THE GREEN MILE (1999)

Assalamu'alaikum and good day

Hari ini mau ngoceh tentang Film The Green Mile. Dari awal harus minta maaf duluan nih kalau kepanjangan, karena ini film nomor satu favorit saya. Harap maklum, kalau tentang yg favorit-favorit ceritanya suka panjaaang! Hehehe... 
Saya ngisi blog nggak pake konsep diorat-oret dulu di kertas gitu (kecuali untuk yg berseri, biasanya saya sudah nyiapin daftarnya dulu untuk menghemat waktu). Tapi untuk single-writing begini, langsung saja. Jadi yg terpikir di kepala, dituangkan di sini instantly. Makanya setiap kelar satu paragraf, merasa perlu langsung edit dan hit opsi "Publish" untuk nyimpan tulisan biar aman. Jadi ini sekalian menjawab pertanyaan kenapa isi blog biasanya dibaca kok nggak kelar. Karena ya emang belum kelar (dengan alasan tersebut di atas).
Judul Film: The Green Mile
Durasi: 189 menit
Sutradara: Frank Darabont
Casts: Tom Hanks, David Morse, Michael Clarke Duncan, Jeffrey DeMunn, Barry Pepper, James Cromwell, Sam Rockwell, Doug Hutchinson, Bonnie Hunt, Michael Jeter, Harry Dean Stanton, Patricia Clarkson, William Sadler, Dabbs Greer, Graham Greene, Eve Brent.
Genre: Crime/Drama/Dark Fantasy
Penulis: Stephen King (novel), Frank Darabont (screenplay)

Kalau ada sebuah film layar lebar yg digarap secara matang dan tergabung dari banyak unsur sempurnanya sebuah produksi film; mulai dari urutan kejadian demi kejadiannya yg teratur, detail yg benar-benar diperhatikan, 'padat' berisi, skenario brilian, dialog-dialog singkat tapi pintar terangkai dengan analogi dan kiasan, solidnya para casts dan kru film dengan eksplorasi akting yg memukau kerjasama dari semua yg terlibat di dalamnya, satu film yg sanggup membuat penontonnya tertawa, sedih, terharu, terkejut sekaligus menangis; maka The Green Mile jawabannya.
Tidak butuh pemberitaan sensasional atau budget besar pada pos-pos tertentu untuk menarik penonton, cukup dengan ide cerita sederhana yg dibawakan dengan sangat apik oleh para aktor dan aktris pendukung, orang akan dengan sendirinya mendatangi bioskop, berburu filmnya untuk koleksi pun tidak keberatan.

Film yg diangkat dari novel Stephen King ini adalah film pertama yg membuat saya benar-benar enjoy dengan akting Tom Hanks sepenuhnya dan menyadari seberapa jauh aktor ini sanggup mengeksplore kemampuannya. He's different in Cast Away too. Selain Tom Hanks, seluruh casts juga tampil memukau dengan penampilan terbaik mereka, seakan tahu bahwa film ini akan sukses besar. David Morse sejak kemunculan pertamanya, Michael Clarke Duncan dengan kepolosan dan kemurnian hati karakter yg dibawakannya dengan sangat menyentuh, James Cromwell sebagai atasan Paul Edgecomb (Tom Hanks), Harry Dean Stanton yg berhasil bikin saya  tertawa, Michael Jeter yg begitu menyatu dengan aksen Cajunnya; bahkan Sam Rockwell dan Doug Hutchinson yg ikut 'menghidupkan' jalan cerita. Setiap dari mereka melakukan tugas masing-masing membawakan peran dengan sangat baik. Contohnya Doug Hutchinson yg berhasil membuat peran Si Pecundang Percy tampak benar-benar menyebalkan. Tak terbayangkan aktor lain yg bisa membawakan tokoh homophobic ini dengan sangat pas sebaik Hutchinson.


