Assalamu'alaikum, good day...
Gimana, gimana... Nggak kalah panjang kan sama judul2 sinetron di tv itu kan? Hihihi...
Empat hari lalu saya sakit. Yak, pas suami ke Jakarta Kamis sore, malemnya mulai greges2. Besoknya naik tuh demam, sakit kepala, pusing & mulai batuk2. Nggak bisa bangun dari tempat tidur, guys. Bangkit duduk aja, ruangan langsung berasa muter seperti baru turun dari treadmill berkecepatan tinggi. Krn lagi sakit, sesekali saya nonton film, di antaranya film Postcard From The Edge (1990) & The Expendables (2010). Nanti ya saya cerita ttg dua film ini.
You know, sudah lama saya pengen cerita yg panjang ttg konsep menua, berawal dari rasa sedih & prihatin sekarang makin banyak anak muda suka menghina & menertawakan orang2tua, cuma memang bukan di sini ceritanya, tapi di blog pribadiku yg satu lagi. Cuma saya selalu bingung harus memulai dari mana, kuatir ada yg terlewatkan atau jadi emosional & tulisannya nggak kelar. Mungkin ada yg heran kenapa di blog film ini saya belakangan sering memulai setiap post dengan cerita kehidupan pribadi yg nggak ada sangkut-pautnya sama film. Well, krn blog pribadi di Wordpress nggak kepegang sejak saya di Semarang, biar ada history di sini, jadi saat sudah bisa nulis di sana, saya bisa nyontek memori di sini.
Sejak Nopember 2021, saya bergabung dengan group Telegram dari satu komunitas baru yg isinya kebanyakan wanita2 yg lebih muda dari saya. Bahasa2 ala anak muda yg kadang terdengar kasar, masih bisa ku mengerti. Bisa juga lah menyesuaikan, untuk old school girl like me sekalipun. Tapi seperti yg pernah saya cerita di post sebelumnya: saya suka baper kalau sudah ada guyonan soal orangtua, yg menghina usia dengan segala keterbatasan mereka. Saking sedihnya, saya bisa kena mental. Guys, setuju kan kalo orangtua itu pernah ada di usia kita, tapi kita belum tentu sampai di usia mereka. Generasi2 rendah hati dengan gaya khasnya yg unik, tak banyak bacot tapi pengalaman hidupnya segudang. Sudah lama pengen cerita soal ini, cuma belum nemu kata2 yg pas untuk merangkai kalimat. Tapi bolehlah yaa penjabaran saya dari dua film berbeda zaman: Postcard From The Edge & The Expendables sedikit membantu menjelaskan maksud saya.
Film Postcard From The Edge bercerita ttg hubungan up & down antar ibu & anak sesama aktris berbeda generasi, yg satu alkoholik, satunya lagi pecandu obat2an terlarang sehingga sang anak harus tinggal serumah dengan ibunya untuk sementara waktu demi bisa terus berkarir & biaya perawatannya ditanggung pihak asuransi. Film dengan kisah sederhana tapi dengan akting mewah dari dynamic duo: Shirley MacLaine & Meryl Streep. Pada adegan di mana Doris Mann (Shirley MacLaine) sedang terbaring di RS, dia berhasil berdamai dengan dirinya sendiri, yg tadinya seakan tidak rela masa jayanya sebentar lagi berlalu. Kalimatnya pada putrinya, Suzanne Vale (Streep): "Aku sempat kesulitan mengahadapi kenyataan bahwa giliranku (masa muda & berjaya) sebentar lagi selesai. Itu yg harus selalu kau ingat, nikmati giliranmu saat dia tiba." Dikatakan MacLaine tanpa makeup tapi saya begitu trenyuh mendengar kata2nya. Betul. Saat kita sedang menjalani giliran kita, jangan disia-siakan.
