Assalamu'alaikum wr wb
Good day semua ...
31. DRS. POERNOMO/ MANG UDEL
Komentar: Sayangnya, (untuk sementara) data maupun informasi tentang aktor watak favorit saya satu ini tidak saya temukan di mana-mana; kecuali bahwa ia lahir di Kalianda, pendidikan terakhirnya S-2 dan sekarang jadi staf pengajar di Jurusan Teater Institut Kesenian Jakarta. Soal tanggal, bulan, tahun kelahirannya; tahun aktif, debut layar lebar perdananya, daftar filmografi/serial televisi hingga prestasi/awards yg pernah diperoleh; belum saya temukan sampai saat menulis ini (07 Jan 2014).
Dugaan saya, mungkin karena Rahman Yakob kerap dikenali sebagai E'eng Saptahadi sehingga semua data tentang dirinya ya bisa jadi campur aduk dengan data diri E'eng Saptahadi. Bahkan bila mencari foto-fotonya, di bawah keterangan foto, jelas-jelas disebutkan nama Rahman Yakob sebagai aktor se-almamaternya tersebut. Ironis juga ya? Padahal meskipun sama-sama aktor watak, menurut saya, keduanya punya gaya akting heboh yg berbeda.
Waktu memulai pencarian, seperti halnya Mansjur Sjah, saya juga lupa nama Rahman Yakob. Mencarinya hanya bermodalkan ingatan wajah dan gaya aktingnya saja. Saya pernah masang fotonya di wall facebook saya, berharap ada teman-teman facebook yg mungkin tahu namanya. Respon yg datang bermacam-macam, bahkan ada yg becanda' segala, dikatain saya lagi nyari sodara. Tapi untungnya ada juga yg mencoba membantu meskipun jawabannya tetap aja salah. Mereka menyebutkan "E'eng Saptahadi muda nih"--apa-apaan?😁 Saya sendiri yakin betul mereka dua orang yg berbeda. Pencarian pun berlanjut dan akhirnya setelah menemukan namanya (thanks to sebuah diskusi nggak jelas di halaman ke sekian google), kesulitan berikutnya adalah mencari keterangan tentang orangnya, seperti yg saya ceritakan di atas.
Komentar: Lagi-lagi aktor wataknya jebolan IKJ.
Mengutip kalimat dari tamanismailmarzuki.com: "Banyak orang sukses di suatu bidang padahal dia berada di sana secara tidak sengaja. Apa yg dialami Cok Simbara adalah salah satunya." Sepertinya kalimat itu tak berlebihan karena aktor hasil binaan Arifin C. Noer, Asrul Sani, Wahyu Sihombing, Sjumadjaja dan Tatiek Maliyati ini memang punya karir cemerlang dengan kualitas akting ala seniman teater, meskipun hingga kini saya belum menemukan awards yg pernah di terimanya (08 Jan 2014). Tapi buat seniman sejati, bukan Awards yg mereka cari.
Wassalam.
Good day semua ...
Hai semua,
menyambung tulisan sebelumnya, daftar 117 Aktor Besar Indonesia versi saya. Kriterianya: Memiliki bakat dan kemampuan akting jempolan, punya nama besar di Indonesia dan sudah berkarier di dunia seni peran (layar lebar maupun layar kaca) selama minimal 10 tahun. Saya nyusun daftar ini bukan berdasarkan tingkat kemampuan, kehebatan dan atau lain sebagainya, hanya berdasarkan ingatan saya saja. Semua sama berbakatnya, sama-sama aktor-aktor berdedikasi tinggi dengan segudang pengalaman, prestasi dan penghargaan. Saya bukan siapa-siapa, hanya orang biasa penggemar seni peran yg ingin memberikan apresiasi pada para bintang tanah air sendiri, terutama dalam dunia seni peran. Pengen jadi bintang film, kok ya nggak mungkin. Usia sudah 30an tahun. Jadi sutradara? Ngimpi kali' yee. Nah, krn kebetulan saya suka baca dan nulis, maka mengabadikan kisah hidup dan perjuangan mereka mencapai sukses rasanya lebih realistis saat ini, meskipun masih berupa blog.
Tulisan ini sebagai bentuk apresiasi sekaligus penghargaan pada bakat, kerja keras, prestasi dan dedikasi mereka. Dan karena kali ini tentang para aktor asal Republik Indonesia, maka sebisa mungkin yg saya tampilkan foto-foto mereka yg kental akan identitas Indonesia, seperti berpakaian sopan, memakai kemeja batik, (kalau ada) mengenakan busana adat Nusantara, berpose dengan latar khas Indonesia atau minimal sedang menghadiri suatu event perfilman.
Banyak aktor dengan mudah bisa saya dapatkan koleksi fotonya, tapi ada juga yg sulit. Kalaupun ada, ukuran fotonya kecil atau buram banget. Kalau nemu banyak dan jaringan lagi bersahabat, saya pajang semuanya. Kalau ketemunya cuman satu ya segitu aja yg dipajang. Yg pasti semua nama ada fotonya. Nggak apa-apa lah ya. Sing penting jadi pada tahu, "Oo yg namanya si ini, yg ini tho orangnya."
