123 AKTOR BESAR DAN BERBAKAT INDONESIA VERSI ANYER (Bagian 5)

Assalamu'alaikum wr wb
Good day all ...

Hai semua,
untuk kelima kalinya, ini daftar 123 Aktor Besar Indonesia. Versi saya yaa. Kriterianya: Memiliki bakat/kemampuan akting jempolan, dikenal di Indonesia dan sudah berkarier di dunia seni peran (layar lebar maupun layar kaca) selama minimal 10 tahun. Sebenarnya sebelum memulai tulisan ini, niat saya mengutamakan mereka yg dalam perjalanan karir perfilmannya sudah punya pengalaman mencoba berbagai peran, yg ekspresif, powerful dst. Tapi trus nyadar kalo dengan kriteria ketat begitu, saya akan mempersempit nama-nama aktor jadi kurang dari 123 orang aja dong. Wong di Indonesia justru banyak aktor spesialis satu-dua jenis peran aja.

Jadi sebenarnya, beberapa dari para aktor ini bukannya tidak bisa, hanya belum punya kesempatan saja atau bisa jadi kurang wadah kreatif sebagai tempat berekspresi. Jadi saya tambahkan kriteria lain dan ternyata nama-nama besar yg saya dapat justru punya banyak cerita perjuangan dan pengalaman baru yg tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Daftar ini saya susun bukan berdasarkan tingkat kemampuan, kehebatan dan atau lain sebagainya, semata berdasarkan ingatan saja. Maklum, ngerjainnya sendiri, tidak punya tim khusus atau metode canggih lainnya. Bahasa yg digunakan pun masih banyak kekurangan. Yg penting maksud tersampaikan. Wes.

Dan  saya bukan siapa-siapa, hanya senang dengan dunia seni, ingin memberikan apresiasi untuk para bintang tanah air sendiri, terutama dalam dunia seni peran. Pengen main film dengan mereka kok ya nggak mungkin. Usia sudah 30an tahun. Jadi sutradara, ngimpi kali' ya. Karena suka baca dan nulis, maka mengabadikan kisah hidup dan perjuangan mereka mencapai sukses itu yg paling dekat dan possible untuk mengakomodir keinginan. Minimal, saya bisa mengasah kemampuan berbahasa dan menulis walau cuma dalam bentuk blog.

Tulisan ini saya persembahkan sebagai bentuk apresiasi dan  penghargaan pada bakat, kerja keras dan prestasi para aktor Indonesia. Biar jadi pada tahu bagaimana kerja keras dan perjuangan mereka yg kita lihat sukses itu. Berapa banyak orang sekarang yg lebih suka pakai jalan pintas untuk meraih keinginan, tidak peduli apakah akan merugikan atau menyakiti hati orang lain? Berapa banyak yg suka meremehkan, menertawakan orang-orang yg lebih tua? Padahal dari mereka ternyata kita bisa belajar banyak hal baik dan positif. Semoga persembahan kecil ini berarti besar.

Karena tentang para aktor asal Republik Indonesia, jadi sebisa mungkin saya tampilkan foto-foto mereka yg kental identitas Indonesia, seperti berpakaian sopan, pakai kemeja batik, (kalau ada) mengenakan busana adat Nusantara, berpose dengan latar khas Indonesia atau minimal sedang menghadiri suatu event perfilman. Beberapa nama ternyata tidak ngasih banyak pilihan foto buat saya, jadi yg dipajang ya sedapatnya saja.


"Indonesian Hall of Fame"

41. HENDRA CIPTA


Nama: Hendra Cipta
Lahir: Yogyakarta, 2 Oktober 1947
Wafat: 24 September 2011
Cause of death: Kanker
Karir aktif: 1972-2009
Filmografi:
Komentar: Mantan suami aktris Ruth Pelupessy ini adalah seorang aktor yang namanya melambung lewat film Mei Lan, Aku Cinta Padamu dan beradu akting bersama aktris Eva Devi pada tahun 1974 dengan sutradara Pietrajaya Burnama. Seringnya Hendra Cipta tampil membawakan peran2 antagonis atau orangtua abusive.
Ada yg unik dalam perjalanan mencari nama aktor jebolan Asdrafi ini. Sebelumnya saya riset & nyarinya sendirian, belakangan nyarinya bareng suami. Seru lho. Saya sebut ciri2nya lalu suami nebak namanya, tapi celetukannya suka bener lho. Hihihi. Pas nyari nama Hendra Cipta, saya nyebutin ciri2: "Potongan rambutnya mirip Ratno Timoer, tapi di bagian cambang tuh ada ubannya. Eksentrik, sering jadi tokoh antagonis, aktingnya keren banget, suka bikin terpana saking powerful-nya..." Lalu kami saling sebut nama secara ngawur aja. Herlambang... cari, eh yg nongol presenter. Priambodo, lha yg muncul Cok Simbara. Trus jadi nyasar ke aktor2 laga kayak Advent Bangun, Barry Prima, George Rudy gara2 foto2 mereka yg berseliweran di search engine google. Hahaha. Kata suami, "Namanya tuh unik og. Ada unsur puitisnya..."
Tahu2 saya nyebut dengan nada ragu, "Hendra... Ada Hendranya nggak ya?"
Trus Uda nyeletuk, "Cipta... Coba ketik Hendra Cipta, kita lihat sama nggak orang yg kita maksud..." Saya semangat banget ngetik, eh bener lho. Suamiku dapet hadiah cium dah, cium basah. Hahaha. Cuma saya bingung, di mana unsur puitisnya sih? Namanya normal2 aja.
Ini aktor yg kalo tampil tuh kayak beneran, guys. Seperti bukan sedang syuting euy. Tampilannya apa adanya, kuat dengan aura percaya diri, tidak dibuat-buat lah pokoknya.
Sayang beliau nggak lama2 bersama kita. Baru usia 63 tahun...


