THE PAINTED VEIL (2006)

 Assalamu'alaikum. Good day.

Akhirnya saya tumbang juga. Weekend kemarin sempat ke Jakarta ikut meet & greet traders group-nya Pr*dita. Setengah nekat krn penularan Omicron sedang meningkat di Jakarta, tapi Bismillah aja demi ilmu. Yg penting tetap jaga jarak & prokes ketat. Saya ke Jakarta Sabtu pagi, balik Semarang Minggu pagi. Bener2 nggak ada istirahatnya di sana. Tiba hotel, sholat, ke Blok M Plaza cari makan & beli sikat gigi. Sampe hotel, mandi, langsung ke tempat acara di Rasuna Said, Kuningan. Pulang2 udah malem, selonjoran 10 menit, berangkat lagi ke klinik untuk test antigen. Sampe hotel gak langsung ke kamar krn nunggu makan malam Gofood sekalian. Abis makan, mandi, sholat, chat bentar sama suami, bangun2 udah harus siap2 ke bandara lagi, pake drama haid subuh2. Terpaksa banget mintol concierge beliin you-know-what. Sampe Semarang tuh langsung ke Nissin sama suami & anak, mau beli biskuit2 lagi untuk mama papa, mumpung ponakan2 lagi pada ngumpul juga di Makassar. E buset, sampe sana orang bejubel, dus2 biskuit diangkut ke bagasi bis2 berukuran raksasa. Habis, bis. Gile bener, Nissin dirampok, guys. Batal deh ngirim paket besok Seninnya.

Para mentor & tamu yg dateng dari Bali & Surabaya itu sekarang lagi pada isoman krn positif covid, kecuali 2-3 orang hasil test PCR-nya negatif. Saya sempat parno krn kami foto2 di acara itu. Tapi mereka party juga sih ke pub, saya kan langsung pulang. Lha ini kok jadi demam & batuk2. Yaa Allah...

Dah, saya kebut cerita film lagi aja. The Painted Veil. Film udah agak lama, kisah cinta yg agak rumit tapi romantis banget, saking romantisnya, saya hanya nonton 2x, nggak kuat sama pesona dua sejoli itu. Bikin iri sekaligus sedih. Ini film remake, aslinya pertamakali tayang pada tahun 1934 dengan dua pemeran utama Greta Garbo (Katty Koerber Fane) & Herbert Marshall (Walter Fane), sutradaranya Richard Boleslawski. Untuk versi tahun 2006 arahan sutradara John Curran digawangi dua bintang rupawan yg juga bertindak sbg produser film, Edward Norton & Naomi Watts. Norton adalah aktor method berbakat. Dia sanggup memerankan macam2 karakter dengan sangat meyakinkan, bahkan seringkali kebagian dua peran berbeda dalam satu film, semacam alter ego gitu. Dari pecundang, orang cacat, penjahat kelas kakap sampai ahli bakteriologi yg cintanya bertepuk sebelah tangan. Saya paling terpesona dengan penampilannya di film ini. I mean, how can you're not in love with smart man full of manner like that? Banyak wanita tergila-gilanya pada tipe bad boy seperti tokoh Charlie Townsend (Liev Schreiber). Bajingan & mustahil mau ninggalin istrinya demi wanita yg tidak lebih sekedar selingan buat dia. Too much examples, ladies...