Selamat membaca... 😊
menyambung tulisan sebelumnya, daftar 117 Aktor Besar Indonesia versi saya. Kriterianya: Memiliki bakat dan kemampuan akting jempolan, punya nama besar di Indonesia dan sudah berkarier di dunia seni peran (layar lebar maupun layar kaca) selama minimal 10 tahun. Saya nyusun daftar ini bukan berdasarkan tingkat kemampuan, kehebatan dan atau lain sebagainya, hanya berdasarkan ingatan saya saja. Semua sama berbakatnya, sama-sama aktor-aktor berdedikasi tinggi dengan segudang pengalaman, prestasi dan penghargaan. Saya bukan siapa-siapa, hanya orang biasa penggemar seni peran yg ingin memberikan apresiasi pada para bintang tanah air sendiri, terutama dalam dunia seni peran. Pengen jadi bintang film, kok ya nggak mungkin. Usia sudah 30an tahun. Jadi sutradara? Ngimpi kali' yee. Nah, krn kebetulan saya suka baca dan nulis, maka mengabadikan kisah hidup dan perjuangan mereka mencapai sukses rasanya lebih realistis saat ini, meskipun masih berupa blog.
Tulisan ini sebagai bentuk apresiasi sekaligus penghargaan pada bakat, kerja keras, prestasi dan dedikasi mereka. Dan karena kali ini tentang para aktor asal Republik Indonesia, maka sebisa mungkin yg saya tampilkan foto-foto mereka yg kental akan identitas Indonesia, seperti berpakaian sopan, memakai kemeja batik, (kalau ada) mengenakan busana adat Nusantara, berpose dengan latar khas Indonesia atau minimal sedang menghadiri suatu event perfilman.
Banyak aktor dengan mudah bisa saya dapatkan koleksi fotonya, tapi ada juga yg sulit. Kalaupun ada, ukuran fotonya kecil atau buram banget. Kalau nemu banyak dan jaringan lagi bersahabat, saya pajang semuanya. Kalau ketemunya cuman satu ya segitu aja yg dipajang. Yg pasti semua nama ada fotonya. Nggak apa-apa lah ya. Sing penting jadi pada tahu, "Oo yg namanya si ini, yg ini tho orangnya."
Selamat membaca... 😊
"Indonesian Hall of Fame"
31. DRS. POERNOMO/ MANG UDEL
Lahir: Pasuruan-Jawa Timur, 07 Oktober 1923
Wafat: Jakarta, 27 Oktober 2006
Cause of death: Natural
Istri: Sri Sufinati
Profesi: Aktor, Seniman Musik
Tahun aktif sebagai Aktor: 1953-2001
Pendidikan: Fakultas Biologi Universitas Nasional, Kursus Public Relation pada Lembaga Administrasi Negara (LAN), Kursus Protokol Departemen Luar Negeri, Kursus Bahasa Inggris di National University Canberra, Australia.
Film/serial televisi: Heboh (1954), Radja Karet Dari Singapura (1956), Intan Berduri (1972), Raja Jin Penjaga Pintu Kereta, Si Mamad (1974), dr. Karmila, Semalam Di Malaysia (1975), Arwah Komersil Dalam Kampus, Sinyo Adi (1977), November 1828 (1978), Budak Nafsu (1983), Losmen (1985-1987), Bintang Kejora (1986), Selamat Tinggal, Jeanette (1987), Bunga Desa (1988), Bercinta Dalam Mimpi (1989), Oom Pasikom, Penginapan Bu Broto (1990), Noktah Merah perkawinan (1996), Pijit Dangdut (1997), Pasir Berbisik (2001).
Prestasi/Penghargaan: Pemeran Utama Pria Terbaik dengan pujian pada Festival Film Indonesia 1974 (Si Mamad), Penghargaan Kesetiaan Profesi 1993 dari Dewan Film Nasional.
Mang Udel dan Tjepot dalam film Heboh (1954) |
Komentar: Kalau lihat seniman yg satu ini, suka teringat almarhum Opa saya. Miriiiip banget wajah dan gayanya tertawa. Caranya becanda. Hiks, jadi kangen Opa. Alfaatihah.
Drs. Poernomo atau yg lebih dikenal dengan nama Mang Udel adalah salah satu dari beberapa seniman besar tanah air yg berkesempatan tampil dalam film layar lebar sekaligus mencicipi kesuksesan, bisa dikenal luas. Seniman serba bisa. Pemusik & pelawak yg sukses dalam dunia seni peran. Ia memulai karir di dunia hiburan sebagai penyiar radio (RRI) di masa perang kemerdekaan tahun 1945 sembari dirinya aktif melakukan perjuangan kemerdekaan di daerah Cikampek. Putra seorang wedana di Pasuruan dan di kalangan terdekatnya akrab disapa Mas Pung ini menamatkan sekolah dasar HIS pada tahun 1930, MULO Solo tahun 1936 dan Sekolah Pertanian LMS di Bogor tahun 1940.