42. AGUS KUNCORO


Nama lengkap: Agus Kuncoro Adi
Lahir: Jakarta, 11 Agustus 1972
Istri: Anggia Jelita
Tahun aktif: 1990-sekarang
Film/FTV/sinetron, antara lain: Saur Sepuh IV (1991), Saur Sepuh V (1992), Panggung Pinggir Kali (2005), Kun Fayakuun (2008), Di Bawah Langit, Sang Pencerah (2010), Tanda Tanya, Tendangan Dari Langit, Pengejar Angin (2011), Malaikat Tanpa Sayap; Sule, Ay Need You, Ambilkan Bulan, Cinta Di Saku Celana, Cinta Tapi Beda (2012), Gending Sriwijaya, Sang Kiai, Adriana, Soekarno, Comic 8 (2013), (FTV) Sayekti Dan Hanafi, (Sinetron) Tutur Tinular (1997), Kaca Benggala, Singgasana Brama Kumbara, Misteri Gunung Merapi, Angling Dharma, Borobudur, Prahara Batavia, Rahasia Ilahi, Hidayah, Dunia Tanpa Koma, Babe, Tim Bui, Para Pencari Tuhan, Panggil Gua Haji.
Prestasi/Awards: Nominasi Piala Citra pada Festival Film Indonesia (FFI) 2011 kategori Aktor Pendukung Terbaik (Tanda Tanya), Nominasi Piala Citra pada FFI 2011 kategori Aktor Pendukung Terbaik (Tendangan Dari Langit)Pemenang Piala Festival Film Bandung 2012 kategori Pemeran Utama Pria Terbaik (Tim Bui)


Komentar:
Lahirnya 11 Agustus juga lhooo. Bukan cuma fellow Leo tapi juga fellow birth date-ku nih. Bahasa Indonesianya: Saya dan Agus sma-sama Leo dan sama-sama lahirnya tgl. 11 Agustus. Dih, ngemeng opo? 
Ada yg pernah mengamati kalo Agus Kuncoro beraksi di depan kamera? Jelas terlihat dia sangat menjiwai setiap karakter yg dibawakan. Di mata saya, Agus Kuncoro masuk jajaran aktor yg sangat berbakat di dunia seni peran. (Lagi) menurut saya, bersama Derry Drajat dan Tabah Penemuan, Agus Kuncoro akan jadi generasi penerus  aktor-aktor watak Indonesia di masa mendatang, kalau mereka konsisten terus bercokol dalam industri ini.
Di awal karir, ia kerap tampil dalam film-film kolosal atau berlatar sejarah kerajaan di Nusantara. Dalam perjalanannya, suami aktris Anggia Jelita yg sering bekerjasama dengan sutradara Hanung Bramantyo ini mulai sering tampil dalam film-film bermutu dengan kualitas akting yg semakin matang. Kita tunggu karya-karya selanjutnya dari Agus Kuncoro.

