyak film-film yg disutradarainya juga cukup berhasil di pasaran; sebut saja Pedjuang; Mei Lan, Aku Cinta Padamu (1974), Ateng kaya Mendadak (1975), Si Buta Dari Gua Hantu (1977) dan Lima Harimau Nusantara (1993).
Kali ini pengalaman saya: ngetik film Piet Burnama sedemikian panjangnya sampai di ujung, ternyata baru ketahuan kalau yg saya ketik itu daftar film yg disutradarai, bukan dibintangi. Hahay... Haiyya... Aktor serba bisa yg sudah tampil di genre-genre film laga, drama hingga komedi ini seangkatan dengan Maruli Sitompul, WD. Mochtar, Kusno Sudjarwadi dan Rachmat Hidayat. Saat masih kuliah di ATNI, Piet Burnama kerap berada di belakang layar setiapkali pementasan (biasanya sebagai penata lampu) sebelum akhirnya mendapat kesempatan tampil sebagai pemeran utama membawakan tokoh kolonel yg kejam. Debut layar lebar beliau adalah film Aku Hanya Bajangan (1963).

56. IKRANAGARA


Nama lengkap: Muhammad Bakrie

Lahir: Loloan Barat-Bali, 19 September 1943
Pendidikan: SMA Negeri Singaraja, Fakultas Ilmu Kedokteran UGM (tidak diselesaikan)
Profesi: Aktor, Sutradara, Sastrawan, Seniman Teater, Pelukis
Tahun aktif sebagai Aktor: 1960-sekarang
Film/karya teater/serial televisi, antara lain: Pagar Kawat Berduri (1961), Bernafas Dalam Lumpur (1970), Si Doel Anak Modern (1976), Cinta Biru (1977), Dr. Siti Pertiwi (1979), Untukmu Indonesiaku (1980), Djakarta 66 (1982), Kejarlah Daku Kau Ku Tangkap (1985), Keluarga Markum, Bintang Kejora (1986), Laskar Pelangi, Under The Tree (2008), Garuda Di Dadaku (2009), Sang Pencerah (2010), Sang Kyai (2013); Karya Teater Topeng (1972), Saat-Saat Drumband, Mengerang-Ngerang (1973), Angkat Puisi (1979), Tirai (1984); Serial televisi Sebuah Pintu Kalbu (1992), Dukun Palsu (1995), Masih Ada Waktu (1997).
Prestasi/Award: Pemeran Pendukung Pria Terpuji pada Festival Film Bandung 2009 (Garuda Di Dadaku).

Penampilan Ikranagara dalam film Laskar Pelangi

Komentar:
Naaah, ini dia nih salah satu aktor kawakan handal favorit saya yg masih tersisa dari era 1960-1970an dan masih eksis hingga sekarang dengan film-film Indonesia yg semakin hari juga semakin menunjukkan kemajuan dalam hal kualitas. Membuat kemampuan akting para casts pendukungnya yg dasarnya sudah bagus makin bersinar. Si mantan mahasiswa fakultas kedokteran yg pemalu.

Saya pribadi pertamakali lihat perform Ikranagara melalui film-film Deddy Mizwar, Lidya Kandouw dan Ully Artha, seperti Kejarlah Daku Kau Ku Tangkap dan Keluarga Markum. Waktu nonton pertamakali itu, saya masih SMP. Salut dengan beliau ini karena di tengah gencarnya stigma seorang bintang haruslah sempurna dalam hal fisik dan gaya rambut maupun cara berpakaian, seolah sepotong kayu yg tegak berdiri di tengah aliran sungai yg deras, Ikranagara justru tampil beda dan tak merasa terganggu dengan pilihannya tersebut. Dalam Kejarlah Daku Kau Ku Tangkap, di tengah dominasi penampilan akting-akting keren dari trio Deddy-Lidya-Ully, toh performa akting Ikranagara lah yg paling 'mencuri' perhatian saya. Saya tidak sendirian krn terbukti dengan dibuatnya film berjudul Keluarga Markum dengan jajaran casts yg sama namun kali ini fokus cerita dipusatkan pada Ikranagara dan keluarga barunya. Fenomena seperti ini hanya terjadi apabila dalam film sebelumnya, sang aktor/aktris yg tadinya berperan sebagai pemain pendukung dinilai sukses 'mencuri' perhatian penonton.