Drs. Poernomo atau yg lebih dikenal dengan nama Mang Udel adalah salah satu dari beberapa seniman besar tanah air yg berkesempatan tampil dalam film layar lebar sekaligus mencicipi kesuksesan, bisa dikenal luas. Seniman serba bisa. Pemusik & pelawak yg sukses dalam dunia seni peran. Ia memulai karir di dunia hiburan sebagai penyiar radio (RRI) di masa perang kemerdekaan tahun 1945 sembari dirinya aktif melakukan perjuangan kemerdekaan di daerah Cikampek. Putra seorang wedana di Pasuruan dan di kalangan terdekatnya akrab disapa Mas Pung ini menamatkan sekolah dasar HIS pada tahun 1930, MULO Solo tahun 1936 dan Sekolah Pertanian LMS di Bogor tahun 1940.
Setelah sempat vakum beberapa tahun, Mang Udel bertemu kembali dengan rekan sesama penyiarnya (Hardjodipuro), lalu meneruskan kembali siaran radio berjudul Sepintas Lalu itu. Keduanya sepakat membentuk duet Mang Tjepot dan Mang Udel yg sering tampil dimana-mana, bertahan hingga akhir 1970an.
Mang Udel dikenal sebagai pemain handal ukelele. Selain sukses sebagai seorang seniman, juga berhasil menaklukkan dunia pendidikan lho. Sekedar berbagi nih, beliau meraih gelar Sarjana Muda Biologi dari Universitas Nasional dan sempat menjadi asisten ahli anatomi patologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebelum akhirnya menjadi dosen luar biasa di Fakultas Kedokteran Gigi di Universitas Indonesia dan dosen biologi di Universitas Tarumanegara. Bahkan antara tahun 1967 dan 1971, Mang Udel menjadi Pejabat Dekan Universitas Nasional. Beliau kemudian pensiun dari Universitas Indonesia tahun 1975 dan mengisi waktu sebagai Pemandu Wisata pada tahun 1977.
Mang Udel punya kemampuan akting yg jempolan. Saya pribadi salah satu pengagum hasil-hasil karyanya. Ia sudah mencoba berbagai jenis peran dan karakter tokoh dalam film-film dan serial televisi; mulai dari peran-peran kocak, sebagai pegawai miskin yang banyak masalah hingga aktingnya yg mengesankan sebagai pensiunan pejabat yg mengalami post-power syndrome dalam Losmen.
His final performance was in Pasir Berbisik. Mang Udel sudah meninggalkan kita semua pada tahun 2006 silam, tapi nama besarnya, perjalanan karir dan pencapaian prestasinya yg luar biasa semoga dapat menginspirasi banyak generasi muda bangsanya. Aamiin ...
32. RAHMAN YAKOB
His final performance was in Pasir Berbisik. Mang Udel sudah meninggalkan kita semua pada tahun 2006 silam, tapi nama besarnya, perjalanan karir dan pencapaian prestasinya yg luar biasa semoga dapat menginspirasi banyak generasi muda bangsanya. Aamiin ...
32. RAHMAN YAKOB
Dugaan saya, mungkin karena Rahman Yakob kerap dikenali sebagai E'eng Saptahadi sehingga semua data tentang dirinya ya bisa jadi campur aduk dengan data diri E'eng Saptahadi. Bahkan bila mencari foto-fotonya, di bawah keterangan foto, jelas-jelas disebutkan nama Rahman Yakob sebagai aktor se-almamaternya tersebut. Ironis juga ya? Padahal meskipun sama-sama aktor watak, menurut saya, keduanya punya gaya akting heboh yg berbeda.
Waktu memulai pencarian, seperti halnya Mansjur Sjah, saya juga lupa nama Rahman Yakob. Mencarinya hanya bermodalkan ingatan wajah dan gaya aktingnya saja. Saya pernah masang fotonya di wall facebook saya, berharap ada teman-teman facebook yg mungkin tahu namanya. Respon yg datang bermacam-macam, bahkan ada yg becanda' segala, dikatain saya lagi nyari sodara. Tapi untungnya ada juga yg mencoba membantu meskipun jawabannya tetap aja salah. Mereka menyebutkan "E'eng Saptahadi muda nih"--apa-apaan?😁 Saya sendiri yakin betul mereka dua orang yg berbeda. Pencarian pun berlanjut dan akhirnya setelah menemukan namanya (thanks to sebuah diskusi nggak jelas di halaman ke sekian google), kesulitan berikutnya adalah mencari keterangan tentang orangnya, seperti yg saya ceritakan di atas.