43. A.N. ALCAFF


Nama lengkap: Achmad Nungcik Alcaff
Lahir: Jambi, 17 Agustus 1925
Wafat: 22 Desember 1987
Pendidikan (formal dan non formal): Neutrale Schakel School (1931-1938), Kursus Bahasa Inggris, Kursus Mengetik.
Tahun aktif: 1950-1983
Film, antara lain: Dosa Tak Berampun, Embun (1951), Sorga Terakhir, Chandra Dewi, Sangkar Emas, Penjelundup (1952), Asmara Murni, Lagu Kenangan, Ajah Kikir, Kenari (1953), Air Pasang, Lewat Djam Malam (1954), Mendung Sendja Hari, Desa Yang Dilupakan, Istana Yang Hilang (1960), Santy, Malam Tak Berembun, Korban Fitnah (1961), Bintang Ketjil (1963), Membina Dunia Baru (1964), Apa Jang Kau Tangisi? (1965), Dan Bunga-Bunga Berguguran; Hidup, Tjinta Dan Airmata (1970), Air Mata Kekasih, Ratna, Tiada Maaf Bagimu, Berandal-Berandal Metropolitan (1971), Di Antara Anggrek Berbunga, Intan Perawan Kubu (1972), Percintaan (1973), Pengorbanan (1974), Pembalasan Si Pitung, Krakatau, Duo Kribo (1977), Kuda-Kuda Binal, Kasus (1978), Karena Dia (1979), Anak-Anak Tak Beribu, Ratu Pantai Selatan, Khana (1980), Dukun Lintah, Perawan-Perawan, Bukan Impian Semusim (1981), Bayi Ajaib (1982), Sunan Kalijaga (1983).
Prestasi/Awards: Pemenang Piala Citra pada Festival Film Indonesia 1955 kategori Pemeran Utama Pria Terbaik (Lewat Djam Malam).

A.N. Alcaff dan Netty Herawati dalam film Lewat Djam Malam

Komentar : LEO lagi... 🙊🙊🙊
Biar seimbang, dalam setiap kelompok saya masukkan aktor-aktot veteran. Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, A.N. Alcaff muda pernah menjadi pegawai Nippon Tannin Kabusiki Khaisa sebelum bergabung bersama Kesatuan Polisi Tentara dengan pangkat sebagai Pembantu Letnan (1946-1950). Beliau aktif di beberapa lakon sandiwara, bahkan pernah mendirikan sandiwara amatir Tjendrawasih bersama Kamal Chatab.
Kiprahnya di dunia film dimulai tahun 1951 saat ia tampil dalam film arahan Usmar Ismail berjudul Dosa Tak Berampun. Beliau langsung didapuk sebagai pemeran utama dengan lawan main di antaranya Rd. Ismail, Laksmi dan Awaludin Djamin (Mantan Kapolri). Sejak awal karirnya sebagai bintang film di tahun 1951 hingga akhir 1960-an, aktor berpostur kurus jangkung asal Jambi ini selalu tampil sebagai pemeran utama. Baru pada kurun waktu 1970-an, beliau kemudian membawakan peran-peran pendukung. Pengalaman sebagai sutradara didapatkannya melalui film Intan Perawan Kubu yang merupakan produksi bersama antara PT. Indah Geeta Film dan Pemerintah Daerah Jambi. Hingga akhir hayatnya, A.N. Alcaff merampungkan kurang lebih sebanyak 50 film layar lebar.


44.  HERMAN FELANI


Lahir:
Jakarta, 17 Agustus 1956
Istri: Mutia Datau
Profesi: Aktor, Penyanyi, Pengusaha
Tahun aktif sebagai Aktor: 1979-sekarang
Film/FTV, antara lain: Mencari Cinta (1979), Bunga-Bunga SMA, Busana Dalam Mimpi, Hallo Sayang, Kembang Padang Kelabu, Malu-Malu Kucing, Masih Adakah Cinta, Nostalgia Di SMA, Sejoli Cinta Bintang Remaja, Sekuntum Duri, Sirkuit Kemelut (1980), Intan Mendulang Cinta, Symphoni Yang Indah (1981), Kembang Kertas (1984), Harga Diri, Tatkala Mimpi Berakhir (1987), Wanita (1990), Pelangi Harapan.


Komentar: Eh, LAGI-LAGI LEO. Waktu ngetik, dapat kejutan kecil... ternyata tanggal lahir Herman Felani dan A.N. Alcaff sama lho! Dan saya nggak sengaja naro' mereka secara berurutan. Hehehe... anyway, Herman Felani mungkin tidak banyak tampil dalam film-film di tanah air mengingat selain sebagai aktor, ia juga seorang penyanyi. Tapi namanya justru dikenal luas sebagai bintang film kenamaan Indonesia (buktinya, saya juga baru tahu kalau Herman Felani nih penyanyi juga). Bila dilihat dari daftar filmografinya, beliau ini paling produktif tampil dalam film layar lebar di tahun 1980an. Aktor yg beristrikan aktris Mutia Datau ini pernah menjadi idola remaja tahun '80an bersama Lydia Kandouw, Ita Mustafa dan Junaedi Salat melalui film Mencari Cinta.
Sedikit cerita mengenai aktor yg sekampung halaman dengan Mama saya ini, almarhum ayahnya (Syahbuddin Malewa) yg meninggal pada tahun 1999 adalah salah seorang pendiri Angkatan Laut Republik Indonesia. Dalam suatu kesempatan wawancara di Palu, Sulawesi Tengah ia mengaku bangga pada sang ayah karena sejauh ini, ayahnya adalah satu-satunya orang Sulawesi Tengah yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, "Bukan hanya saya dan keluarga yg bangga, tapi juga seluruh masyarakat Sulawesi Tengah. Di nisannya tertulis 'LANTAMAL II Pendiri ALRI.'" Well, sebenarnya keterangan yang rada nggak nyambung sih dengan dunia film, tapi berhubung saya dari Propinsi yg sama, penting untuk disambung-sambungin. Apalagi istrinya juga berasal dari kampung halaman Papa saya. Hehehe... narsis emang, tapi setidaknya tetep ada unsur sejarahnya.