Untuk karakter bernama Kitty Fane, diperankan oleh si cantik Naomi Watts. Seriously, saya heran kenapa kecantikan aktris2 berbibir sensual seperti Naomi Watts, Julia Roberts & Michelle Pffeifer kalah tenar dengan Angelina Jolie sehingga bentuk bibirnya jadi standar kecantikan wanita di seluruh dunia ya? Sekarang perempuan berlomba-lomba suntik filler bibir & pasang implan untuk pay*dara.  Sampai ada ungkapan: "In a world full of Angelina Jolie & Kim Kardashian, be Victoria Beckham." Ngerti maksudnya ya? Kira2 maknanya: "Dalam dunia yg penuh dengan orang yg berlomba mirip sama Angelina Jolie & Kim Kardashian, jadilah Victoria Beckham." Ungkapan aja ya, artinya nggak perlu oplas2 bentuk asli wajah & fisik kita untuk bisa dikatakan cantik. Ada jutaan jenis cantik di dunia ini, nggak perlu dipaksakan jadi satu jenis: Tubuh tinggi, kulit putih macam kertas, bibir dower seperti abis makan sekantong kuaci, dagu lancip, dada membusung. Hehehe. Mbuhlah, balik lagi sama yg punya duit, hak dia, suka2 dia.

Bagi saya, wajah cantik alami Naomi Watts nggak bosenin. Tidak perlu berdada besar atau bentuk bokong semok untuk dibilang cantik. Pesona karakter & kepribadian yg kuat otomatis menjadikan dia cantik bianget. Tatapan matanya, bentuk bibirnya yg unik, pipi & rahang penuh di seputar mulutnya unik banget. Pernah nonton film King Kong (2005) saat king kong nya mati diserang banyak pesawat tempur, tokoh Carl Denham (Jack Black): "Oh no. It wasn't the airplanes. It was beauty killed the the beast."--"Dia mati bukan krn pesawat2 itu. Kecantikan lah yg membunuh si buruk rupa." Dia membicarakan kecantikan tokoh Ann Darrow (Naomi Watts) yg begitu membius king kong yg mengejarnya. Wajah Watts sekilas mirip dengan Nicole Kidman (di luar kenyataan mereka bersahabat karib), yg membedakan mungkin ukuran wajah & tinggi badan saja.

Kalo kata sutradara David Lynch yg meng-kasting Watts dalam Mulholland Drive (1999), dia menemukan seorang aktris "paket penuh": cerdas, berbakat, cantik luar dalam & punya kemampuan membawakan beragam macam peran.


Diceritakan seorang wanita dari keluarga berada di London yg merasa tak nyaman dengan desakan ibunya untuk segera menikah, namanya Kitty (Watts). Dalam sebuah pesta, Kitty didekati dokter/ahli bakteri (kurleb begitu ya sebutannya) pendiam yg terlihat sopan & sangat serius, Walter Fane (Edward Norton). Dr. Fane mengajak Kitty menikah krn waktunya tak banyak di London, dia harus segera ke Shanghai, pos tugas terbarunya sbg bacteriologist. Kitty sebenarnya tidak merasakan cinta seperti halnya dr. Fane jatuh cinta padanya, tapi krn dia melihat ini jalan keluarnya lepas dari ibunya yg ceriwis, dia terima lamaran dokter itu. Sesampai di Shanghai, Kitty bertemu, jatuh cinta & berselingkuh dengan seorang pengusaha humoris bernama Charlie Townsend (Schreiber). Walter Fane tahu perslingkuhan itu tapi dia tidak mau melepas Kitty begitu saja krn pada dasarnya, dia masih mencintai istrinya. Diajaknya Kitty ke desa terpencil di Cina di mana sedang berlangsung epidemi Kolera & dr. Fane mendaftarkan diri sebagai sukarelawan.

Kitty tak punya pilihan selain ikut krn ancaman suaminya mengajukan gugatan cerai dengan alasan perselingkuhan bersama orang yg dikenal luas di Shanghai. Gugatan itu juga diikuti syarat & ketentuan yg mustahil dipenuhi Townsend. Kitty sadar dia hanya jadi 'mainan' Townsend. Walter Fane yg tadinya begitu lembut menyayangi Kitty, menjadi dingin & menjaga jarak. Dia segera tenggelam dengan kesibukan di RS pagi hingga malam hari, nyaris tidak melihat wajah istrinya setiapkali mereka berbicara. Kitty jadi begitu kesepian sementara pikirannya masih sesekali melayang pada Townsend. Tinggal di pinggir hutan terpencil, dalam rumah panggung terbuat dari kayu dengan pelayan warga lokal yg berpotensi menularkan wabah kolera & harus kepanasan sepanjang hari. Lama-kelamaan, perasaannya pada suaminya berubah. Sikap Walter yg seakan menghukumnya dengan perlahan berhasil diluluhkannya. Kalau benar2 menyaksikan adegan demi adegan film, kita bisa lsrut dalam transisi perubahan sikap Walter Fane, lebih2 Kitty Fane. Suatu tugas berat bagi Naomi Watts untuk membawakan karakter Kitty Fane. Andai ku jadi dia, mungkin tidak sanggup menjalaninya. Bisa runtuh tembok pertahanan.

