RICHARD JEWELL (2019)

 Assalamu'alaikum, good day.

Waw, 2021 sudah Bulan Juni aja dan saya baru setor tulisan lagi. Sebenarnya April sempat mau nulis ttg film-nya Jessica Chastain berkolaborasi dengan Colin Farell dan John Malkovich, cuma kok saya tengok barusan masih berupa draft. Belum dipublish ternyata. Huhuhu...

Sekarang mumpung masih fresh di ingatan krn baru nonton tadi malam, pengen cerita ttg film based on a true story: Richard Jewell, seorang petugas keamanan yg bertugas di Centennial Park, Atlanta pada Olimpiade Atlanta 1996 yg tadinya dianggap sbg pahlawan (krn berkat kewaspadaannya sejak awal, keberadaan bom pipa di tengah kerumunan orang banyak bisa terdeteksi lebih cepat) tiga hari kemudian statusnya berubah menjadi tersangka tunggal. Funny thing is that pada masa-masa itu, saya gandrung sekali ngikutin yg namanya olimpiade, sampe dicatet segala untuk cabang-cabang olahraga kesukaan saya (misal renang, lompat indah, cabang atletik lari estafet dan lompat galah, voli, basket dan senam artistik). Kalau ada kejadian-kejadian yg menyertai rangkaian event dunia itu, mestinya saya tahu. Surprise buat saya krn ternyata terlewatkan peristiwa ledakan bom yg menewaskan dua orang dan lebih dari 100 pengunjung luka-luka itu.

Belakangan ini bukannya tidak pernah nonton film sampe lama banget nggak nyetor tulisan di sini, cuma kok film-film yg ditonton sejak di Semarang tgl. 24 April lalu belum ada yg cukup menarik untuk menggerakkan hati me-review. Tapi Richard Jewell benar-benar beda. Baru nonton sebentar, sudah bermunculan di kepala apa saja yg ingin dibagikan di blog film. Dan harus segera, sebelum lupa. Beberapa film bisa membuat saya berhenti nonton begitu saja, entah krn jalan cerita yg terlalu rumit buat saya, ada 'kekosongan' yg fatal atau akting para casts yg membosankan. Bisa krn apa saja. Again, film ini beda. Betah nontonnya.

Pertama yg ingin saya katakan adalah pada film manapun di mana ada Sam Rockwell sbg cast di dalamnya, wajib tonton bagi saya. Aktor kelahiran California tahun 1968 ini sanggup mengalihkan kesedihan saya harus merelakan berlalunya generasi aktor angkatan Jack Nicholson, Gene Hackman, Tom Wilkinson, Tommy Lee Jones dan Sean Connery. Kalau bukan krn sudah masuk usia 80 tahun ke atas, ya udah nggak ada. Well, saya masih bisa menyaksikan performance Harrison Ford, Denzel Washington, Bruce Willis dan Morgan Freeman, tapi sampai kapan? Mereka pun sudah menua. Val Kilmer? Dia sekarang sedang sakit, mustahil bisa melihat karakter spt Doc Holliday lagi. Habis sudah 'teman-teman' dari dunia perfilman seperti halnya berlalunya penampilan para legenda sepakbola dunia dari pandangan mata saya, berganti wajah-wajah baru, butuh empat sampai lima film untuk memastikan bagus nggaknya kualitas seni perannya. Sam Rockwell jadi salah satu aktor favorit baru yg masih akan berseliweran di dunia perfilman setidaknya dalam 10-20 tahun mendatang lah (lainnya mungkin Woody Harrelson dan Matthew McConaughey, meski mereka pun bukan angkatan baru). Tahun 2018, bersama salah satu aktris favorit saya juga (Frances McDormand), Rockwell memenangkan Piala Oscar kategori Aktor Pendukung Terbaik untuk film yg sama, Three Billboards Outside Ebbing, Missouri (2017). The dynamic duo.

Pertamakali lihat penampilan Rockwell dan langsung suka adalah di film Charlie's Angels (2000). Inget banget nontonnya sendirian di bioskop 21 jaman masih di Yogya dulu. Menyusul nonton The Green Mile (1999) yg sebenarnya duluan kan ya dari Charlie's Angels, tapi krn nontonnya di tv kabel, baru ngeh ada dia di film keren itu. Lalu berurutan Heist (2001), Confessions of A Dangerous Mind (2002), Matchstick Men (2003) dan The Assassination of Jesse James by The Coward Robert Ford (2007) di mana saya lebih terpukau dengan penampilan akting Sam Rockwell ketimbang Brad Pitt dan Casey Affleck, dua bintang utamanya. This man never fails me, i tell ya that. Dia sanggup 'mengajak' penonton hanyut dalam setiap peran yg dibawakan. Jelas bukan tipe aktor dengan pilihan peran stereotype. Dalam Richard Jewell juga ia tampil cemerlang, seperti yg sudah diduga. Jadi pengacara idealis yg cerdas dan tegas. Krn semalam nontonnya udah setengah perjalanan durasi film, tonton ulang secara streaming malam itu juga, diulangi tadi pagi setelah suami berangkat kerja dan nyiapin sarapan anak yg kuliah untuk memastikan saya tidak melewatkan setiap detail. Iya, sebagus itu!