45. DEDDY SUTOMO


Lahir:
Jakarta, 26 Juni 1941
(Updated) Wafat: 18 April 2018 
Istri: Farida Widyawati  
Pendidikan (formal dan non formal): SMA, Kursus Jurnalistik, Elementer Cinematografie 
Profesi: Aktor, Pengusaha, Politisi 
Profesi sebelum Aktor: Guru 
Tahun aktif sebagai Aktor: 1970-sekarang 
Film/serial televisi, antara lain: Awan Jingga (1970), Spy And Journalist, Jang Jatuh Di Kaki Lelaki, Pandji Tengkorak (1971), Dosa Siapa (1972), Marabunta, Jauh Di Mata (1973), Atheis, Mimpi Sedih (1974), Fadjar Menyingsing, Laila Majenun, Seribu Kenangan, Senja Di Pantai Losari (1975), Tanah Harapan, Embun Pagi, Mustika Ibu (1976), Santara Menumpas Perdagangan Seks, Sejuta Duka Ibu, Jakarta-Jakarta, Jalur Bali (1977), Janur Kuning (1979), Sekuntum Mawar Putih, Kereta Api Terakhir (1981), Pandji Tengkorak vs Jaka Umbaran (1982), Buaya Putih, Ken Arok-Ken Dedes (1983), Kerikil-Kerikil Tajam, Putri Ular, Anita, Sona Anak Srigala (1984), Bayi Tabung (1988), Cinta Yang Terjual (1986), Tutur Tinular III (1992), Do'a Yang Mengancam (2008), (serial televisi) Rumah Masa Depan, Duren-Duren, Selangkah Demi Selangkah, Istri Pilihan.
Prestasi: Sekjen PARFI, Anggota Dewan Pertimbangan PARFI.

Deddy Sutomo dalam film PANDJI TENGKORAK
Deddy Sutomo (sebagai Panglima Besar Soedirman) bersama Kaharuddin Syah (sebagai Soeharto) dan Dicky Zulkarnaen (sebagai Amir Murtono) dalam film JANUR KUNING

Komentar: Saat masih di bangku SMA, bakat akting Deddy Sutomo muda sudah mulai nampak. Ini ditandai dengan kepeduliannya bersama dengan kartunis GM. Sidharta mendirikan Teater Akbar. Selepas SMA, beliau mengikuti kursus-kursus yg diselenggarakan oleh Yayasan Film Indonesia, Lembaga Seni Surakarta dan Studi Grup Drama Yogyakarta.

Meskipun sejak awal sudah terlibat dalam dunia teater seperti membentuk Studi Grup Teater Yogya (1961. Grup ini juga merupakan cikal bakal teater kenamaan: Bengkel Teater) bersama WS. Rendra, Arifin C. Noer, Suparto Tegal dan Mochtar Hadi. Aktor yg paling dikenal publik tanah air melalui film Pandji Tengkorak dan serial televisi Rumah Masa Depan ini tidak lantas terpatri langkahnya di dunia sinematografi. Beliau malah sempat bekerja di sebuah perusahaan swasta, menjadi deklamator dan pembahasan sajak di RRI Solo, bahkan menjadi tenaga pengajar Prakarya di SMEA Negeri Klaten. Setelah beberapa lama merasa jenuh dan ingin mencoba hal lain di Jakarta. Ia pun hijrah ke ibukota dan kembali ke dunia yg pernah dikenalnya sejak remaja, diawali dengan keterlibatannya dalam Sanggar Prativi, bermain dalam beberapa drama televisi.

Kesempatan untuk tampil dalam debut layar lebar datang padanya di tahun 1970 melalui film Awan Djingga. Berbagai jenis karakter peran sudah dibawakannya; mulai dari tampil sebagai pahlawan, alim ulama, pendekar, suami yg baik, peranakan Cina, pawang binatang hingga berperan sebagai penjahat. Sejauh ini (10 Jan 2014), saya belum menemukan catatan tentang penghargaan yg pernah diterima aktor legendaris ini. Tapi hei, apalah arti piala di tangan bila anda seorang Deddy Sutomo?