Well
, mari bahas para aktor dan aktris pendukungnya dulu.
Tadi sudah dibuka dengan Tom Hanks. He's a great actor, no doubt about that ya. Seakan setiap peran yg diberikan itu hal mudah saja buat Hanks. Koleksi piala Oscar dan banyak penghargaan lainnya cukup jadi bukti. Jadi nggak perlu panjang-panjang. Karakter yg dibawakannya di sini mengalami pergulatan berat dalam diri. Sisi humanis kerap mengusik tugas & tanggungjawabnya sebagai Sipir Kepala. Meski harus berhadapan dengan masalah-masalah pelik dalam kesehariannya dan kerap harus memilah dan memikirkan sendiri jalan keluar terbaik untuk semua pihak, tapi selalu berusaha menjadi pemimpin yg baik bagi anak buahnya. Perlu jadi contoh soal untuk para pemimpin di luar sana.

David Morse. Dalam daftar film favorit saya (nyusul tulisannya), setidaknya ada dua film yg memasukkan Morse dalam list saya, yaitu The Green Mile dan The Rock (1996). Uniknya keduanya adalah film yg pengambilan gambarnya banyak dilakukan di penjara dan kedua karakter yg dibawakan Morse sendiri nggak jauh-jauh dari petugas otoritas. Dengan perawakan towering height (6' 4"/193 cm) didukung kualitas akting matang membuatnya mau tidak mau noticeable setiap kali tampil untuk sebuah film (dan khusus dalam film ini, kita seakan diajak untuk selalu mengingat kehadiran aktor-aktor tinggi besar dari beberapa dialog para tokohnya). Berkat bahasa tubuh dan kualitas akting yg ditampilkan David Morse sebagai Brutus "Brutal" Howell, tidak diragukan lagi, The Green Mile merupakan salah satu penampilan terbaiknya dalam film.

Berikutnya ada James Cromwell. Meski tidak muncul sesering Hanks dan Morse, tapi Cromwell juga tidak kalah keren terutama dalam hal mengaduk emosi penonton dengan kemampuannya 'lompat-lompat' peran sepanjang film dari seorang pimpinan yg dikenal tegas dan konservatif beralih ke seorang suami rapuh yg begitu terpukul mengetahui penyakit istri pujaan hatinya, lalu vice versa. Dengan porsi tampil sesingkat itu, ia toh sanggup memperlihatkan betapa besar cintanya pada sang istri. Fakta lain, dalam film ini, karakter Warden Hal Moores tampak kalah jangkung dengan karakter John Coffey. Kenyataannya, di antara deretan aktor pendukung The Green Mile, James Cromwell-lah yg paling jangkung dengan tinggi badan 6 kaki 6 setengah inci atau sekitar 199 cm, sedang tinggi badan Michael Clarke Duncan sendiri 'hanya' 6 kaki 4 setengah inci atau sekitar 194 cm, tidak berbeda jauh dengan co-star David Morse.

Lalu Jeffrey DeMunn. Hampir sepanjang film, karakternya menunjukkan ketidaksetujuan untuk membawa John Coffey keluar dari penjara, tapi emosi yg ditunjukkannya di ruang pemutaran film maupun ketika berada di ruang eksekusi mampu menunjukkan perasaan yg sebaliknya. Tipikal orang tak suka ribut yg sebenarnya tidak tegaan tapi krn tugas, ia harus mengalahkan perasaannya sendiri. Celetukannya di halaman rumah Warden Hal juga cukup mengundang senyum. Oya, bagi penggemar TV Series The Walking Dead (2010) yg juga disutradarai oleh Darabont; yap, Jeffrey DeMunn adalah pemeran tokoh Dale Horvath.

Sekarang ke Patricia Clarkson. Jatah tampilnya sebagai Melinda Moores lebih sedikit lagi dibanding Bonnie Hunt yg memerankan Jan Edgecomb, istri Paul Edgecomb (para aktris kurang beruntung nih di film The Green Mile. Tampaknya memang filmnya lelaki), tapi walau jatah tampilnya sekejap-sekejap saja, ketika ia bersuara, benar-benar pas dan fit into it dengan gambaran sang suami yg menyebutnya "her sweet voice". Kalo pada pernah nonton The Untouchables (1987), itu film debut layar lebar Clarkson. Dia tampil sebagai istri Elliot Ness (Kevin Costner). Suaranya memang lembut banget kayak hembusan angin sepoi-sepoi atau roti yg baru keluar dari oven... 😁 Bonnie Hunt sendiri tampil adorable seperti biasanya. I always see her as the chubby version of skinny Helen Hunt and they happened to share the same last name as well. Saya selalu melihat aktris ini sebagai versi tembemnya Helen Hunt, kebetulan wajah dan nama belakangnya juga sama.

