FAIR GAME (1995)

Assalamu'alaikum. Good day.

Perdana pake laptop baru nih. Notebook lah tepatnya. Asus e203mah. Bukan spek dewa tapi mayan deh harganya nggak bikin kantong bolong dan ukurannya compact, cuma 11,6 inch. Saya suka yg begini : praktis ekonomis. Suami ribut : "Gimana sih? Processor i3 aja nggak!", tapi buat saya yg cuma perlu untuk nulis, browsing dan ngurus kerjaan-kerjaan online sih udah oke banget. Dipake nyimpen foto-foto dari ponsel juga cukup kok. Daripada ngetik di android, menyiksa mata banget. Satu aja kesalahan: no backlight di keyboard.

Semalem nonton film Fair Game (1995) dibintangi William Baldwin (Detektif Max Kirkpatrick), Cindy Crawford (Kate McQuean), Steven Berkoff (Colonel Ilya Pavel Kazak), Christopher McDonald (Lt. Meyerson), John Bedford Lloyd (Det. Louis Aragon), Johann Carlo (Jodi Kirkpatrick), Jenette Goldstein (Rosa-Henchwoman), Olek Krupa (Zhukov-Henchman), Paul Dillon (Hacker). Di awal munculnya film ini tahun 1995, saya masih SMA kelas 3 di Palu. Saya ingat poster besarnya terpampang di dinding luar Bioskop 21, satu-satunya bioskop di ibukota Propinsi Sulawesi Tengah itu. Waktu itu tertarik nonton lebih krn pengen lihat seorang top supermodel kelas dunia main film. Surprised sekali saat itu. "Emang bisa dia akting?", begitu batin saya. Kebetulan umur sudah 17 tahun jadi sudah boleh dong nonton. Tapi bahkan saat itu rasanya kecewa. Action-nya oke walau ide cerita stereotype banget (seorang pengacara kasus-kasus perdata yg disepakati banyak orang masuk kategori "seksi" jadi target pembunuhan gerombolan KGB harus dilarikan dan dilindungi oleh seorang polisi-detektif jagoan yg ditugaskan untuk kasusnya, saling jatuh cinta dalam pelarian, bla bla bla), tapi urusan akting sungguh di bawah rata-rata. Tidak lepas, kurang rileks dan jauh dari kesan natural. Buat saya pribadi, seakan menyaksikan Bruce Willis dipaksa tampil menyanyi di atas panggung dengan ciri khas menyeringainya. Terasa salah di mana-mana. Hihihi. Maaf ya bagi fans garis kerasnya Cindy Crawford, no offense. Sebisa mungkin fair me-review.


Tidak bisa dipungkiri bahwa ada saja pegiat dunia entertainment yg multitalent, tapi ada pula yg harusnya menerima kenyataan bahwa ia hebat dalam satu bidang saja dan dia harus cukup pintar untuk mengerti itu. Tapi nice try-lah buat Cindy Crawford. Effort-nya berpayah-payah mengikuti proses syuting perlu diacungi jempol. Bagi penggemar yg penasaran ingin melihat penampilan Crawford selain di atas catwalk, tentu Fair Game menjadi wajib tonton. Sebelumnya ia pernah tampil dalam beberapa video clip dan iklan Pepsi meski dalam video clips namanya tidak dicantumkan pada credit tittle. So technically, Fair Game adalah film layar lebar pertamanya. Setelah Fair Game pun ia masih tampil dalam beberapa film dan serial televisi meski kurang terdengar gaungnya dan belum pernah ku tonton sih.

Kualitas akting William Baldwin yg biasa-biasa saja cukup diimbangi kekuatan Berkoff dan McDonald sehingga dipadukan dengan action dan banyaknya adegan ledakan dan kejar-kejaran, film ini tidak terlalu membosankan jadi tontonan sampai habis.
Yg terasa mengganggu mungkin pada berlebihannya eksploitasi keseksian seorang Cindy Crawford pada menit-menit awal film sebut saja saat Det. Kirkpatrick secara terang-terangan mengagumi tubuh Crawford dalam ruang kerjanya, pandangan mata para polisi ketika Crawford melintas dan ketika ia berinteraksi dengan petugas toko elektronik. Tambahan menggelikan lain: rambutnya yg masih terlihat indah dan selalu kering setelah melalui hari-hari melelahkan dengan banyak ledakan dan kejar-kejaran. Oh, pleeease! Tapi kalau itu memang tujuan produser dan penulis skenario di masa itu sih memang Cindy Crawford yg fenomenal jadi pilihan paling pas. Beda halnya dengan beberapa scenes sejenis Julia Roberts dalam Erin Brockovich (2000). Yes dia juga tampil dengan dandanan provokatif (sesuai dengan penampilan khas dari tokoh asli yg dibawakannya), tapi mata kita jelas melihat dan merasakan kekuatan akting seorang aktris kaliber Oscar.

Kejanggalan lainnya adalah dengan canggihnya perangkat pelacak jejak identitas yg dimiliki anak buah Kasak. Kenapa mereka masih berpikir bahwa panggilan telepon dilacaknya pake kabel sepaksi/sesumbu? Dengan kecanggihan alat dan sumber daya manusia yg ingin ditunjukkan dimiliki oleh gerombolan Kasak, level mereka tentu sudah di tahap "Satelit Komunikasi." Tanya kenapa.

Film genre Action/Crime/Romance berdurasi 91 menit arahan Sutradara Andrew Sipes ini juga memunculkan Miguel Sandoval dan Salma Hayek meski hanya sesaat masing-masing di awal dan pertengahan film. Diangkat dari novel Paula Gosling yg ku yakin lebih menarik ketimbang filmnya.

Well, kalau anda hanya mencari film action old style seru dan tidak terlalu mementingkan kualitas akting para bintangnya, Fair Game bolehlah dijadikan pilihan. At least, dari film ini saya dapat satu kosakata Rusia: "Do svidaniya" ("Selamat tinggal", sampai bertemu lagi). Gotta go now, eh... do svidaniya. Dari saya skornya 5/10.

Komentar