Aktor Tio Pakusadewo menulis: "AKTOR!" sebagai ungkapan belasungkawa sesaat setelah kabar duka wafatnya Deddy Sutomo merebak. Dan dia benar, tidak ada yg kurang, tidak ada yg perlu ditambahi. Kepiawaiannya berakting dalam film jadi warisan seni berharga untuk Indonesia.
.
Updated 2016: Deddy Sutomo memegang rekor sebagai aktor tertua Indonesia (76 tahun) yg jadi penerima Piala Citra tahun 2015 untuk film Mencari Hilal (2014).
.
Updated April, 2018: Deddy Sutomo wafat tgl. 18 April 2018. Ikut bersedih hati menyadari waktu sudah sangat jauh berjalan membawa pergi satu demi satu legenda perfilman tanah air kami. Alfaatihah terkirim.

46. DORMAN BORISMAN


Nama lengkap: Kardiman Dorman Borisman
Lahir: Jakarta, 05 Pebruari 1951 
Istri: Sukowati
Tahun aktif: 1973-sekarang
Film/sinetron, antara lain: Janji Pengantin 3 Kali, Kenangan Desember (1974), Ku Gapai Cintamu, Kembang-Kembang Plastik (1975), Suci Sang Primadona (1977), Binalnya Anak Muda (1978), Jiwa, Anak-Anak Buangan, Dari Mata Turun Ke Hati, Kecupan Pertama, Bibir Mer (1979),  Roman Picisan, GE...ER, Pintar-Pintar Bodoh, Lima Cewek Jagoan, Tempatmu Di Sisiku, Nostalgia Di SMA, Nikmatnya Cinta, Aduhai Manisnya, Senggol-Senggolan, Perempuan Dalam Pasungan (1980), Srigala, Ratu Ilmu Hitam, Ira Maya Putri Cinderella, Manusia 6.000.000 Dollar, Jaka Sembung Sang Penakluk (1981), Gadis Bionik, Pasukan Berani Mati (1982), Telaga Angker, Tergoda Rayuan (1983), Ratu Sakti Calon Arang, Bangunnya Nyi Loro Kidul (1985), Petualangan Cinta Nyi Blorong (1986), Ratu Buaya Putih, Malam Satu Suro, Santet (1988), Kisah Cinta Nyi Blorong, Musnahkan Ilmu Santet (1989), Taksi, Makelar Kodok Untung Besar, Perempuan Di Persimpangan Jalan (1993), 9 Naga (2006), Amphibious (2009), Serdadu Kumbang (2011), (sinetron) Rumah Masa Depan, Bumiku Desaku, Pepesan Kosong, Saras 008, Saras Pembela Kebenaran, Kecil-Kecil Ngobyek, Tukang Bubur Naik Haji.
Prestasi/Awards: Aktor Terbaik dan Sutradara Terbaik dalam Festival Teater Jakarta 1975, Aktor Terpilih pada IKJ Award 2012.


Komentar:
Sebuah karya dalam seni peran dikatakan sempurna secara menyeluruh bila dilengkapi dengan para pemeran pendukung. Bayangkan film/sandiwara/drama/serial televisi dll diisi oleh peran utama semua! Suatu hil yg mustahal. Kehadiran para pemeran pendukung ini juga nggak kalah penting jadi faktor penentu sukses tidaknya sebuah karya sinematografi dan terkadang mereka justru menjadi scene-stealer yg pamornya melesat jauh melebihi sang pemeran utama. Tengok saja aktor Rahman Yakob yg seringkali  justru jadi pusat perhatian penonton dalam setiap film/drama di mana ia hanya tampil sebagai pemeran pendukung. Di samping itu, para pemeran pendukung ini juga berpeluang lebih leluasa main di banyak produksi karena mereka lebih punya beragam pilihan peran ketimbang para spesialis bintang utama. Meskipun kelompok mereka ini banyak dilupakan orang dan begitu sulit dicari kisah hidup dan perjuangannya, bila menemukan sumber terpercaya dengan banyak data yg bisa saya kumpulkan, saya akan menulis panjang lebar tentang mereka.

Salah satu aktor spesialis pemeran pendukung yg sepanjang karirnya sejak tahun 1970an belum sekalipun kebagian menjadi pemeran utama ialah Dorman Borisman. Beliau bahkan mengaku entah mengapa, ia selalu didapuk membawakan peran orang dengan aksen Batak, padahal ia sama sekali bukan orang Tapanuli. Baru belakangan ini aktor yg sebenarnya berdarah asli Jawa dan lahir besar di Jakarta ini mendapatkan peran-peran sebagai orang Jawa atau Betawi.

Dorman Borisman tergolong aktor senior yg konsisten dengan dunia yg sudah mempopulerkan namanya dan ia juga sudah berpengalaman dengan banyak karakter peran dalam berbagai genre film. Saya dulunya pertamakali melihat beliau ini tampil dalam film-film komedi Warkop DKI, film-film drama yg di antaranya dibintangi oleh Elvy Sukaesih, Lydia Kandouw, Rano Karno, Herman Felani, Zainal Abidin; lalu film-film horor mistis bersama Suzanna dan Bokir.

