Hai. Long time no see ya. Again. Hehehe. Selamat Tahun Baru 2020.
Sebenarnya pengen cerita seputar film lama, The Edge (1997). Kemarin tayang di Fox Action Movies apa Cinemax ya. Lupa. Tapi kebetulan tadi nonton film di bioskop (not a very good day for me). Jadi ini dulu deh. Mumpung masih segar di ingatan. Ini nonton yg nggak direncanakan krn tujuan awal keluar rumah mau ngurus tabungan keluarga di BSM. Eh mobil ngadat lagi akinya. Nggak ada yg bisa dimintai tolong. Tetangga yg punya jumper sudah berangkat ke kantor. Paman yg jago ngotak-ngatik mobil, sudah otw ke bandara, baru tahu saya kalo dia mau ke luar kota. Hujan deras banget. Terpaksa nge-Grab ke BSM Panakukkang. Payung diberdayakan lagi. Sampe BSM yg mau ke sananya penuh perjuangan, eh dia tutup. Tengok jam tangan, iya ya, mereka mah kalo Jum'at jam 11.30 sudah tutup. Trus jalan kaki deh ke Mall Panakukkang. Bank baru buka dua jam lagi. Pikir-pikir, saya ngapain ya dua jam? Pulang nggak mungkin. Tapi mosok dua jam ngider tanpa tujuan dalam mall? Perlu duduk yg nggak bosenin. Makan sambil nongkrong? Nggak ah, masih kenyang, dari rumah sudah makan. Lalu terpikir nonton pilem bioskop aja deh. Hitung-hitung nambah bahan ngisi blog lagi.
Di XXI, ada film Birds of Frey, Mangkujiwo, Bad Boys For Life & The Courier. Nggak sempat lagi ngecek IMDb spt yg biasa saya lakukan. Pengen Bad Boys For Life tapi jam mulainya nggak cocok sama rencana. Birds of Frey sepertinya bagus tapi saya nggak begitu suka akting Ewan McGregor. Nah pilihannya hanya The Courier. Yg ini tidak begitu nampak cast-nya, tapi dengan judul seperti itu, either it's action focus on the courier or comedy about a courier. Saya pikir yg manapun dari keduanya sama-sama akan menghibur penonton yg lagi banyak pikiran kayak saya. Aksi berani jagoan lumayan lah, akan boosts semangat. Aksi kocak sejenis Night At The Museum atau Click masih bisa juga lah ku tolerir. Becandanya nggak over.
Tahu nggak, penontonnya hanya 3 orang! Sungguh lengang tanpa tepuk tangan. Hahaha.
Setelah deretan iklan yg panjangnya kayak Sungai Nil, sampai juga di pembukaan film. Melihat nama Gary Oldman & Dermot Mulroney, bolehlah antusias. Umumnya nama kedua aktor veteran ini jaminan mutu film-nya soalnya. Ditambah Olga Kurylenko, berasa akan menyaksikan tontonan thriller action keren ini. Tiga nama itu saja yg langsung saya 'kenali.'
Saya nggak mau cerita detail ya krn ini film baru, nanti spoilers jadinya. Bisa diamuk massa akoh. Hihihi.
Film dimulai dengan gambar crime scenes muncul bergantian secara cepat. Tapi sampai setengah perjalanan film, kok saya nggak terkesan ya? Huhuhu. Kalau film bagus, saya fair akui bagus. Kalau tidak bagus, saya tidak akan bilang bagus. Silahkan sih kalau mau beda pendapat. Semua pasti punya alasan & kita cek bagaimana ulasan penonton secara umum.
Buat saya, 1-10 bintang, saya kasih 3. Sorry to say. Setiap aktor & aktris seperti tampil sendiri-sendiri, tidak saling terlibat. Tidak ada chemistry-nya. Gary Oldman (Ezekiel Mannings) kok tidak tampil all out seperti biasanya. Sayang sekali aktor sekaliber dia hanya kebagian peran duduk-duduk saja, makan & terima telepon dalam balutan piyama plus mantel. Cally Taylor (Alys Mannings), oh God who cast her? Amit Shah (Nick Murch) mengingatkan pada beberapa aktor newbie asal India. Kurang meyakinkan.
Villains-nya juga konyol sekali. Sudah banyak, berotot, pegang segala senjata canggih, masih kalah juga sama satu orang perempuan ceking. Seperti suatu hil yg mustahal. Tapi baiklah, untuk soal ini, masih makes sense kalau kita bicara "otak bisa mengalahkan otot." Saya akui, ide-ide cemerlang Olga Kurylenko (Si Kurir) untuk membekuk lawan memang ada-ada saja.