Lalu aktor kawakan Harry Dean Stanton (Toot-Toot). Bener-bener kocak peran yg dibawakannya di sini. Lebih dari separuh hiburan lucu The Green Mile berpusat padanya dalam hanya satu-dua scenes saja. Jangan membayangkan penampilan cool dan gagahnya dalam Dillinger (1973) atau sebagai 1st Sgt. Jim Ballard dalam Private Benjamin (1980) dengan Toot-Toot ya. Jauuuuuh! Hahaha! Kritikus film Roger Ebert pernah mengklaim bahwa sebuah film tidak mungkin tidak menarik bila ada kedua aktor ini sebagai pemeran pembantu di dalamnya: M. Emmet Walsh dan Harry Dean Stanton. He's obviously a truly living legend.

Berikutnya, Sam Rockwell (memerankan "Wild Bill" Wharton) dan Doug Hutchinson (pemeran Percy Wetmore). Begitu menyebalkannya kedua karakter yg mereka bawakan sampe sulit memutuskan siapa juaranya. Ironisnya, justru di situlah tolak ukur kesuksesan mereka menghayati peran. Ini kedua kalinya saya melihat Hutchinson (yg pertama di film A Time To Kill); tapi Rockwell sudah sering banget, antara lain Charlie's Angels (2000) (sekaligus film perdana saya 'kenal' dia), Heist (2001), Matchstick Men (2003), The Assassination of Jesse James by the Coward Robert Ford (2007), Choke (2008), Everybody's Fine (2009) dan Iron Man 2 (2010). Nggak tahu kenapa Sam Rockwell sering memilih peran-peran ajaib seperti dalam The Green Mile atau The Assassination of Jesse James, tapi dia memang aktor muda profesional yg mampu membuktikan diri dia bisa tampil dengan beragam karakter, alih-alih terjebak dalam peran-peran stereotype seperti banyak aktor seangkatannya.

Khusus untuk The Green Mile, Rockwell tidak membuat pengecualian. Seperti biasa, ia tampil maksimal, makanya saya excited saban nonton film ada dia di dalamnya. Meski karakter yg dibawakannya di sini bikin bergidik ngeri, toh sesekali juga 'kegilaan'-nya terlihat begitu konyol, bisa mengundang tawa (contohnya pada scenes ketika Eduard Delacroix menjalani eksekusi atau saat dia ngerjain Paul Edgecomb, Brutus Howell dan Harry Terwiliger). Ketika sampai pada titik ini, more like Jim Carrey, i must say.

As for Hutchinson, (belakangan baru 'nemu' dia lagi dalam film Punisher: War Zone (2008). Sebelumnya dia muncul sbg Willard Bersaudara dalam A Time To Kill (1996). Pasti udah pada nonton kan? Uh, tidak kalah nyebelinnya ya. Bukan tipe aktor yg pengen saya ikuti karir perfilmannya. Hihihi. Serem-serem bok!, tapi menurut saya dia sukses besar membawakan peran Percy Wetmore. Percy yg pongah, penakut, egois sekaligus kejam sungguh sangat menjengkelkan. Ada ya orang model Percy begini? Psikopat ekstrim. Dari awal kemunculan Percy dalam film sampai di scene terakhirnya, dia konsisten banget. Konsisten menyebalkan maksudnya. Heuheu. In other word, Hutchinson berhasil 'menghidupkan' tokoh tak berguna ini. Bersama Dean Stanton, Greer dan Rockwell; menurut saya, Hutchinson masuk jajaran "scene stealers"-nya The Green Mile.

Sosok raksasa baik hati yg dibawakan Michael Clarke Duncan, John Coffey adalah tokoh inti di mana cerita dari The Green Mile bergulir. Simple minded, sifat dan sikapnya sanggup membuka mata empat sipir penjara (terutama Paul) tentang niat baik dan keikhlasan yang tulus, bahkan dengan anugerah kelebihan yg dimilikinya. 10 orang saja seperti dia di dunia rasanya cukup membawa banyak perubahan. Ya nggak sih... Sayangnya aktor towering height Afro-America ini sudah meninggal pada tanggal 03 September 2012 di usia 54 tahun karena serangan jantung yg lama diderita. Satu cerita kecil yg pernah saya baca adalah Clarke Duncan semasa hidupnya suka membagikan uang 5 dollar ke siapa saja yg mengenalinya di jalan dan bisa menyebutkan nama lengkapnya dengan benar. What an intention.