Sebagai jebolan IKJ dan seniman teater tentu tak sulit bagi Rahman Yakob untuk membawakan berbagai jenis peran. Mulai dari menjadi tuan tanah, lintah darat bengis atau suami lugu sekalipun; semua dengan mudah dilakoninya. Menurut Amir Syarif Siregar dalam blog filmnya yg me-review film Kentut (2011) di mana Rahman Yakob masuk sebagai salah satu cast, aktor dahsyat ini kerap menjadi scene stealer di setiap film/serial televisi yg dibintanginya. Dalam film Kentut, ia kebagian peran jadi seorang satpam berdarah Batak bernama Rahman Sianipar. Dengan gayanya membawakan aksen Batak secara jenaka, penonton bisa dibikin tertawa terpingkal-pingkal. Kartun banget sih emang. Hehehe. Saya sendiri selalu menantikan perform Rahman Yakob. Bila ingin menyaksikan suguhan teatrikal agak sedikit komikal, saya rekomendasikan aktor ini. Semoga suatu hari nanti saya bisa melengkapi data di atas dan memang saya sering kembali ke postings terdahulu untuk ngedit.
33. BAMBANG HERMANTO
33. BAMBANG HERMANTO
Wafat: Solo-Jawa Tengah, 18 Desember 1991
Istri: Emma Laksmi
Almamater: Akademi Teater Nasional
Profesi: Aktor, Sutradara, Penulis Skenario
Tahun aktif sebagai Aktor: 1952-1986
Film, antara lain: Sepanjang Malioboro (1952), Harimau Tjampa, Krisis Achlak, Lenggang Djakarta (1953), Antara Dua Sorga, Burung Merpati, Halilintar, Heboh, Lewat Djam Malam, Putri Gunung (1954),Guntur, Kalau Djodoh Masa Kemana, Karena Si Dia, Malam Minggu, Putra Solo, Rumah Gila Senjum Derita, Setulus hatiku (1955), A House, A Wife And A Singing Bird; Dekat Di Mata Djauh Di Hati, Korupsi, Pegawai Negeri, Pesan Terachir, Pilihlah Aku (1956), Apa Jang Kunanti?, Delapan Pendjuru Angin, Tiga Buronan (1957), Asmara Dara, Pak Prawiro (1958), Desa Yang Dilupakan, Mak Djomblang, Pedjuang (1960), Akce Kalimantan (1961), Anak Perawan Di Sarang Penyamun, Violleta (1962), Djembatan Emas (1971), Buah Bibir, Mawar Rimba (1972), Rama Superman Indonesia, Sopir Taksi (1973), Sisa-Sisa Laskar Pajang (1974), Krisis X (1975), Detektif Dangdut (1976), Hati yang Tertinggal (1977), Bersemi Di Lembah Tidar, Sang Guru (1981), Hidung Belang Kena Batunya (1982), Ponirah Terpidana, R.A. Kartini (1983), Don Muang Incident (1984), Pertunangan (1985), Telaga Air Mata (1986).
Prestasi/Awards: Pemenang Piala Citra pada Festival Film Indonesia (FFI) 1955 kategori Aktor Pendukung Terbaik (Lewat Djam Malam), Best Actor pada Festival Film Moskow 1962 (Lewat Djam Malam), Pemenang Piala Citra pada FFI 1984 kategori Aktor Pendukung Pria Terbaik (Ponirah Terpidana), Dirut PT. Bambang Hermanto Film, Jakarta (1964), Dirut PT. Granadha Film, Jakarta (1972), Dirut PT. Sapta Damar Jaya Film, Jakarta (1975).
Prestasi/Awards: Pemenang Piala Citra pada Festival Film Indonesia (FFI) 1955 kategori Aktor Pendukung Terbaik (Lewat Djam Malam), Best Actor pada Festival Film Moskow 1962 (Lewat Djam Malam), Pemenang Piala Citra pada FFI 1984 kategori Aktor Pendukung Pria Terbaik (Ponirah Terpidana), Dirut PT. Bambang Hermanto Film, Jakarta (1964), Dirut PT. Granadha Film, Jakarta (1972), Dirut PT. Sapta Damar Jaya Film, Jakarta (1975).
Komentar: Bambang Hermanto juga dikenal dengan nama Herman Citrokusumo, aktor veteran jempolan, merangkap sutradara dan penulis skenario. Perannya yg fenomenal untuk pertamakalinya adalah dalam film Lewat Djam Malam yg bahkan membuahkan sebuah penghargaan dari mancanegara berupa Best Actor pada Festival Film di Moskow, menjadikannya aktor pertama dalam sejarah perfilman Indonesia yg pernah memenangkan piala penghargaan insan perfilman dari negara lain. Prestasi ini menandakan pengakuan internasional terhadap kualitas akting yg dimilikinya. Prestasi lainnya (ini info valid yg bikin saya ternganga--jaws droping to me, ladies and gentlemen!) adalah ketertarikan Bill Palmer dari perusahaan film Hollywood (20th Century Fox) untuk melibatkan Bambang Hermanto dalam dua film produksinya, di antaranya film The King And I (film tersebut lalu menjadi salah satu film klasik legendaris Hollywood, dibintangi oleh legenda-legenda perfilman negeri Paman Sam : Yul Brynner dan Deborah Kerr) yg bernilai 2,5 juta US dollar. Sontak, berita heboh itu menggemparkan pers Indonesia. Bambang Hermanto mendapat teguran keras dari Presiden Soekarno sehingga kerjasama dengan rumah produksi mancanegara tersebut urung dilakukan. Ah, andai tidak pernah tahu watak Bung Karno seperti apa, mungkin saya bakal terus menyesalkan keputusannya. Tapi tetap saja, sayang banget sebenernya mengingat pada akhirnya para aktor kita toh berkarir juga di Negeri Paman Sam tsb. Tidak ada intervensi apapun lagi dari presiden.