Sam Rockwell tampil begitu sempurna di setiap scene dalam Richard Jewell, mulai dari kemunculan pertamanya saat berkenalan dengan Richard Jewell, bagaimana ia menghadapi sekretaris-nya yg cerewet tapi perhatian, bagaimana gayanya menanggapi para wartawan, caranya berbicara pada Richard sampai aksi konfrontatif-nya ketika berurusan dengan para agen federal. Bukan hal sulit bagi aktor yg pernah sukses menampilkan beragam karakter, mulai dari pembunuh berkelainan jiwa, sherif rasis sampai sodara yg berjiwa mulia. Scene favorit saya adalah ketika dia meledek para agen FBI saat mereka ngambil sampel rambut Richard dan ketika dia pertamakali melihat koleksi senjata Richard yg begitu banyak, "Apa kau mengira akan ada invasi zombie?" Sebagai penggemar film-film zombies, kalimat sarkas itu lucu sekali.

Hal kedua yg ingin saya sampaikan adalah sutradara film ini yg juga aktor besar kebanggaan Hollywood, Clint Eastwood. Banyak yg bikin saya suka dengan Eastwood selain style akting-nya yg kharismatik. Antara lain adalah ide-ide briliannya menuangkan sebuah kisah nyata ke dalam film yg sangat menyentuh tanpa melupakan detail dan unsur sejarah-nya, sebut saja Flags of Our Fathers (2006), Letters From Iwo Jima (2006), Jersey Boys (2014) & Sully (2016). Saya tidak bilang semua film-nya sukses dan bagus-bagus ya, tapi banyak dari film-film yg disutradarainya adalah film-film besar yg membekas di hati saya. Tidak perlu trik berlebihan, cukup dialog-dialog cerdas dipadu dengan kharisma dan kepiawaian mengolah peran, hasilnya bagus banget. Keistimewaan film-film Eastwood lain adalah pilihan soundtrack-nya, kadang bahkan gubahan dia sendiri. Favorit saya instrumental Claudia's Song dari film peraih Oscar, Unforgiven (1992) dan Kate's Theme dari True Crime (1997). Teduh sekali di telinga saya. Ugh, keren abis!

Di samping semua fakta di atas, Clint Eastwood dikenal dengan gaya penyutradaraannya yg penuh kedisiplinan, efektif dan efisien sehingga perhitungan RAB tepat dan proses produksi bisa selesai on time. Tidak semua film arahannya dengan ia tampil di dalamnya menjadi film sukses sih, tapi film-film di mana dia hanya ambil bagian sebagai sutradara dan produser saja justru seringkali sukses. Saya sangat kagum dengan produktivitas dan cintanya untuk dunia yg membesarkan namanya. Salah satu tokoh kelas dunia yg namanya akan terus dikenang jauh setelah dia tiada nanti. Entah apakah bisa saya bertemu langsung ya, usianya 91 tahun (ngimpi kan boleh ya? Hihihi...)

Melihat foto terbarunya di IMDb saat mengarahkan para aktor untuk Richard Jewell, ada rasa sedih menyelinap di hati. Betapa waktu sudah melesat begitu jauh sejak Dirty Harry. Doesn't look like him five years ago, the smile is still the same though...

Lalu hal ketiga yg perlu diceritakan adalah senangnya saya bisa melihat penampilan akting Kathy Bates lagi setelah sekian lama. Aktris kawakan yg keren ini mah. Pernah lihat Misery (1990), A Home of Our Own (1993) atau Dolores Claiborne (1995)? Maka anda akan tahu maksud saya. Gaya khasnya setiap tampil membawakan karakter itu tidak bisa dipandang sebelah mata. Dalam Richard Jewell, perannya hanya sbg ibunya Jewell tapi selalu ada alasan kuat jika mereka menempatkan aktris sekaliber Bates untuk peran Bobi Jewell. Hampir sepanjang film penampilannya sbg seorang ibu sungguh mengaduk emosi saya, terutama saat dengan suara bergetar dia tampil di hadapan pers untuk memberikan pernyataan. Saya baru lihat Sam Rockwell aja udah naro remote tv, nggak bakal pindah-pindah lagi, eh lalu ada Kathy Bates. Udahlah itu remote boleh anteng di singgasananya. Bates tidak pernah mengecewakan.

