THE LIMEHOUSE GOLEM (2016)

Assalamu'alaikum. Good day.

Lagi ngincer Notebook Asus Vivobook Flip TP203 NAH atau TP 401 nih. Buat nge-blog & kerjaan online. Ada warna pink-nya, fingerprint sensor, layar sentuh, bisa dilipat jadi tablet dan ukurannya mungil. Bisa saya bawa ke mana-mana. Kayaknya enak buat kerjaan menulis ketimbang Dell lama sekarang. Terasa berat dan koneksi internet ke Mifi ngadat terus, jadi ngisi blog sekarang pake android. Keypad sudah disetel font terbesar tapi masih suka salah tekan (so, sering-seringlah kembali untuk re-read ya karena saya juga sering kembali untuk ngedit). Dan kadang-kadang kalo lagi serius ngetik ngisi blog lalu disela telepon2 masuk itu rasanya kayak mangga, mengkal. Atau kayak bor di telinga. Hehehe.

Tiga hari ini nonton dan baca reviews laptop tipe notebook malah tambah bingung karena Lenovo Thinkpad juga menggoda. Cuma nggak ada pilihan warna dan bukan layar sentuh. Tapi lumayanlah, dapat banyak pengetahuan baru. Jadi tahu ada pula tipe chrome book dan ultrabook (udah lama kok. Ke mana aje?). Tipe penyimpanan SSD (solid state drive) yg kinerjanya lebih handal dari HDD (hard disc drive). Nah, Asus yg saya sebut di atas masih pake HDD sedang Thinkpad Lenovo sudah dilengkapi SSD. Para reviewer itu luar biasa saya pikir. Mereka bisa dengan tenang bicara karena tahu apa yg sedang mereka bicarakan. Bagaimana mereka bisa terus update dengan perkembangan tekhnologi yg dinamis dari waktu ke waktu itu bikin salut. Orang awam kayak saya mah menyimak dengan baik aja.

Sayapun yg saya tahu hanya dunia perfilman, jadi pedenya bicara seputar film. Bedanya mungkin reviewer gadgets dan laptops itu harus rajin belajar. Trus mungkin perlu beli atau pinjam barang kali' ya untuk keperluan review sementara saya ya harus nonton langsung film-film yg akan saya bicarakan. Ditonton langsung sembari tidak melewatkan ulasannya dalam bentuk tulisan juga. Dan urusan review harus sesuatu yg benar-benar disukai untuk menjaga konsistensi. Cuma sepertinya hobi saya jauh lebih murah ketimbang mereka... 😁


Well, kemarin saya baru nonton The Limehouse Golem (2016) di Fox Action Movies. Biasanya suka menghindari jenis film seperti ini kalau ada pilihan lain, tapi suasana hati sedang kelabu. Hiks. Jadi nonton apa juga nggak masalah. 'Teman-teman' saya kalau bukan karakter-karakter dalam buku ya dalam film. Kalau bukan baca dan nulis ya nonton film. Banyak kan 'teman'-ku?

Film ini dibintangi salah satunya oleh Bill Nighy (sebagai Inspektur John Kildare). Saban lihat Nighy, saya tidak bisa tidak menilai duluan kalau filmnya nggak jauh-jauh dari monster dan segala hal berbau mistis lainnya. Dan memang benar, meski bukan dia monsternya (di sini disebut Golem). Selain Bill Nighy dan Eddie Marsan (Uncle), saya belum pernah tahu semua wajah pemain lainnya. Mungkin karena ini film produksi Inggris, sebagian besar dari mereka adalah aktor/aktris pendatang baru atau asal Inggris atau memang sayanya yg tidak up to date dengan film-film terbaru.


Yg jelas performances dua bintang utamanya, Olivia Cooke (Lizzie Cree) dan Douglas Booth (Dan Leno) cemerlang sekali. Cooke bisa tampil meyakinkan dalam peran sebagai dua sosok dengan kepribadian yg sangat bertolak belakang dan Booth pun tak kalah mencuri perhatian dengan berbagai lakon dalam panggung teater di Music Hall. Masih ingat saya pernah apa ya istilahnya... Terkesima? Dengan penampilan Eddie Redmayne dalam The Theory of Everything (2014) ketika dia membawakan karakter Stephen Hawking dengan sangat baik. Saya baru nonton di HBO tahun 2017 dan berkata dalam hati: "anak ini pasti akan jadi aktor besar, suatu hari bakalan dapat Oscar." Ternyata setelah saya cek, eh dia sudah memenangkan Oscar itu tahun 2015. Nah, saya lihat Douglas Booth juga punya kans kurang lebih sama.