Sedang untuk aktor Barry Pepper yg kebagian peran sebagai Dean Stanton, menurut saya cukup berhasil mengimbangi aktor2 kawakan di sekitarnya. He was lucky too karena dengan usia masih tergolong muda ketika tampil dalam The Green Mile (28 tahun), diberi kesempatan bersama dalam satu screen dengan Tom Hanks (reuni kedua bersama Hanks setelah Saving Private Ryan (1998)), David Morse, James Cromwell, Jeffrey DeMunn, Michael Jeter, Bonnie Hunt, William Sadler, Graham Greene dan tentu saja, Harry Dean Stanton; di mana ia memerankan karakter bernama sama dengan nama asli pemeran Toot-Toot tersebut.

Last but not least, para pemeran pembantu lainnya yg tidak kalah membuat film ini jadi komplit kerennya. Sebut saja aktor asal Chattanooga, Tennessee mantan anggota militer di Angkatan Laut Amerika, Bill McKinney yg kebagian peran kecil sebagai petugas "Roll On One and Two": Jack Van Hay (baca : Van Hei). Sepertinya nggak ada aktor yg bisa sedemikian pas dan cocok berakting dalam kotak "Roll On One and Two" dengan moves-nya mengangkat dan menurunkan tuas sebaik Van Hay versi Bill McKinney. This wonderful actor is not with us anymore, died on December, 1 2011 (age 80).

Beralih ke akting Michael Jeter (also deceased),  Si Terpidana Mati asal Prancis beraksen Cajun yg susah payah didapatkan dari hasil kursus singkat sebelum memulai syuting. Lalu Si Cantik Paula Malcomson (sebagai Marjorie Detterick) juga ada dalam salah satu film favorit saya lainnya : Tombstone (1993), berperan sebagai istri Virgil Earp. Untuk kedua kalinya ia hanya tampil dalam peran kecil di film besar dengan chaos dalam keluarga yg rada mirip: jadi istri bernasib malang yg harus berada dalam keadaan genting di mana sang suami harus kehilangan sebelah tangan di Tombstone dan ibu yg ditinggal mati kedua anak perempuannya di The Green Mile.

William Sadler (Klaus Detterick) sang aktor kawakan juga nggak kalah cemerlang lho biar kate tampilnya hanya sekilas-sekilas aja. Berbeda dengan The Green Mile, Sadler dan Brian Libby (yang juga tampil sebagai cameo disini) memegang peranan penting sebagai dua casts yg ikut menemani Tim Robbins dan Morgan Freeman sepanjang film box office ber-setting penjara arahan Darabont lainnya: The Shawshank Redemption (1994). Gary Sinise? Cool performance padahal sih hanya dari teras belakang rumah. Hehehe. Film reuninya bersama Tom Hanks sejak Forrest Gump, i suppose.--Cmiiw.