Selain sebagai pemain film dan sinetron, Dorman Borisman yg selalu percaya bahwa eksplorasi keaktoran sangat penting untuk suatu karya bermutu ini juga dikenal sebagai pendiri Teater Jakarta Timur (1971). Di kalangan para seniman idealis ini, beliau dikenal sebagai seniman teater senior yg pernah bekerja bersama Teater Ketjil pimpinan Arifin C. Noer dan Teater Populer pimpinan Teguh Karya. Bahkan bersama Teater Ketjil, ia pernah mentas keliling Amerika Serikat dengan lakon Sumur Tanpa Dasar.

Kini aktor yg selalu berusaha rendah hati ini memilih tetap eksis dalam dunia sinetron  tanah air, meskipun ia adalah aktor senior penerima penghargaan (kategori pemain maupun sutradara) yg pernah bekerjasama dengan seniman-seniman besar sekelas Wim Umboh dan Syumanjaya. Hingga tulisan ini saya buat (11 Jan 2014), tercatat lebih dari 300 judul film, drama dan sinetron yg sudah dibintanginya. What a supporting actor in a role!


47. ASRUL ZULMI


Lahir:
Deli Serdang-Sumatera Utara, 25 September 1954 
Wafat: Medan-Sumatera Utara, 05 Maret 2007 
Cause of death: Penyakit Jantung
Tahun aktif: 1978-2000  
Film/serial televisi, antara lain: November 1828 (1979), Sekuntum Duri (1980), Jangan Ambil Nyawaku; Amalia S.H. (1981), Bunga Bangsa (1982), Kadarwati (1983), Cinta Di Balik Noda (1984), Bila Saatnya Tiba (1985), Mandi Madu (1986); Arini, Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat; Selamat Tinggal Jeanette (1987), Dia Bukan Bayiku; Arini, Biarkan Kereta Itu Lewat (1988), Gerbang Keadilan, Tragedi Bintaro, Misteri Gunung Merapi I (1989), Misteri Gunung Merapi II (1990), Potret (1991), Wajah Dalam Cermin, Tirai Kasih Yang Terkoyak, Cinta Dan Dusta.
Prestasi/Award: Nominasi Piala Citra pada Festival Film Indonesia 1989 kategori Aktor Pemeran Pendukung Terbaik (Tragedi Bintaro).

Asrul Zulmi (memegang pistol) bersama Hengky Tarnando

Komentar: Duuuh MasyaAllah bener deh... saking miskinnya dokumentasi untuk para aktor Indonesia, sampai-sampai saya harus ngambil potongan cover VCD film untuk dipasang disini. LOL. Apa boleh buat, setidaknya keinginan untuk memasang wajah para aktor ini saat masih muda/zaman ngetopnya sejauh ini selalu terpenuhi, walaupun dengan berbagai cara begini. Ketimbang nggak pasang foto sama sekali dan orang ada yg bertanya-tanya yg mana Asrul Zulmi, yg mana Nizar Zulmi. Bisa sangat membingungkan lho. Soalnya wajahnya miriiip.
Tak banyak film yg dibintangi aktor senior Asrul Zulmi. Rata-rata dalam setahun ia hanya tampil dalam satu sampai dua film, padahal bersama sang kakak--aktor Nizar Zulmi, Asrul Zulmi punya bakat akting alami. Mungkin ia tergolong aktor selektif atau punya kegiatan lain di luar dunia film, entahlah. Sebab sampai saat nulis ini (11 Jan 2014), hanya sedikit informasi mengenai Asrul Zulmi yg bisa saya dapatkan. InsyaAllah nyusul di kemudian hari.

48. TABAH PENEMUAN


Nama lengkap:
Tabah Penemuan Siregar
Lahir: 02 Pebruari 1971
Profesi: Aktor
Tahun aktif: 1990-sekarang
Film/sinetron, antara lain: Roh, Airmata Terakhir Bunda, Cinta Bunga, Arung Dan Si Kaya, Tawakkal, Di Atas Sajadah Cinta, Legenda, Antara Cinta Dan Dusta, Si Miskin Dan Si Kaya, Ji Ung Pendekar Cabe Rawit, Cinta Yang Sama.