Ada sebuah fun fact tentang beliau ini yg saya dapatkan dari tamanismailmarzuki.com. Mulanya aktor putra tunggal kepala pabrik kopi di Jawa Tengah ini punya cita-cita ingin jadi Insinyur. Nasib membawanya menjadi anggota Polisi Militer di Semarang. Pada suatu hari, saat sedang menonton film di bioskop Metropole (kini Megaria Jakarta), ia bertemu dengan seorang sutradara bernama Anjar Subiono yang kemudian mengajaknya bermain film. Karena tertarik dengan tawaran tersebut, Bambang dengan antusias mengiyakan dan keesokan harinya ia segera bergegas bersepeda menuju Studio Persari di Bidaracina. Dalam perjalanan, ia berhenti membeli dasi berharga satu ringgit di Pasar Rumput. Karena tak sempat mengenakan dasi itu, beliau pun menempelkannya saja di leher.
Dalam tahun-tahun terakhir hidupnya, mantan suami aktris Dien Novita ini hidup sederhana dari hasil beternak ikan dan bertaninya. Di atas lahan seluas 200 ha di Jampang Kulon, Sukabumi-Jawa Barat, Bambang Hermanto menanam berbagai jenis sayuran dan palawija.
34. PONG HARJATMO
Ada sebuah fun fact tentang beliau ini yg saya dapatkan dari tamanismailmarzuki.com. Mulanya aktor putra tunggal kepala pabrik kopi di Jawa Tengah ini punya cita-cita ingin jadi Insinyur. Nasib membawanya menjadi anggota Polisi Militer di Semarang. Pada suatu hari, saat sedang menonton film di bioskop Metropole (kini Megaria Jakarta), ia bertemu dengan seorang sutradara bernama Anjar Subiono yang kemudian mengajaknya bermain film. Karena tertarik dengan tawaran tersebut, Bambang dengan antusias mengiyakan dan keesokan harinya ia segera bergegas bersepeda menuju Studio Persari di Bidaracina. Dalam perjalanan, ia berhenti membeli dasi berharga satu ringgit di Pasar Rumput. Karena tak sempat mengenakan dasi itu, beliau pun menempelkannya saja di leher.
Dalam tahun-tahun terakhir hidupnya, mantan suami aktris Dien Novita ini hidup sederhana dari hasil beternak ikan dan bertaninya. Di atas lahan seluas 200 ha di Jampang Kulon, Sukabumi-Jawa Barat, Bambang Hermanto menanam berbagai jenis sayuran dan palawija.
34. PONG HARJATMO
Istri: Raldiastri
Pendidikan: Sekolah Guru Pendidikan Jasmani (SGPD), Dinas Pendidikan Jasmani Angkatan Udara, Solo.
Profesi: Aktor
Tahun aktif: 1966-sekarang
Film/serial televisi, antara lain: Cheque AA (1966), Tantangan (1969), Bernafas Dalam Lumpur, Awan Djingga (1970), Bertjinta Dalam Gelap, Dara-Dara, Perawan Di Sektor Selatan, Seriti Emas, Kipas Sutra (1971), Flamboyant, Pelangi Di Langit Singosari, Ken Dedes (1972), Si Mamad (1973), Atheis, Drakula Mantu (1974), Laila Majenun (1975), Ganasnya Nafsu, Liku-Liku Panasnya Cinta, Remaja (1976), Cacat Dalam Kandungan, Kemelut Cinta, Opera Tinombala, Papa, Rosita, Semau Gue (1977), Musim Bercinta, Puber (1978), Janur Kuning, Colak-Colek, Puspa Indah Taman Hati, Remaja Idaman (1979), Begadang Karena Penasaran, Malu-Malu Kucing, Melodi Cinta, Sejoli Cinta Bintang Remaja, Tiga Dara Mencari Cinta (1980), Betapa Damai Hati Kami, Bunga Cinta Kasih, Gadis Marathon (1981), Nini Towok, Sentuhan Kasih, Tangkuban Perahu, Tongkat Sakti (1982), Barang Antik, Bergola Ijo, Damarwulan-Minakjinggo, Lara Jonggrang, Luka Hati Sang Bidadari (1983), Itu Bisa Diatur, Kerikil-Kerikil Tajam, Orang-Orang Di Atas Angin (1984), Dia Yang Berhati Baja, Kidung Cinta, Patah Hati Seorang Ibu, Sunan Gunung Jati (1985), Dendam Di Jum'at Kliwon, Kuburan Angker (1987), Tempatmu Di Sisiku, Tiga Setan Darah Dan Cambuk Api Angin (1988), Roh (1989), Turangga (1990), Sang Pembela, Tuhan Jangan Pisahkan Kami (2010), Anak Kampung, Arisan 2 (2011), Mother Keder (2012), Dream Obama (2013), Kau Dan Aku Cinta Indonesia (2014).