Reputasi Frank Darabont sebagai sutradara yg menaruh perhatian serius terhadap detail itu benar adanya. Cuma kalau harus memaparkan semua detail yg membuat film ini menjadi perfect 99% dan menjadikannya film nomor satu favorit saya, bakalan panjang dan lama. Tapi ada beberapa yg sayang kalau nggak diceritakan di sini (unchronological/tidak berurutan ya. Sesuai ingatan saya saja):
1. Jari-jari Eduard Delacroix yg dibalut akibat patah dipukul oleh Percy Wetmore pada hari kedatangan John Coffey tetap terlihat pada malam eksekusinya, seakan ingin memberitahu penonton bahwa kejadian demi kejadian dalam film ini hanya berlangsung dalam hitungan hari (minggu paling banter).
2. Bill Dodge (diperankan oleh Brent Briscoe) yg melihat Mr. Jingles saat sedang duduk bersama Harry Terwilliger dimunculkan sebagai host pada scene "Pura-pura menyambut Tikus Sirkus Delacroix." Penonton seakan diberitahu sejauh mana 'pamor' Mr. Jingles mengingat Dodge bukan termasuk dalam group inti Blok E pimpinan Paul ("Floating guard of E block" kalau merujuk pada keterangan dari IMDb. Gimana ya padanan kalimatnya dalam Bahasa Indonesia? Yaa pokoknya gitu deh yaa...).
3. Pistol yg dipegang di tangan kanan Brutus Howell saat gladi resik eksekusi kembali diperlihatkan pada adegan saat Percy Wetmore menggantikan tempatnya ketika tiba giliran eksekusi Delacroix. Pistol baru dimasukkan dalam sarungnya (conceal carry) saat terpidana sudah duduk di kursi listrik. Tampaknya ini memang prosedur resmi yg benar-benar harus dilakukan pada masanya.
4. Tattoo "Billy The Kid" yg dikatakan Warden Hal pada Paul Edgecomb di ruang kerjanya adalah yang diperlihatkan pertamakali sebelum memunculkan wajah 'Wild Bill' Wharton sendiri. Tidak ada dialog apapun pada awal scene ini, tapi dengan melihat tattoo itu, penonton langsung bisa mengenali siapa dia.
5. Saat terjadi keributan karena Percy menginjak tikus, the film makers juga peduli dengan pertanyaan yg berpotensi muncul: "Kemana William Wharton yg suka berisik?", maka sekilas diperlihatkan Wharton baru terbangun dari tidur ketika insiden berakhir. Mereka tidak lupa itu. Menurut saya, cara penjabaran detail yg cerdik.
6. Pada hari kedatangan John Coffey ke Blok E, Brutus Howell bertanya-tanya apa yg dilakukan para tawanan itu memakai kata ganti jamak untuk orang ("mereka"), kemungkinan besar karena mobil tahanan yg datang terlihat timpang di bagian belakang seakan berisi orang banyak. Mobil yg berat di bagian belakang itu diperlihatkan utuh pada layar selama sepersekian detik.
7. Urutan kejadian juga betul-betul menjadi perhatian. Seperti saat Wharton tiba dan langsung membuat keributan, dia bisa dengan mudahnya menaklukkan Paul karena malam sebelumnya sudah diperlihatkan bagaimana Paul harus berjuang menahan sakit infeksi kandung kemih akutnya dan mengatakan pada istrinya keesokan harinya untuk segera mendatangi dokter.
8. Sejak awal film, penonton bisa langsung mengetahui sikap baik hati para sipir Blok E ini hanya dari satu kalimat Percy pada scene "Percy mengejar tikus."
The Green Mile dibuka dengan adegan munculnya satu-persatu tim pencari korban di tengah padang ilalang yg sedang berlari dalam slow motion mode dan sengaja dibuat blur, lalu gambar tampak jelas saat William Sadler muncul dan berhenti untuk memegang potongan kain yg tersangkut diatas dahan. Setelah beberapa kalimat, Dabbs Greer (pemeran Paul Edgecomb tua) tampil di layar, melakukan bagian perannya sampai pada saat film klasik Top Hat disetel dan ia harus menyingkir ke ruang duduk bersama teman sesama penghuni rumah jomponya, Elaine Connely (Eve Brent).

Dari sini cerita bergulir tentang bagaimana keseharian seorang sipir supervisor pada sebuah blok dalam penjara yg khusus berisikan para terpidana mati. Bersama tiga anak buah setianya (Howell, Terwiliger dan Stanton), mereka memperlakukan para tahanan dengan sikap baik, sangat menghargai perasaan para tahanan tersebut dan berusaha untuk tidak membebankan apapun lebih dari yg sudah mereka pikul dalam masa penantian hari eksekusi. Yg paling jelas terlihat adalah ketika mereka baru akan melakukan gladi resik eksekusi bila tahanan yang bersangkutan sedang tidak berada dalam sel (entah sedang menerima tamu keluarga atau dikirim melakukan pertunjukan Tikus Sirkus dengan penonton yang semuanya juga diatur untuk berpura-pura) dan cerita karangan Paul dan Howell tentang tempat tinggal Mr. Jingles sekedar untuk menenangkan hati Delacroix yang akan menjalani eksekusi.