Cast lain yg cukup menjadi scene stealers adalah Jon Hamm dan Olivia Wilde. Hamm baru saya lihat di film arahan Ben Affleck (The Way Back) beberapa hari sebelumnya. Dengan wajah pemuram dan tinggi badan 186 cm, dia memang cocok membawakan peran-peran otoritatif-manipulatif. Si 171 cm Wilde yg cantik agak mengagetkan saya krn perannya sbg jurnalis slebor yg menjengkelkan. Suara tawanya terdengar overacting. Ada kata-kata Bryant (Sam Rockwell) yg membekas di benak saya yg bunyinya kurang lebih: "Hidup seseorang bisa hancur dalam sekejap hanya dengan bersatunya dua hal yg begitu berpengaruh: pers dan pemerintah."

Dari sisi dialog, seperti biasa, film-film Clint Eastwood punya keunggulan dalam penulisan skenarionya. Padat, jenaka tapi cerdas. Kontinyuitas antar adegan cukup baik, chemistry antar pemain juga sangat bagus. Satu lagi kalimat Richard yg selama ini ada dalam pikiran saya: Jangan memaksakan oranglain harus sama seperti kita. Kita adalah kita, oranglain ya begitulah adanya mereka. Dan lagu Macarena dengan joget-nya itu, ugh so nostalgic.

Last but not least, pemeran utamanya: Paul Walter Hauser yg menaikkan berat badan lebih dari 10 kg untuk peran Richard Jewell. Petugas keamanan yg berhati mulia, sangat menyayangi ibunya, punya cita-cita jadi polisi, rajin membaca dan setia kawan. Mungkin bagi kalangan tertentu, orang seperti Richard ini dianggap bisa dibodohi, bisa dikerjain sesuka hati. Kalau di sekolah, dibully habis-habisan hanya krn badannya gempal dan terlampau baik hati. Padahal mereka juga punya jiwa, manusia seutuhnya, punya hati dan perasaan. Beberapa bahkan lebih cerdas dari mereka yg mem-bully. Mungkin dengan motivasi itulah ditambah frustrasi hasil pemikiran bahwa FBI mosok gagal mengamankan taman sekecil Centennial Park plus perlu segera menyodorkan tersangka ke hadapan publik agar tidak jadi sasaran keheranan dunia, maka disodorkanlah Richard Jewell yg sekilas tampak punya segalanya sebagai motif. Dia tidak bayar pajak selama bertahun-tahun, penyuka buku-buku tentang polisi dan konspirasi. Dia dijadikan kambing hitam untuk kejahatan yg tidak dilakukannya. Well, kebenaran itu akan terungkap juga, meski datangnya terlambat. Enam tahun setelah nama Richard bersih, pelaku pengeboman sesungguhnya akhirnya berhasil ditangkap.

Kata-kata Richard Jewell jelang akhir film pada para agen FBI: "Apakah kalian benar-benar punya kasus untuk menuntut saya? Saat melihat sticker bulat FBI di pintu kalian tadi, saya yg dulu akan berpikir sungguh luarbiasa, jadi agen federal adalah pencapaian tertinggi yg bisa diraih seseorang. Setelah semua yg saya lalui, saya tidak berpikir begitu lagi. Suatu saat nanti jika ada petugas keamanan melihat sesuatu yg mencurigakan, dia akan berpikir 'kalau saya laporkan, saya akan menjadi seperti Richard Jewell, lebih baik saya lari saja.' Kalau kalian mau terus mengikuti saya, saya tidak keberatan. Tapi setiap detik yg kalian habiskan bersama saya adalah detik-detik yg tidak kalian habiskan bersama pelaku yg sesungguhnya. Apa jadinya kalau dia mengulangi perbuatannya mengebom lagi?"

Seringnya saya tidak perlu mengecek User Review di IMDb untuk memastikan penilaian saya krn hampir selalu cocok. Review-ku jujur kacang ijo soale. Tapi baiklah untuk menebus rasa penasaran, iseng saya cek. Ternyata sesuai dugaan: semua setuju dengan saya bahwa film ini sungguh luar biasa bagus. 8/10, 9/10, 10/10. Rata-rata seperti itu. Thanks to Clint Eastwood, Sam Rockwell, Kathy Bates, Jon Hamm dan Si Polos Paul Walter Hauser. Yg tadinya sejak lonjakan Covid19 ini saya banyak menghabiskan waktu membaca buku saja saat tidak sedang ngurusi kerjaan-kerjaan online, jadi pantengin satu film sampe kelar dan bela-belain ngisi blog lagi.

Sekian, wassalam.

.

#richardjewell

Komentar