Komentar: Pong Harjatmo yg di masa mudanya aktif menari di sanggar tari pimpinan Farida Oetojo ini adalah aktor senior kebanggaan Indonesia yg memulai debut layar lebarnya melalui film Cheque AA. Saya pertamakali menonton penampilannya dalam film Gadis Marathon, beradu akting bersama aktris Yenny Rahman. Karakter perannya rada unik dalam film itu karena ia tampil sebagai pria penggugup yg gemar menggigit-gigit kuku jari tangan sembari mengamati Yenny Rahman berlari. Saya sebel membatin, "Ni laki-laki menjijikkan banget sih!" tapi setelah dipikir-pikir, kalau penonton berhasil sebel berarti bintang filmnya sukses membawakan peran itu dong ya?
Terus terang saya kurang mengikuti film-film yg dibintanginya, sementara informasi tentang beliau juga tak banyak yg bisa saya temukan, tapi Pong Harjatmo tidak bisa dipungkiri merupakan salah satu aktor besar legendaris yg pernah dimiliki Republik Indonesia dan termasuk yg sangat produktif. Tengok saja daftar filmografinya, terhitung sejak tahun 1969 hingga tahun 1990, hanya pada tahun 1986 saja ia tidak meramaikan film layar lebar di Indonesia. Selain itu, minimal dalam setahun, ia rajin tampil dalam satu film. Belakangan berita terbaru tentangnya adalah beliau begitu vokal mengkritik kinerja anggota DPR/MPR di tanah air hingga melakukan aksi-aksi spontanitas di gedung MPR/DPR RI.
35. TORRO MARGENS
Terus terang saya kurang mengikuti film-film yg dibintanginya, sementara informasi tentang beliau juga tak banyak yg bisa saya temukan, tapi Pong Harjatmo tidak bisa dipungkiri merupakan salah satu aktor besar legendaris yg pernah dimiliki Republik Indonesia dan termasuk yg sangat produktif. Tengok saja daftar filmografinya, terhitung sejak tahun 1969 hingga tahun 1990, hanya pada tahun 1986 saja ia tidak meramaikan film layar lebar di Indonesia. Selain itu, minimal dalam setahun, ia rajin tampil dalam satu film. Belakangan berita terbaru tentangnya adalah beliau begitu vokal mengkritik kinerja anggota DPR/MPR di tanah air hingga melakukan aksi-aksi spontanitas di gedung MPR/DPR RI.
35. TORRO MARGENS
(Updated) Wafat: 4 Januari 2019
Istri: Yustinawati
Profesi: Aktor, Sutradara, Dosen Bidang Akting
Tahun aktif: 1973-sekarang
Film/sinetron, antara lain: Neraka Perempuan (1974), Malam Pengantin (1975), Antara Surga Dan Neraka, Ciuman Beracun (1976), Assoy, Sorga Yang Hilang, Si Buta Dari Gua Hantu (1977), Sirkuit Cinta, Akibat Godaan (1978), Benci Tapi Rindu, Kau Dan Aku Sayang, Anna Maria (1979), Sirkuit Kemelut, Anak-Anak Tak Beribu (1980), Bercanda Dalam Duka, Genderuwo (1981), Perawan Rimba (1982), Ken Arok-Ken Dedes, Pelayan Gedongan (1983), Menumpas Teroris (1986), Blok M (1990), Tutur Tinular III (1990), Si Kabayan Mencari Jodoh (1994), Janus : Prajurit Terakhir (2003), Rantai Bumi (2006), Bebek Belur, Pengantin Pantai Biru (2010), Kalung Jailangkung (2011), (Sinetron) TV Misteri, Cinta Tak Pernah Salah, Padamu Aku Bersimpuh, Hidayah, Rahasia Ilahi, Tukang Bubur Naik Haji The Series (2013).
Istri: Yustinawati
Profesi: Aktor, Sutradara, Dosen Bidang Akting
Tahun aktif: 1973-sekarang
Film/sinetron, antara lain: Neraka Perempuan (1974), Malam Pengantin (1975), Antara Surga Dan Neraka, Ciuman Beracun (1976), Assoy, Sorga Yang Hilang, Si Buta Dari Gua Hantu (1977), Sirkuit Cinta, Akibat Godaan (1978), Benci Tapi Rindu, Kau Dan Aku Sayang, Anna Maria (1979), Sirkuit Kemelut, Anak-Anak Tak Beribu (1980), Bercanda Dalam Duka, Genderuwo (1981), Perawan Rimba (1982), Ken Arok-Ken Dedes, Pelayan Gedongan (1983), Menumpas Teroris (1986), Blok M (1990), Tutur Tinular III (1990), Si Kabayan Mencari Jodoh (1994), Janus : Prajurit Terakhir (2003), Rantai Bumi (2006), Bebek Belur, Pengantin Pantai Biru (2010), Kalung Jailangkung (2011), (Sinetron) TV Misteri, Cinta Tak Pernah Salah, Padamu Aku Bersimpuh, Hidayah, Rahasia Ilahi, Tukang Bubur Naik Haji The Series (2013).