Selain mereka, ada seorang petugas konsulat Inggris yg ditempatkan di desa tsb, rumahnya berseberangan dengan keluarga dr. Fane (Waddington, diperankan oleh Tobby Jones). Waddington bisa jadi teman ngobrol Kitty & Walter, dia bisa merasakan apa yg sedang terjadi antara suami istri itu.

Cinta & kasih sayang Walter Fane pada istrinya itu benar2 memukau saya. Very, very romantic. Sayang, Kitty harus kehilangan Walter Fane di saat dia mulai merasakan cinta pada suaminya. Agak nyebelin sih ya, film ini nggak happy ending, Walter ditakdirkan tinggal selamanya di desa tempat dia mengabdikan jiwa & raganya. Tapi berhubung ini adaptasi dari novel berjudul sama tahun 1925 tulisan William Somerset Maugham, harus patuh dengan jalan cerita aslinya. Tidak dijelaskan siapa sebenarnya ayah dari anak yg dikandung Kitty, tapi anak itu dia namakan Walter. Dan ketika Kitty & Walter kecil berjalan menyusuri pelataran toko bunga di London, mereka bertemu dengan Charlie Townsend. Saat Townsend mencoba ngajak Kitty bertemu lagi, dengan tegas Kitty motong, "Goodbye, Mr. Townsend." Ah, keren banget. Dari bucin kalo kata anak sekarang, berubah tak butuh.

Scene stealer menurutku Sister Superior (Diana Rigg), selain kedua pemeran utama tentunya. Film super duper romantis, mengajarkan banyak hal tentang cinta & kehidupan. Seringkali kita sama2 mengejar sesuatu yg terlalu sempurna sehingga melewatkan hal2 kecil yg sebenarnya indah & terbaik dalam hidup kita. The Painted Veil adalah satu dari sedikit film yg tak sanggup ku tonton berulangkali. Begitu syahdu & mengharukan, melebihi kisah2 serupa di mana pria2 yg dikecewakan berhasil mengatasi pergulatan batinnya & memilih tetap bersama wanita yg dicintainya meski sudah terbukti tak setia, sebut saja film Blue Sky (1994), Titanic (1997) atau bahkan Notebook (2004). Eh, Titanic beda ding. Kasih tak sampai krn Jack mati. Mungkin krn saya sering dikecewakan pria yah jadi begitu tersentuh kalau meyaksikan kisah2 para pria yg tersakiti. Eaa, eaa...

Satu hal remeh yg baru ku sadari dari film ini: bulu mata Edward Norton panjang banget, guys. Hihihi. Abis melihat ulang penampilannya dalam Primal Fear (1996), The Fight Club (1999) & The Score (2001), saya diingatkan kembali what a great actor he is. Dia bisa mengacak-acak perasaan penonton film2nya, dari sebel sampai jatuh cinta. And Naomi Watts, saya juga kembali diingatkan betapa cantiknya aktris kelahiran tahun 1968 ini. Oya, dalam kehidupan nyata, Naomi Watts & Liev Schreiber sempat jadi suami istri dengan dua anak selama 11 tahun.

Oke lah, segini dulu. Pala nyut nyut tapi senang saya bisa rutin nyetor tulisan. Salam sehat, guys.

Komentar