Cuma kawanan kekar berotot yg banyak didatangkan untuk bertarung di basement parkiran dalam waktu lama itu sungguh mengundang banyak pertanyaan. Misalnya saat William Moseley (Agent Bryant) datang ke ruang pengawas & menembak penjaganya, penjaga tsb sedang baca koran. Padahal sebelumnya, sudah terjadi tembak-menembak riuh. Kok dia nggak dengar? Seringnya pengucapan kata "F" oleh Bryant & anak buahnya (bahkan Nick). Saya juga kaget lihat kata yg sama beberapa kali diucapkan Dermot Mulroney (Agent Roberts). Skenario buruk sekali. Kata-kata yg diucapkan dari itu ke itu saja. Lalu pemeran Agent Bryant. Serius, saya baru lihat nih, wajah baru. Dari mana mereka bisa memutuskan dia jadi pemimpin henchmen? Akting jelek! Hiks. Ada apa dengan para aktor yg kalo kebagian peran antagonis, caranya memperlihatkan dia bengis itu dengan memicingkan mata atau bibir dimiring-miringin ya? Apa tidak pernah lihat penampilannya aktor-aktor sekelas El Manik, Farouk Afero, Torro Margens atau Gene Hackman, Al Pacino & Christoph Waltz kala membawakan tokoh-tokoh antagonis? Dengan karakter kuat yg mereka bawakan, semua yg nonton tahu mana villain-nya. ITU baru AKTOR. Tidak pake jalan pintas untuk menjiwai peran. Ditempa pengalaman, kerja keras, dedikasi.
Lanjut, adegan perkelahian & pembunuhan sadistis, musik megah yg menghentak-hentak serta adegan flashback perang di Suriah tidak cukup membuat terkesan. Setidaknya bagi yg sejak usia 9 tahun sudah jadi penikmat segala bentuk seni peran ini. Mungkin yg sedikit menghibur saya & bisa menahan kaki untuk tidak melangkah keluar saja ke BSM adalah adegan perkelahian Kurylenko dengan para henchmen. Saya sebenarnya suka nggak percaya ada perempuan kurus kecil bisa setangguh itu membekuk lawan yg notabene laki-laki tinggi besar, berotot, kekar & bersenjata pula. Tengok saja Angelina Jolie dalam Tomb Raider Maisie Williams dalam Game of Thrones. Saya lebih percaya kalau perempuannya berbadan ideal seperti Rebecca Ferguson dalam Mission Impossible atau bahkan Lucy Lawless dalam Xena : The Warrior Princess. Jadi isunya bukan gender nih yaa, tapi ukuran badan yg memadai. Sedikit kecewa pemeran Agent Simmonds tidak banyak jatuh tampilnya. Dia scene stealer buat saya.
Untuk seorang bintang besar seperti Gary Oldman, saya tidak mengerti kenapa dia bisa ada dalam deretan cast film seperti ini.
Intinya, begitu banyak 'bolong' dari sisi chemistry, skenario, plot cerita, irrelevant & kualitas akting dari film The Courier. Banyak nggak nyambungnya. Kelar nonton trus mikir, "Apa sih yg baru ku tonton? 50 ribu yg sia-sia." *giggling*
Barusan iseng ngintip ulasan penonton dari masyarakat umum di IMDb, wow serem-serem! Ada yg bilang Gary Oldman tampaknya sekarang mau terima tawaran peran apa saja... Film seakan hanya seperti kru memimpin gladi resik (ya ampun ini bikin ngakak!)... Sungguh menyakitkan untuk disaksikan. Saya tidak akan heran jika anda keluar sebelum film kelar... Dialog buruk, akting buruk. Buang-buang waktu & oksigen saja nontonnya. Rata-rata memberi skor 3 untuk bintang 1-10. Yg ngasih 1 banyak juga.
Kejam-kejam? Sebenarnya bukan sih. Di industri perfilman memang begitu. Bagus, katakan bagus. Buruk, katakan buruk. Nothing personal. Ini bukan dunia politik. Ini dunia kreativitas & sportivitas. Semua orang terus belajar, semangat berkarya. Jadi kritik atau masukan itu bagian dari kebutuhan.
Bagi yg tetap mau nonton, monggo. Selera orang kan beda-beda. Saya pasang standar tinggi untuk diri sendiri saja. Pendapat saya biasanya tidak beda jauh dengan para penikmat film. Sutradara film The Courier adalah Zackary Adler. bagi yg ingin tahu, durasi film 99 menit. Tidak cocok untuk anak-anak & remaja berusia di bawah 19 tahun. Banyak adegan kekerasan & pembunuhan sadis.