Contoh lainnya seperti film Catatan Si Boy di mana penampilan akting yg menonjol dari tokoh Emon yg dibawakan dengan sangat brilian oleh Didi Petet kemudian menjadi daya tarik unik dari film itu. Begitu terkesannya produser hingga membuatkan film Catatan Si Emon, meskipun pemerannya  bukan Didi Petet lagi.
Setelah tampil dalam dua film tersebut di atas, saya tidak pernah lagi menonton film-film yg dibintangi aktor yg juga seniman serba bisa ini. Sampai sekitar tahun 2009, saya mengenali wajahnya dalam film Laskar Pelangi.

Saat itu saya dan Suami nemenin anak nonton di bioskop, jadi awalnya saya kurang antusias. Kenapa? Pertama, ini film hasil adaptasi buku yg sudah lebih dulu sukses. Saya kebetulan pembacanya dan selama ini saya hampir tidak pernah lihat film adaptasi buku bacaan yg berhasil memuaskan pembacanya ketika sudah beralih ke dalam bentuk visual. Saya sih maklum saja krn penggiat dunia film memang terbentur dengan urusan durasi. Beberapa dari segelintir  film yg berhasil memukau saya meskipun saya juga pembaca bukunya adalah Harry Potter dan The Hunt for The Red October (di Indonesia belum terpikir). Kedua, ambience bioskop sekarang nggak kayak dulu. Penonton sekarang banyak buka gadget, berisik, dikit-dikit tepuk tangan, dikit-dikit pada terbahak-bahak padahal nggak ada yg lucu. Dikate ini pertunjukan live ape? Jadi kalopun saya pergi nonton di bioskop, haruslah krn alasan kuat. Seringnya ya krn mau nyenengin anak dan suami. Dibanding saya, mereka yg paling membutuhkan hiburan, saya nggak boleh egois. Ketiga, film Indonesia umumnya cepat banget beredar di teve kabel, jadi saya lebih suka nunggu aja tayangannya di rumah.

Kembali ke Laskar Pelangi, krn keinginan anak, pergilah kami nonton film ini. Saya yg sejak awal iseng merhatiin deretan casts langsung antusias manakala lihat ada Mathias Muchus dan... Ikranagara! Rasanya lama betul tidak pernah lagi menyaksikan penampilan mereka di layar lebar. Duduk langsung tegak, tidak sabaran menanti scene Ikranagara. Kecuali bahwa pertambahan usia membawa banyak perubahan fisik, penampilannya dalam film Laskar Pelangi itu tetap sama bagusnya dengan penampilannya dalam film-film yg  pernah dibintanginya 20an tahun yg lalu. Tidak pernah mengecewakan. Begitu juga dalam film-film Ikranagara selanjutnya, seperti Garuda Di Dadaku, Sang Pencerah dan Sang Kyai; beliau selalu tampil dengan akting memukau.

Aktor berdarah campuran Madura dan Makassar ini sejak usia SD sudah pandai menggambar, mengarang, melukis dan menjadi dalang, bahkan saat itu, ia sudah bisa membuat wayang dan saat usia SMP, puisi-puisi karangannya sudah dimuat di harian lokal di Bali. Keinginan membuat puisi sangat dipengaruhi oleh rasa kagumnya pada penyair Chairil Anwar. Ikranagara satu sekolah dengan seniman teater yg juga sutradara: Putu Wijaya. Mereka pernah mendirikan teater bersama, tapi karena punya sifat pemalu, awalnya Ikranagara tak berani tampil dan terus menekuni puisi. Atas desakan Putu Wijaya, beliau pun mencoba-coba tampil dan ternyata dunia seni peran dirasanya sangat mengasyikkan.
Karena keinginannya menjadi dokter, Ikranagara pun pindah ke SMA Banyuwangi dan punya kenalan seorang penyair yg lantas menumbuh-suburkan jiwa seniman dalam dirinya. Ia bergabung dalam Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI) dan mendalami ideologi kesenian. Ia turut aktif dalam kegiatan dekonstruksi terhadap teater nasional dalam artian positif, seperti halnya yg sudah dilakukan oleh WS. Rendra dan Putu Wijaya. Saat kuliah, praktikum dan studi menjadi tak penting lagi baginya. Inilah rupanya yg membuatnya akhirnya memilih tidak meneruskan kuliah kedokterannya.