Komentar : Hmm, Torro Margens. Siapa sih yg nggak kenal wajahnya? Satu lagi aktor watak dalam barisan Aktor Besar yg dimiliki Indonesia. Begitu suksesnya ia membawakan 'tugas' sebagai jagoan antagonis, saya pernah dengar orang menyebutnya "Coro Margens". Oh my, people!
Hanya saja, aktor yg juga berprofesi side by side as sutradara dan dosen akting ini rada-rada nyeleneh dikit. Dari prilaku saat tampil di depan publik maupun peran-peran yg dibawakan. Tapi berhubung saya ingin berbagi soal karya dan prestasi para aktor ini, jadi kita fokus ke dunia seni peran yg digeluti saja. Nah, dilihat dari segi pemilihan peran, meskipun pernah juga tampil membawakan peran-peran lucu dalam beberapa film/sinetron komedi, rata-rata beliau ini memang identik dengan peran-peran antagonis. Tapi antagonisnya nggak asal antagonis saja lho. Beliau punya daya improvisasi dan tingkat penghayatan peran yg luar biasa. Nyelenehnya nggak berhenti sampai di situ. Coba aja tengok judul-judul film yg dibintangi maupun yang disutradarainya. Sejauh ini saya belum menemukan keterangan tentang penghargaan apa saja yg pernah diterima Torro Margens. kalau nemu, akan saya tambahkan belakangan (08 Jan 2014).
Torro Margens sudah memperlihatkan minat terhadap dunia akting sejak ia masih kanak-kanak. Ia memulai kiprahnya dengan membentuk Teater Remaja Jakarta di Direktorat Kesenian dan Kebudayaan (Pemda DKI Jakarta) tahun 1969 sebelum akhirnya mendirikan Sanggar Prakarya. Sebagai sutradara, ia kerap meng-casting aktor aktris seperti Raja Ema, Barry Prima, Ayu Azhari dan Kiki Fatmala untuk film-filmnya. Aktor yg pernah menjadi presenter acara-acara mistis ini percaya bahwa kekuatan akting dan kemampuan seseorang menghayati setiap karakter yg dibawakan secara maksimal adalah modal utama untuk terus eksis dalam dunia seni peran. Jadi menurutnya, sama sekali bukan keindahan paras dan fisik yg harus diandalkan seorang bintang film. Keren, Om Torro. Setuju banget! 👍👏
36. RD MOCHTAR
36. RD MOCHTAR
Lahir: Cianjur-Jawa Barat, 1918 (tanggal dan bulan belum diketahui)
Istri: Soekarsih
Istri: Soekarsih
Pendidikan: Sekolah Taman Siswa, Bandung
Profesi: Aktor
Tahun aktif: 1935-1991
Film, antara lain: Pareh (1936), Terang Boelan (1937), Fatima (1938), Gagak Item (1939), Boedjoekan Iblis, Moestika Dari Djenar, Garoeda Mas (1941), Bengawan Solo (1949), Sedap Malam, Bantam (1950), Terang Bulan, Rindu, Surjani Mulia, Main-Main Djadi Sungguhan, Marunda, Hadiah Baru, Sepandjang Malioboro (1951), Rodrigo De Villa (1952), Leilani, Gara-Gara Hadiah (1953), Berdjumpa Kembali, Gara-Gara Djanda Muda, Pegawai Tinggi (1954), Gadis Sesat, Hadiah 10.000, Harta Angker, Kamar Kosong, Djandjiku (1956), Wanita Indonesia (1958), Tak Terduga (1960), Asmara Dan Wanita, Limapuluh Megaton (1961), Tauhid (1964), Bengawan Solo, Si Gondrong, Malin Kundang, Singa Betina Dari Marunda (1971), Perkawinan, Deru Campur Debu, Dalam Sinar Matanya (1972), Jembatan Merah, Ibu Sejati, Tokoh (1973), Mei Lan, Aku Cinta Padamu (1974), Dosa Di Atas Dosa (1975), Pembalasan Naga Sakti, Remaja 1976 (1976), Cobra, Balada Dua Jagoan, Krakatau, Karate Sabuk Hitam, Si Doel Anak Modern (1977), Remaja Idaman (1979), Di Sini Cinta Pertamakali Bersemi (1980), Bercanda Dalam Duka, Merenda Hari Esok (1981), Tirai Malam Pengantin (1983), Sunan Kalijaga Dan Syech Siti Jenar (1985), Tutur Tinular, Nyi Mas Gandasari (1989), Ketika Dia Pergi (1990), Tutur Tinular II (1991).
Prestasi/Awards: Penghargaan dari Pemerintah Jawa Barat dan Jakarta untuk kesetiaan pada profesi (belum menemukan nama awards), membintangi film produksi perusahaan film asal Filipina (LVN Pictures) berjudul Rodriguo De Villa.