Selamat menonton... 😊
Sebenarnya pengen cerita seputar film lama, The Edge (1997). Kemarin tayang di Fox Action Movies apa Cinemax ya. Lupa. Tapi kebetulan tadi nonton film di bioskop (not a very good day for me). Jadi ini dulu deh. Mumpung masih segar di ingatan. Ini nonton yg nggak direncanakan krn tujuan awal keluar rumah mau ngurus tabungan keluarga di BSM. Eh mobil ngadat lagi akinya. Nggak ada yg bisa dimintai tolong. Tetangga yg punya jumper sudah berangkat ke kantor. Paman yg jago ngotak-ngatik mobil, sudah otw ke bandara, baru tahu saya kalo dia mau ke luar kota. Hujan deras banget. Terpaksa nge-Grab ke BSM Panakukkang. Payung diberdayakan lagi. Sampe BSM yg mau ke sananya penuh perjuangan, eh dia tutup. Tengok jam tangan, iya ya, mereka mah kalo Jum'at jam 11.30 sudah tutup. Trus jalan kaki deh ke Mall Panakukkang. Bank baru buka dua jam lagi. Pikir-pikir, saya ngapain ya dua jam? Pulang nggak mungkin. Tapi mosok dua jam ngider tanpa tujuan dalam mall? Perlu duduk yg nggak bosenin. Makan sambil nongkrong? Nggak ah, masih kenyang, dari rumah sudah makan. Lalu terpikir nonton pilem bioskop aja deh. Hitung-hitung nambah bahan ngisi blog lagi.
Di XXI, ada film Birds of Frey, Mangkujiwo, Bad Boys For Life & The Courier. Nggak sempat lagi ngecek IMDb spt yg biasa saya lakukan. Pengen Bad Boys For Life tapi jam mulainya nggak cocok sama rencana. Birds of Frey sepertinya bagus tapi saya nggak begitu suka akting Ewan McGregor. Nah pilihannya hanya The Courier. Yg ini tidak begitu nampak cast-nya, tapi dengan judul seperti itu, either it's action focus on the courier or comedy about a courier. Saya pikir yg manapun dari keduanya sama-sama akan menghibur penonton yg lagi banyak pikiran kayak saya. Aksi berani jagoan lumayan lah, akan boosts semangat. Aksi kocak sejenis Night At The Museum atau Click masih bisa juga lah ku tolerir. Becandanya nggak over.
Tahu nggak, penontonnya hanya 3 orang! Sungguh lengang tanpa tepuk tangan. Hahaha.
Setelah deretan iklan yg panjangnya kayak Sungai Nil, sampai juga di pembukaan film. Melihat nama Gary Oldman & Dermot Mulroney, bolehlah antusias. Umumnya nama kedua aktor veteran ini jaminan mutu film-nya soalnya. Ditambah Olga Kurylenko, berasa akan menyaksikan tontonan thriller action keren ini. Tiga nama itu saja yg langsung saya 'kenali.'
Saya nggak mau cerita detail ya krn ini film baru, nanti spoilers jadinya. Bisa diamuk massa akoh. Hihihi.
Film dimulai dengan gambar crime scenes muncul bergantian secara cepat. Tapi sampai setengah perjalanan film, kok saya nggak terkesan ya? Huhuhu. Kalau film bagus, saya fair akui bagus. Kalau tidak bagus, saya tidak akan bilang bagus. Silahkan sih kalau mau beda pendapat. Semua pasti punya alasan & kita cek bagaimana ulasan penonton secara umum.
Buat saya, 1-10 bintang, saya kasih 3. Sorry to say. Setiap aktor & aktris seperti tampil sendiri-sendiri, tidak saling terlibat. Tidak ada chemistry-nya. Gary Oldman (Ezekiel Mannings) kok tidak tampil all out seperti biasanya. Sayang sekali aktor sekaliber dia hanya kebagian peran duduk-duduk saja, makan & terima telepon dalam balutan piyama plus mantel. Cally Taylor (Alys Mannings), oh God who cast her? Amit Shah (Nick Murch) mengingatkan pada beberapa aktor newbie asal India. Kurang meyakinkan.
Villains-nya juga konyol sekali. Sudah banyak, berotot, pegang segala senjata canggih, masih kalah juga sama satu orang perempuan ceking. Seperti suatu hil yg mustahal. Tapi baiklah, untuk soal ini, masih makes sense kalau kita bicara "otak bisa mengalahkan otot." Saya akui, ide-ide cemerlang Olga Kurylenko (Si Kurir) untuk membekuk lawan memang ada-ada saja.