Komentar: Sebenarnya daftar film dan sinetron aktor berdarah Batak ini lebih dari yg sudah saya tuliskan di atas, sayang saya belum menemukan judul-judulnya sampai saat ini (11 Jan 2014).
Menurut mata saya, Tabah Penemuan termasuk salah satu aktor watak berbakat penerus generasi Deddy Mizwar, Ray Sahetapy bahkan mereka yg lebih senior lagi, seperti El Manik dan Bambang Hermanto. Penganut gaya akting powerful. Hanya mungkin ia belum mendapatkan kesempatan lebih luas untuk tampil dalam film-film layar lebar. Kemampuan aktingnya yg matang mungkin luput dari perhatian banyak orang, padahal hampir dalam setiap sinetron di mana ia tampil sebagai pemain, perform-nya yg kuat dengan pendalaman karakter selalu terlihat menonjol. Andai ada kesempatan untuk tampil dalam banyak film yg didukung skenario bagus, bakat aktor yg kini juga aktif sebagai da'i ini bisa lebih terasah lagi hingga akhirnya terekspose dan lebih dikenal luas.
Saya masukkan beliau ini mewakili aktor2 sinetron dari era ketika sinetron masih berkualitas, seperti Dicky Wahyudi & Primus Yustisio, meski minim filmografi.

49. HENKY SOLAIMAN


Nama lengkap:
Ong Han Kie
Lahir: Bandung, 30 Agustus 1941
(Updated) Wafat: 15 Mei 2020
Cause of death: Kanker Usus
Pendidikan: Akademi Teater Nasional (ATNI)
Profesi: Aktor, Sutradara, Produser
Tahun aktif: 1971-sekarang
Film, antara lain: Wadjah Seorang Laki-Laki (1971), Kawin Lari, Cinta Pertama (1974), Rembulan Dan Matahari (1979), Gadis Penakluk, Usia 18 (1980), Tali Merah Perkawinan (1981), Neraca Kasih (1982), Sorga Dunia Di Pintu Neraka, Senjata Rahasia Nona, Ke Ujung Dunia (1983), Doea Tanda Mata, Tandes, Pelangi Di Balik Awan, Kembang Kertas, Titik-Titik Noda (1984), Tak Ingin Sendiri, Kejarlah Daku Kau Ku Tangkap, Yang Kukuh Yang Runtuh, Hatiku Bukan Pualam, Romantika (1985), Jangan Kirimi Aku Bunga (1986),Bilur-Bilur Penyesalan, Kecil-Kecil Jadi Pengantin, Lupus (1987), Harga Sebuah Kejujuran (1988), Hidup Semakin Panas, Bercinta Dalam Mimpi (1989), Sang Pembela, Taksi, Jangan Bilang Siapa-Siapa, Kepingin Sih Kepingin, Ratapan Anak Tiri III, Suamiku Sayang, Sejak Cinta Diciptakan, Lupus IV (1990), Bernafas Dalam Lumpur, Pengantin Remaja, Si Kabayan Dan Anak Jin (1991), Ramadhan Dan Ramona (1992),Kembali Lagi (1993), Ca Bau Kan (2002), Rumah Maida (2009), 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita (2011), Soegija, Berandal-Berandal Ciliwung (2012).


Komentar:
Begitu banyak aktor yg masuk pilihan saya yg pada awalnya hanya teringat namanya, penampilan aktingnya di suatu film/drama/serial televisi atau bahkan yg saya hanya samar-samar ingat wajahnya dari memori masa kecil saya yg penggemar film ini; yg saya masukkan dalam catatan awal seleksi daftar sebelum pada akhirnya, setelah mengetahui lebih lanjut tentang masing-masing dari mereka dari perjalanan pengumpulan data dan informasi, rupanya banyak dari mereka ini yg merupakan jebolan teater atau bahkan beberapa di antaranya adalah pendiri teater. Padahal sebelumnya saya memilih mereka hanya berdasarkan bakat, nama besar dan kemampuan mereka dalam hal olah rasa dan olah tubuh saja. Ini membuktikan bahwa setidaknya pilihan-pilihan saya insyaAllah  nggak salah dan sangat beralasan. 
Aktor senior Henky Solaiman adalah aktor jebolan teater juga, seperti halnya kebanyakan aktor lain yg sudah duluan saya urutkan sebelumnya dalam daftar. Beliau mendalami seni teatrikal di ATNI yg kini sudah tak ada lagi, bersama dengan nama-nama besar di dunia perfilman seperti Wahab Abdi, Teguh Karya dan Pietrajaya Burnama. Menurut tamanismailmarzuki.com, Henky Solaiman mulai terlibat dalam produksi sebuah film layar lebar sebagai pimpinan unit ketika Teguh Karya pertamakali membuat film. Setelah itu ia kemudian mencoba ikut tampil dalam film itu sendiri pada tahun 1971. Tahun 1974 Henky  dipercaya menjadi asisten sutradara dan pada 1977 ia sudah menjadi pemimpin produksi sekaligus produser film Jangan Menangis Mama, disusul menyutradarai film Hidup Semakin panas (1989) dan Si Kabayan Mencari Jodoh (1994).