57. REMY SILADO


Nama lengkap: Japi Panda Abdiel Tambayong (Jubal Anak Perang Tambayong)
Lahir: Makassar-Sulawesi Selatan, 12 Juli 1945
Pendidikan: Akademi Kesenian Surakarta, Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) Solo, Akademi Bahasa Asing (Jakarta), Belajar Melukis di HBS Solo (1962).
Profesi: Aktor, Wartawan, Sastrawan, Dramawan, Penulis
Tahun aktif sebagai Aktor: 1972-sekarang
Film/sinetron, antara lain: Pelarian (1973), Dua Kribo (1977), Mawar Cinta Berduri Duka (1981), Tinggal Sesaat Lagi (1986), Akibat Kanker Payudara (1987), Dua Dari Tiga Laki-Laki (1989), Blok M, Taksi (1990), Gadis Metropolis (1992), Sinetron Siti Nurbaya, Mahkota Majapahit (1994), Bunga Sutra (1997).
Prestasi/Awards: Piagam Apresiasi dari Walikota Surakarta (1989), Aktor Terpuji Festival Film Bandung (2003), Satya Lencana Kebudayaan RI (2004), Piagam Apresiasi dari PAPPRI (2006), Piagam Apresiasi dari Gubernur DKI (2007), Tirto Adhi Soerjo Award (2008).


Komentar: Remy Silado sebenarnya bukan sekedar aktor. Putra daerah Manado, Sulawesi Utara ini juga penulis puisi, novel, drama dan esai. Banyak kalangan menyebutnya sebagai "Seniman Komplit", selain juga sebagai "Sastrawan Mbeling". Awalnya ketika mencari nama aslinya, saya pikir tidak perlulah saya menuliskan "Jubal Anak Perang" sebab dengan begitu banyaknya nama samaran untuk karya-karya tulisnya, saya menduga ini hanyalah salah satunya saja. Ternyata "Jubal Anak Perang" itu sungguh-sungguh nama asli beliau yg kemudian dipendekkan menjadi "Japi". Hahaha.

Untuk urusan nama ini, Remy Silado juga punya banyak nama samaran, sebut saja Dova Zila,  Alif Danya Munsyi atau 23761. Khusus yg terakhir itu, ada cerita tersendiri yg ingin saya sampaikan di sini. Pertama, angka itu diambilnya dari chord pertama lagu All My Loving (The Beatles). Kedua, angka itu juga sebagai simbol pengingat pengalamannya pada tanggal 23 Juli 1961, ketika ia pertamakali mencium seorang wanita. Nyleneh kan yak.

Karena ini kategori khusus untuk para aktor, maka sementara ini saya membahasakan beliau sebagai "aktor" saja tanpa bermaksud mengecilkan pekerjaan lainnya sebagai sastrawan, budayawan, dst. Aktor yg juga menguasai bahasa Arab, Ibrani, Mandarin dan Yunani ini pernah menjadi Ketua Teater Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung pada tahun 1977 (Nah kan? Teater lagi, teater lagi). Minatnya pada dunia seni peran sudah ada sejak usia SD saat ia menempuhnya di kota Semarang. Ini dibuktikannya dengan terlibat dalam pementasan drama di usia kanak-kanak. Beliau kemudian membentuk grup drama Padepokan Teater di Jakarta yg sebagian besar anggotanya merupakan jebolan Bengkel Teater Pimpinan WS. Rendra. Menurut www.tamanismailmarzuki.com, kegiatannya dalam dunia teater membantunya berpikir kritis dan rasional. Hasil jerih payahnya di teater dipersembahkan untuk para anggotanya yg bermarkas di rumahnya yg berbentuk rumah panggung gaya Manado di Jakarta Timur.

Untuk karya-karya tulis, Remy Silado jempolan deh. Saya sendiri pernah membaca "9 Oktober 1740", "Pangeran Diponegoro: Menggagas Ratu Adil Jilid 1" dan pernah setia langganan Harian Kompas hanya supaya bisa terus ngikutin dan bikin kliping cerber "Namaku Mata Har." Senang dengan gaya bahasa dan jalan ceritanya yg selalu punya alur nyeleneh dan berbeda dari karya sastra-karya sastra lainnya.