Mereka bahkan memperlakukan jenazah para terpidana mati itu dengan baik, percaya bahwa mereka sudah membayar apa yg harus mereka pertanggungjawabkan dan dengan demikian, semua yg sudah mati melalui kursi listrik itu, suci kembali. Mereka adalah sipir-sipir terbaik dalam blok paling 'mematikan'. Sayangnya, kedamaian dan niat baik mereka sering terusik oleh Percy, rookie (anak baru) egois bertabiat jelek yg kejam, pengecut dan suka mengandalkan nama besar bibinya untuk mengancam Paul dkk. Kehadiran John Coffey membukakan mata hati mereka tentang suatu kebaikan dalam bentuk lain, dilema dengan pikiran betapa mustahilnya Tuhan akan menganugerahkan bakat magis semulia itu kepada seorang manusia yg tega melakukan pemerkosaan dan pembunuhan pada anak-anak perempuan di bawah umur. Hal ini diperkuat dengan adanya beberapa kesempatan bagi John Coffey yg bertubuh besar layaknya raksasa dan sanggup melumpuhkan semua petugas untuk kabur bila ia mau, tapi tidak dilakukannya. Ia menunjukkan banyak tanda-tanda tidak berbahaya, ditambah dengan asal-usul John Coffey yg tidak jelas, entah darimana datangnya.

Dari Wikipedia dan IMDb saya menemukan beberapa fakta sebagai berikut:
1. Stephen King menulis cerita ini dalam enam bagian yg terbit setiap bulan. Judul dari Bagian Pertama adalah The Two Dead Girls, yg juga merupakan kalimat terakhir dari mulut Paul Tua saat memulai ceritanya pada teman sesama penghuni panti wreda sebelum akhirnya cerita bergulir ke masa lampau.
2. Ada beberapa tokoh lain dalam cerita versi buku yg tidak dimunculkan dalam versi film antara lain: Arthur "The President" Flanders. Salah satu penghuni Blok E yg juga ngantri untuk menjalani hukuman mati. Mungkin karena kehadirannya tidak memiliki kaitan langsung dengan bagian-bagian terpilih yg akan diceritakan dalam film. Curtis Anderson sang asisten Warden. Burt Hammersmith (wartawan rasis yg meliput berita kematian korban anak-anak perempuan Detterick). Homer Cribus (Sheriff Trapingus County), Rob McGee (Deputy Sheriff), Brad Nolan (penjaga panti wreda yg kejam dan otoriter, serupa dengan Percy Wetmore.
Sayang ya tokoh yang satu ini tidak dimunculkan dalam versi film? Cerita memang banyak memusatkan setting pada tahun 1935. Kejahatan apa saja yang dilakukan para penghuni penjara Blok E ini juga tidak disebutkan dalam versi film, kecuali tentu saja yg dituduhkan terhadap Coffey dan Wharton.
3. Dalam versi buku (itu sebabnya, bagaimanapun, versi buku sebuah cerita jauh lebih memuaskan ketimbang versi film-nya karena film tentunya dibatasi durasi), dijelaskan bagaimana Jan, Brutal, Dean dan Harry meninggal. Dalam film tidak disebutkan sama sekali.
4. Sebuah kebetulan yg manis adalah bahwa aktor Harry Dean Stanton ikut terlibat sebagai salah satu cast dalam The Green Mile, sementara dua di antara sipir anak buah Paul bernama Harry dan Dean Stanton. Hal ini cukup menarik mengingat kedua karakter tersebut sudah ada dalam buku jauh sebelum Harry Dean Stanton didapuk sebagai pemain.
5. Tom Hanks menerima tawaran peran Paul Edgecomb sebagai bantuan pada Darabont karena ia batal memerankan Andy Dufresne dalam The Shawshank Redemption (Tim Robbins was cast instead).
6. Setting cerita yg sebenarnya adalah tahun 1932 tapi dalam film diundur sampai ke tahun 1935 demi alasan akurasi karena film Top Hat yg ditambahkan pada versi film adalah produksi tahun 1935--Bukti lain kedetailan Darabont.
7. Menurut Stephen King, film The Green Mile adalah contoh keloyalan dari versi bukunya karena nyaris mirip dengan apa yg dia bayangkan saat menulis cerita ini.

There! I wrote everything i wanted to share. Sudah semua yg sejak lama pengen saya bagikan. Sekian. Wassalam.






Komentar