Lalu ketika melihat para aktor dalam film besutan Sylvester Stallone: The Expendables, saya semakin mengerti kata2 tokoh Doris Mann di atas. Hanya dengan melihat munculnya satu-persatu wajah para aktor laga dari masa saya kecil sampai remaja, tanpa banyak penjelasan, saya tahu betul siapa saja mereka itu. Sylvester Stallone, Bruce Willis, Arnold Schwarzenegger, Jet Li, Dolph Lundgren, Chuck Norris, Shirley MacLaine, Meryl Streep, Gene Hackman... Karena apa? Karena mereka mengukir giliran mereka dengan karya2 mereka yg indah sehingga wajah & penampakan saja sudah menghadirkan rasa hormat. The Apartment, Out of Africa, Rambo, Terminator, Die Hard, Unforgiven... Siapa dari generasi saya & dua generasi di atas saya yg tidak tahu film2 itu? Iya, apa yg mereka lakukan pada giliran mereka & yg akan mereka tinggalkan ketika giliran itu berakhir, itulah yg penting kan? Bukan usia tua, penampakan sekarang, dst. I envy them all.
Coba kalau nama2 besar itu hanya orang kebanyakan di mana kedatangan & kepergiannya di dunia ini hanya diketahui keluarga & orang sekitar, mungkin entrance mereka di layar lebar tidak menimbulkan efek apapun. Ada & tiada sama saja. Harus bergegas biar bisa mewariskan sesuatu yg bisa dikenang. Just like Betty White once said: "Find a way to leave a mark"-"Cari jalan untuk tinggalkan jejak." Let's say di dunia ini. Tidak harus jadi seniman, bisa juga penulis buku, bikin gebrakan inovasi mungkin. Anything positive.
Puluhan tahun setelah semua aktor & aktris besar itu tiada, orang masih akan terus menyaksikan wajah & mendengar suara mereka dari setiap film yg mereka bintangi. Generasi2 setelah kita & anak cucu kita masih akan membicarakan mereka. Jadi menertawakan orangtua itu adalah hal paling memalukan yg bisa kita lakukan sbg generasi yg lebih muda. Kita bisa saja sedang mengolok-olok veteran Perang Dunia II yg namanya terukir indah dalam monumen bersejarah dunia, boleh jadi kita sedang mengolok-olok seorang mantan dokter yg pernah menyelamatkan nyawa jutaan manusia di atas meja bedah, seorang mantan Ketua OSIS Teladan di masanya atau kita sedang menertawakan cara berjalan lamban seorang pensiunan diplomat yg pernah berjasa menyelamatkan dua negara dari pertempuran, who knows? Sedang kita, apa yg sudah jadi sumbangsih untuk bangsa, untuk generasi2 mendatang?
Di akhir film The Expendables 2 (2012), Barney Ross (Sly) berkata saat melihat pesawat pemberian Church (Bruce Willis) bahwa pesawat itu harusnya jadi milik museum, ia & Church menyeringai ketika Trench Mauser (Schwarzenegger) menimpali, "Kita juga." Boleh jadi legiun fans di seluruh dunia mengsyedih dengernya. Mereka sama2 pergi dengan pesawat seakan siap bertukar tempat dengan generasi penerus. Yg jadi pertanyaan: apakah performance generasi penerus bisa sebagus Willis, Stallone, Schwarzenegger ketika giliran itu masih ada di tangan mereka?
Mungkin kurang panjang penjabaran ini, kurang puitis juga, tapi semoga yg baca bisa menangkap maksud saya. Hadirkan rasa hormat & penghargaan tertinggi kita untuk orang2 yg lebih tua dari kita. Bahkan sekedar kakak sekalipun. Mereka lebih dulu ada sebelum kita & bisa jadi akan mendahului kita, itu berarti sesuatu. Untuk saya pribadi pun, terbit kelegaan baru setelah mendengar kalimat Doris Mann itu.
Jalani sebaik-baiknya giliran itu krn mau tidak mau, suka tidak suka, dia akan berlalu, beralih pada pemilik giliran berikutnya. Suatu saat nanti, saya akan nulis soal ini di blog satunya lagi. Gotta go, mau nyiapin bukpus anak. Salam sehat, guys.
Komentar
Posting Komentar