Bagi yg suka baca novel-novel karya Sir Arthur Conan Doyle dan Agatha Christie, film kelam ini serupa perpaduan kisah-kisah pembunuhan misterius ala Conan Doyle dan Agatha Christie. Terjadi di penghujung era Victoria dan ada unsur mistis bercampur thriller bila diadaptasi dalam film. Sama dengan membaca buku dua pengarang di atas, penonton film The Limehouse Golem dituntut untuk terus menyaksikan dari awal agar bisa mengerti jalan cerita karena plotnya akan banyak 'melempar' penonton dari masa lalu ke masa kini, begitu seterusnya. Banyak throwback-nya gitu. Jadi bagi yg suka ninggal-ninggalin TKP saat nonton film sepertinya nggak bakalan enjoy dan ngerti jalan ceritanya.


Film hasil adaptasi novel karya Peter Ackroyd ini bercerita tentang pembunuhan berantai yg meresahkan penduduk distrik Limehouse pada masa Victorian di Inggris. Sosok monster dari legenda mistis bernama Golem diyakini sebagai dalang semua pembunuhan sadis tsb. Mengetahui ada buku harian Golem yg disimpan dalam perpustakaan, Inspektur Polisi John Kildare yg sejak awal yakin pelakunya adalah manusia mencurigai empat orang yg berada di ruang baca pada hari dimasukkannya tulisan terakhir dalam buku harian tsb. Keempat orang itu adalah Dan Leno, Karl Marx (Henry Goodman, which by the way pada awalnya saya kira Dan Hedaya... 😆), George Gissing (Morgan Watkins) dan John Cree (Sam Reid). Bersama anak buahnya, George Flood (diperankan Daniel Mays), ia gigih menelusuri satu-persatu petunjuk yg didapatkan.


Ada beberapa hal yg saya suka dari film musikal teatrikal ini selain kualitas akting Booth dan Cooke. Pertama, setiap lakon teaternya bagus sekali. Tidak membosankan atau bikin mual. Antara lain penampilan Booth sebagai Dan Leno pake baju perempuan, penampilan Lizzie sebagai masinis dan bagaimana seorang rekan sepanggung Dan Leno menginjak-injak perut Dan Leno dan berkilah itu saran dokternya: "Harus sering berjalan dengan perut kosong." Dungu tapi lucu. Kedua, meski dominan suasana mencekam seperti sedang mimpi buruk,  permainan warna yg kaya berseliweran dalam kostum, backdrop panggung dan desain interior ruangan demi ruangan bisa sedikit melegakan lah. Jadi nggak ngeri-ngeri amat for fainted heart. 3. Ending yg tidak terduga. Lihat wajah Lizzie saat berdua saja dengan Inspektur Kildare di ruang eksekusi? Serem banget! 4. Setidaknya ada tiga tokoh nyata dalam film ini: Dan Leno (1860-1904), Karl Marx (1818-1883) dan George Gissing (1857-1903).

Kalau menengok Trivia IMDb, sebenarnya mendiang Alan Rickman yg akan dipasang sebagai Inspektur John Kildare, tapi posisinya digantikan Nighy karena kondisi kesehatan Rickman yg terus menurun saat itu sebelum akhirnya meninggal karena penyakit kanker yg diderita. Pada credit tittle, disebutkan film ini didedikasikan untuk mengenang Alan Rickman. Durasi film 109 menit, genre Crime, Mystery, Thriller.
Menarik untuk terus menantikan siapa sebenarnya Sang Golem yg jadi momok selama itu. Tapi ini bukan tipe tontonan untuk semua umur. Tidak cocok ditonton anak-anak di bawah usia 17 tahun, menurut saya. Kalau masih umur 16 tahun, skip it deh yaa. Yg perlu melewatkan The Limehouse Golem juga adalah mereka yg bukan penggemar jenis film musikal teatrikal yg rumit, penggemar film-film laga, dan yg tidak suka film-film serius 'berat'.

Dari saya, overall The Limehouse Golem (2016) ⭐ 8/10.

Gotta go now. Wassalam.

Komentar

  1. Wah...hebat nih..bagus sekali blognya mba Reyna....

    BalasHapus
  2. Sudah bisa dtebak dr awal bahwa pelakunya adalah Lizzie

    BalasHapus
  3. Yang sampe sekarang aku masih bingung, apa motif bunuh diri si pemain teater cewek yg jadi pembantunya Lizzie? Apa sebenarnya mereka berdua yg merencanakan pembunuhan John?

    BalasHapus
  4. Pembantu Lizzie dibunuh dgn cara tali pengait pada panggung drama, pengait tali ada yg merubah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pembantu Lizzie tidak bunuh diri, tapi dibunuh dengan cara ada yg merubah tapi pengait dipanggung, waktu drama eksekusi


      Hapus
  5. siapa yg membunuh pembantu lizzie yg berperan menjadi lizzie di teater?

    Siapa yg lepasin tali pemgamannya? Dan Leno?

    BalasHapus
  6. Yg lepasin tali ya si lizzie sendiri.. krn lizzie bebas gak jadi d hukum gantung... Dan yg tertuduh jd golem d pngadilan yakni si alm. jhon suami lizzie.. ending menurut saya 😁

    BalasHapus

Posting Komentar