Cuma kawanan kekar berotot yg banyak didatangkan untuk bertarung di basement parkiran dalam waktu lama itu sungguh mengundang banyak pertanyaan. Misalnya saat William Moseley (Agent Bryant) datang ke ruang pengawas & menembak penjaganya, penjaga tsb sedang baca koran. Padahal sebelumnya, sudah terjadi tembak-menembak riuh. Kok dia nggak dengar? Seringnya pengucapan kata "F" oleh Bryant & anak buahnya (bahkan Nick). Saya juga kaget lihat kata yg sama beberapa kali diucapkan Dermot Mulroney (Agent Roberts). Skenario buruk sekali. Kata-kata yg diucapkan dari itu ke itu saja. Lalu pemeran Agent Bryant. Serius, saya baru lihat nih, wajah baru. Dari mana mereka bisa memutuskan dia jadi pemimpin henchmen? Akting jelek! Hiks. Ada apa dengan para aktor yg kalo kebagian peran antagonis, caranya memperlihatkan dia bengis itu dengan memicingkan mata atau bibir dimiring-miringin ya? Apa tidak pernah lihat penampilannya aktor-aktor sekelas El Manik, Farouk Afero, Torro Margens atau Gene Hackman, Al Pacino & Christoph Waltz kala membawakan tokoh-tokoh antagonis? Dengan karakter kuat yg mereka bawakan, semua yg nonton tahu mana villain-nya. ITU baru AKTOR. Tidak pake jalan pintas untuk menjiwai peran. Ditempa pengalaman, kerja keras, dedikasi.
Lanjut, adegan perkelahian & pembunuhan sadistis, musik megah yg menghentak-hentak serta adegan flashback perang di Suriah tidak cukup membuat terkesan. Setidaknya bagi yg sejak usia 9 tahun sudah jadi penikmat segala bentuk seni peran ini. Mungkin yg sedikit menghibur saya & bisa menahan kaki untuk tidak melangkah keluar saja ke BSM adalah adegan perkelahian Kurylenko dengan para henchmen. Saya sebenarnya suka nggak percaya ada perempuan kurus kecil bisa setangguh itu membekuk lawan yg notabene laki-laki tinggi besar, berotot, kekar & bersenjata pula. Tengok saja Angelina Jolie dalam Tomb Raider Maisie Williams dalam Game of Thrones. Saya lebih percaya kalau perempuannya berbadan ideal seperti Rebecca Ferguson dalam Mission Impossible atau bahkan Lucy Lawless dalam Xena : The Warrior Princess. Jadi isunya bukan gender nih yaa, tapi ukuran badan yg memadai. Sedikit kecewa pemeran Agent Simmonds tidak banyak jatuh tampilnya. Dia scene stealer buat saya.
Untuk seorang bintang besar seperti Gary Oldman, saya tidak mengerti kenapa dia bisa ada dalam deretan cast film seperti ini.
Intinya, begitu banyak 'bolong' dari sisi chemistry, skenario, plot cerita, irrelevant & kualitas akting dari film The Courier. Banyak nggak nyambungnya. Kelar nonton trus mikir, "Apa sih yg baru ku tonton? 50 ribu yg sia-sia." *giggling*
Barusan iseng ngintip ulasan penonton dari masyarakat umum di IMDb, wow serem-serem! Ada yg bilang Gary Oldman tampaknya sekarang mau terima tawaran peran apa saja... Film seakan hanya seperti kru memimpin gladi resik (ya ampun ini bikin ngakak!)... Sungguh menyakitkan untuk disaksikan. Saya tidak akan heran jika anda keluar sebelum film kelar... Dialog buruk, akting buruk. Buang-buang waktu & oksigen saja nontonnya. Rata-rata memberi skor 3 untuk bintang 1-10. Yg ngasih 1 banyak juga.
Kejam-kejam? Sebenarnya bukan sih. Di industri perfilman memang begitu. Bagus, katakan bagus. Buruk, katakan buruk. Nothing personal. Ini bukan dunia politik. Ini dunia kreativitas & sportivitas. Semua orang terus belajar, semangat berkarya. Jadi kritik atau masukan itu bagian dari kebutuhan.
Bagi yg tetap mau nonton, monggo. Selera orang kan beda-beda. Saya pasang standar tinggi untuk diri sendiri saja. Pendapat saya biasanya tidak beda jauh dengan para penikmat film. Sutradara film The Courier adalah Zackary Adler. bagi yg ingin tahu, durasi film 99 menit. Tidak cocok untuk anak-anak & remaja berusia di bawah 19 tahun. Banyak adegan kekerasan & pembunuhan sadis.
Selamat menonton... 😊
Komentar
Posting Komentar