Khusus untuk film, saya pertamakali menyaksikan Remy Silado dalam film Tinggal Sesaat Lagi. Film produksi tahun 1986 yg turut dibintangi oleh Ita Mustafa itu menurut saya menjadi sangat bagus dan menarik terutama karena penampilan Remy Silado yg sebetulnya hanya sebagai pemeran pendukung tapi kemudian berubah menjadi scene stealer di setiap kemunculannya. Aktingnya benar-benar alami. Saya terkesan. Saya pikir nggak ada salahnya saya menempatkan beliau dalam daftar ini.

58. ROBBY SUGARA


Nama lengkap: Robert Kaihena
Lahir: Malang-Jawa Timur, 20 Juni 1950
Pendidikan: STM Poncol Jurusan Sipil Bangunan, Sekolah Perhotelan
Istri: Bertha Suwages
Karir yang pernah dijalani: Manager Restoran dan Bintang Iklan
Profesi sekarang: Aktor
Tahun aktif sebagai Aktor: 1974-sekarang
Film/Sinetron, antara lain: Rahasia Perawan (1975); Widuri Kekasihku, Liku-Liku Panasnya Cinta, Kisah Cinta, Sentuhan Cinta, Wajah Tiga Perempuan (1976); Marina, Papa, Sorga, Nasib Si Miskin, Gaun Hitam (1977); Pulau Cinta, Buaya Deli, Perempuan Tanpa Dosa (1978); Kabut Sutra Ungu, Anna Maria, Romantika Remaja (1979); Sejoli Kasih Bintang Remaja, Ratapan Anak Tiri II, Bukan Sandiwara (1980); Detik-Detik Cinta Menyentuh, Nila Di Gaun Putih, Amalia, Dr. Karmila (1981); Ke Ujung Dunia (1983); Nyai Dasima, Jangan Pergi Dariku, Tersanjung.


Komentar: Aktor berdarah Jawa-Ambon-Belanda ini memulai karirnya di dunia hiburan melalui iklan minyak rambut Brisk yg sempat melambungkan namanya sebagai bintang iklan muda di tanah air. Iklan itu berjasa membawa dirinya menarik perhatian sutradara kenamaan di era 1970an (Ali Shahab) yg kemudian mengajaknya main dalam film Rahasia Perawan, beradu akting bersama aktris senior, Tanty Yosepha. Bersama Roy Marten, Yatie Octavia, Yenny Rachman dan Doris Calleboute; Robby Sugara masuk dalam jajaran The Big Five, julukan yg diberikan untuk lima orang bintang film Indonesia yg sangat terkenal sebagai aktor/aktris yg paling laris di masa itu mahal. Julukan tersebut juga menandai jejak mereka hingga mencapai puncak stardom sebagai bintang-bintang film terkenal di tanah air.

***Update 16 Juni 2019: Robby Sugara baru saja meninggal karena serangan jantung pada 13 Juni 2019. The Big Five pertama yg meninggalkan kita semua. Rest in proud.

59. ADIPURA


Komentar: Nah, guys. Hari ini 10 Februari 2022, i'm back setelah bertahun-tahun kategori yg ku buat tahun 2013 ini berhenti di Robby Sugara. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali kan? Aseeek. Sampe beberapa sudah ada yg meninggal terhitung hari ini padahal waktu pertamakali nulis tahun 2013, masih pada segar-bugar. Apapun rencanaku dalam kepala, saya harus bergegas ini. Coba ya, dari Didi Petet, Adi Kurdi sampe Robby Sugara pergi dalam kurun waktu sembilan tahun. Dan yg tadinya hanya 77 Aktor saja, krn mau melangkah ke proyek yg lebih serius dari sekedar blog, saya terpikir menjadikan 100 atau 177 Aktor Besar Indonesia. Kuatir kena amuk massa. Hehehe. Udah digeber orang kapan ngelanjutin tulisan untuk kategori ini, post ku yg paling banyak dibaca, puluhan ribu kali.