50. RENDRA KARNO


Nama lengkap: Raden Soekarno
Lahir: Kutoarjo-Jawa Tengah, 07 Mei 1920
Wafat: Jakarta, 27 Nopember 1983
Istri: Djuriah
Pendidikan: Akademi Teater Nasional (ATNI)
Profesi sebelumnya: Asisten Boekhouder (Asisten Pembukuan)  
Tahun aktif: 1940-1980
Film, antara lain: Djembatan Merah (1940), Anggrek Bulan (1948), Harta Karun, Tjitra (1949), Ratapan Ibu, Damarwulan (1950), Selamat Bertjuang, Masku! Bunga Rumah Makan, Pelarian Dari Pagar Besi, Bunga Bangsa, Djiwa Pemuda, Terbelenggu (1951), Rodrigo De Villa, Pedjelundup, Chandra Dewi (1952), Krisis, Rentjong Dan Surat, Kafedo (1953), Kopral Djono, Debu Revolusi (1954), Lagi-Lagi Krisis, Bapak Bersalah, Arni (1955), Bertjerai Kasih, Tiga Dara (1956), Sengketa (1957), Tjambuk Api, Pak Prawiro, Asmara Dara, Djendral Kantjil (1958), Habis Gelap Terbitlah Terang (1959), Pedjuang, Mak Tjomblang (1960), Amor Dan Humor (1961), Bajangan Di Waktu Fadjar (1962), Masa Topan Dan Badai (1963), Ekspedisi Terakhir (1964), Takkan Lari Gunung Dikedjar (1965), Hutan Tantangan (1971), Putri Solo, Sayangilah Daku (1974), Selalu Di Hatiku (1975), Mutiara, Para Perintis Kemerdekaan, Cintaku Tergadai (1977), Petualangan Cinta, Bersemi Di Akhir Badai (1978), Kembang Semusim (1980).
Prestasi/Award: Aktor Pendukung Terbaik Festival Film Asia 1963 di Tokyo (Badjangan Di Waktu Fadjar), Anggota PARFI.

Rendra Karno dalam film PEDJUANG di antaranya bersama Bambang Irawan (paling kiri) dan Chitra Dewi (tengah)

Komentar: Kelompok 10 kelima ini saya tutup dengan aktor klasik lagi, kali ini bernama Rendra Karno. Ada cerita unik di balik penggunaan nama ayah dari Rita Subowo (mantan ketua KONI 2007-2011) ini. Pada masa pendudukan penjajah, Bung Karno Sang Proklamator melarang penggunaan nama-nama 'berbau' kebarat-baratan atau mengandung unsur feodal. Maka aktor yg bernama asli Raden Soekarno ini pun mengganti namanya menjadi Rendra Karno setelah ia tampil dalam beberapa film di awal karirnya.
Rendra Karno pernah mewakili kalangan seniman dengan membacakan "Permintaan Para Aktor" di hadapan Presiden Soekarno di Istana Negara, Jakarta tahun 1956.
Pada awal tahun 1940an, beredar himbauan terutama bagi para pemuda terpelajar untuk bermain film demi mengangkat derajat perfilman di tanah air, mengingat  kala itu, banyak pemain film yg berpendidikan rendah bahkan masih buta huruf. Rendra Karno tak hanya dari kalangan terpelajar, tapi ia juga berdarah bangsawan, suatu status pribumi yg sangat mempengaruhi kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan pergaulan tinggi di masa itu. Beliau pun memutuskan terjun ke dunia film. Tak tanggung-tanggung, Rendra Karno langsung menyabet peran utama dalam film Mega Mendoeng (1940) yg juga menjadi film debut layar lebarnya.
Setelah itu, aktor yg pernah sukses memainkan peran komedi laris berjudul Krisis (1953) ini pun mulai fokus untuk terus aktif bermain film. Kalau untuk generasi saya yg saat baru melek nonton film tuh udah pada berwarna, kami masih bisa menyaksikan penampilan Rendra Karno sbg ayah dari karakter yg dimainkan Mutiara Sani dalam film Para Perintis Kemerdekaan (1977) di mana Arman Effendy & Cok Simbara yg masih piyik2 ikut tampil sebagai pemain.


                                                                        ---000---

Bagian Lima kelar juga. Sebelum diakhiri, ada sebuah situs/web tentang film-film Indonesia yg bertujuan melestarikan dan merestorasi Materi Audio Visual Indonesia dan apa saja tentang film, namanya indonesianfilmcenter.com. Mereka butuh donasi atau sumbangan berupa apa saja yg bermanfa'at untuk tujuan tersebut. Salut deh masih ada yg peduli ternyata. Semoga teman-teman pembaca atau siapa saja saudara setanah air ada yg tergerak hati untuk berpartisipasi.

Wassalam.


Sumber berita dan foto: tamanismailmarzuki.com, wikipedia.org., KapanLagi.com, indonesianfilmcenter.com.
  
   
   

  







 





Komentar