Kembalinya saya menulis di sini dimulai dari aktor Adipura yg sebenarnya kualitas aktingnya menurut saya tuh levelnya layar lebar, sayang dia kok banyak beredarnya di dunia layar kaca alias sinetron. Mungkin sudah 10 tahunan eik tidak pernah nonton sinetron lagi, jadi kurang tahu apakah saat ini dia masih eksis di sinetron atau nggak. Menurut Wikipedia, ada dua film Adipura: Reinkarnasi (2000) & Singa Karawang-Bekasi (2003). Nggak begitu produktif kan ya? Ada yg pernah lihat penampilan aktor bernama lengkap Adipura Prabahaswara ini?

60. KRISNO BOSSA


Komentar: Wajahnya familiar & sudah berada di industri perfilman sejak awal dekade 1980-an. Dengan talenta & kekuatan akting yg dimilikinya, saya harus memasukkan beliau di sini.
Nama: Benediktus Sukrisno
Lahir: 2 Juli 1952
Wafat: 23 Februari 2017
Cause of death: Stroke
Filmografi: 
  • Ranjau-Ranjau Cinta (1984)
  • Sunan Gunung Jati (1985)
  • Pendekar Bukit Tengkorak (1987)
  • Siluman Kera (1988)
  • Pertarungan Iblis Merah (1988)
  • Jurus Dewa Naga (1989)
  • Tutur Tinular (Pedang Naga Puspa) (1989)
  • Jawara Sok Kota (Jawara-Jawara) (1990)
  • Pendekar Jagad Kelana (1990)
  • Badut-badut Kota (1993)
  • Bendera (2002)
  • Petualangan 100 Jam (2004)
  • Rumah Pondok Indah (2006)
  • Tapi Bukan Aku (2008)
  • Kekasih The Lovers (2008)
  • Pocong Setan Jompo (2009)
  • Nol Rupiah (film pendek, 2013)
  • Musik untuk Cinta (2016)
  • Mars: Mimpi Ananda Raih Semesta (2016)

  •     
    Alhamdulillah genap nih kelompok ke-enam. Terimakasih semua yg sudah membaca.








    Komentar

    1. aktor-aktor lain seperti Turino Junaidy, bambang Irawan, bambang Hermanto, rahmat kartolo Bing Slamet, WD Mochtar, raden Mochtar dll kok nggak masuk? ini kurang lengkap Oh ya saya lupa Roy Marten juga nggak ada

      BalasHapus
    2. Makasih kunjungan dan comment-nya, Muhammad Resky. Seperti yg saya sebutkan diatas, ada satu nama aktor yang belum saya dapatkan sampai sekarang, jadi Aktor ke-60 harus 'ngantri' dulu. Nah, aktor ke-60 itu adalah Roy Marten. Sedang untuk nama-nama beberapa aktor yang anda sebutkan, ada kok di Bagian lainnya. Tulisan ini saya bagi dalam enam bagian biar nggak keder bacanya. Tentu saja karena ini versi saya dan ada kriteria khusus yg saya buat, jadi mungkin beberapa nama dalam versi oranglain bisa saja tidak muncul disini. Tapi bukan berarti tidak berbakat atau apapun, toh ini sekedar tulisan saya saja.

      BalasHapus
    3. Maaf, sepertinya ini memang versi pribadi .....

      BalasHapus
    4. nino fernandez kaya robby sugara weaktu muda

      BalasHapus
    5. Arman effendy di film Bandung lautan api sama flm mereka kembali itu nama peran nya sama
      Bisa jadi film mereka kembali itu sekuel nya dari film Bandung lautan api

      Karna
      Film Bandung lautan api itu cerita nya antara taun 1955-1946
      Dan agresi militer Belanda membuat pasukan Siliwangi yang ada di jabar harus ke Jateng

      Lalu kita beralih ke film mereka kembali
      .yg masi nama peran nya sama (Priyatna)
      Yg cerita film itu agresi militer Belanda 2 yg harus tentara Siliwangi yg ada di jateng harus kembali ke jabar

      Dan pemeran Nani juga fi dua film itu ada..

      Saya anggap film Bandung lautan api dan mereka kembali itu sekuel

      Bisa diliat juga dri tanggal rilis
      Bandung lautan api rilis di taun 1970 sedangkan mereka kembali rilis di 1972

      BalasHapus
    6. berkat blog ini, gw jadi tau kalo aktor yang gw cari namanya arman effendy. familiar dengan wajahnya tapi g tau namanya.

      BalasHapus

    Posting Komentar