Prestasi/Awards: Penghargaan dari Pemerintah Jawa Barat dan Jakarta untuk kesetiaan pada profesi (belum menemukan nama awards), membintangi film produksi perusahaan film asal Filipina (LVN Pictures) berjudul Rodriguo De Villa.
Rd Mochtar muda sekitar tahun 1940-an |
Aktor Rd Mochtar dan aktris Roekiyah dalam film Siti Akbari (1940). Roekiyah adalah aktris yang paling sering dipasangkan bersama Rd Mochtar |
Komentar: Sekali lagi, mata harus berkunang-kunang ngetik filmografi aktor veteran Rd Mochtar. Itu juga nggak diketik semuanya. Saya pikir A. Hamid Arief, Mansjur Sjah, Mang Udel dan Zainal Abidin adalah aktor-aktor tertua dalam daftar saya ini; ternyata masih ada lagi yg lebih senior dari mereka, dan hebatnya lagi, menurut berbagai sumber yg saya kumpulkan, aktor klasik ini masih ada di tengah-tengah kita! (Januari 2014).
Saya menikmati sekali membaca biografi/otobiografi tokoh dan salah satu hal yg paling menyenangkan dalam menulis biografi/otobio singkat begini adalah seringnya saya menemukan nama-nama aktor veteran yg baru saya tahu sekarang, contohnya ya Rd Mochtar ini. Awalnya saya mengira hanya salah penulisan dengan nama aktor WD Mochtar, sebab sekilas, foto beliau yg berukuran kecil mengenakan blangkon kebetulan juga mirip banget lho wajahnya dengan aktor WD Mochtar. Apalagi nyaris seluruh penulisan namanya begitu mirip, hanya beda di huruf terdepan saja bukan? Ternyata saya salah! Ternyata mereka adalah dua aktor yg berbeda dan bahkan datang dari dua angkatan yg berbeda pula.
Aktor veteran yg juga berdarah bangsawan ini pertamakali 'ditemukan' secara tak sengaja oleh seorang sutradara berkebangsaan Belanda ketika ia sedang ngopi bersama rekan-rekannya, Albert Balink. Menurut Balink, kesan pertama baginya ketika melihat Rd Mochtar adalah : jangkung, good looking dan berkarakter kuat. Ia dan rekan-rekannya segera mengejar Rd Mochtar dengan mobil dan menawarinya sebuah peran dalam film Pareh. Untuk film debutnya ini, Rd Mochtar mendapat bayaran 250 gulden. Kemudian masih disutradarai oleh Balink, beliau kembali tampil dalam film Terang Boelan. Kali ini ia diharuskan menyanyi sementara dirinya tak bisa melakukannya sehingga komposer Ismail Marzuki yang diminta menjadi pengisi suara Rd Mochtar sebagai penyanyi. Setelah film Pareh yg flop di pasaran, film-film Rd Mochtar selanjutnya terhitung sukses. Melalui berbagai rumah produksi yg mengontraknya, beliau banyak mendulang gulden di tengah masa pendudukan Jepang.
Saat industri perfilman surut, Rd Mochtar beralih profesi menjadi pengusaha dan petani. Tahun 1960-an, ia berangkat haji ke Mekkah dan pada dekade 1970an kembali pada dunia akting yg pernah membesarkan namanya dan bertahan hingga tahun 1991.
37. WD MOCHTAR
Saya menikmati sekali membaca biografi/otobiografi tokoh dan salah satu hal yg paling menyenangkan dalam menulis biografi/otobio singkat begini adalah seringnya saya menemukan nama-nama aktor veteran yg baru saya tahu sekarang, contohnya ya Rd Mochtar ini. Awalnya saya mengira hanya salah penulisan dengan nama aktor WD Mochtar, sebab sekilas, foto beliau yg berukuran kecil mengenakan blangkon kebetulan juga mirip banget lho wajahnya dengan aktor WD Mochtar. Apalagi nyaris seluruh penulisan namanya begitu mirip, hanya beda di huruf terdepan saja bukan? Ternyata saya salah! Ternyata mereka adalah dua aktor yg berbeda dan bahkan datang dari dua angkatan yg berbeda pula.
Aktor veteran yg juga berdarah bangsawan ini pertamakali 'ditemukan' secara tak sengaja oleh seorang sutradara berkebangsaan Belanda ketika ia sedang ngopi bersama rekan-rekannya, Albert Balink. Menurut Balink, kesan pertama baginya ketika melihat Rd Mochtar adalah : jangkung, good looking dan berkarakter kuat. Ia dan rekan-rekannya segera mengejar Rd Mochtar dengan mobil dan menawarinya sebuah peran dalam film Pareh. Untuk film debutnya ini, Rd Mochtar mendapat bayaran 250 gulden. Kemudian masih disutradarai oleh Balink, beliau kembali tampil dalam film Terang Boelan. Kali ini ia diharuskan menyanyi sementara dirinya tak bisa melakukannya sehingga komposer Ismail Marzuki yang diminta menjadi pengisi suara Rd Mochtar sebagai penyanyi. Setelah film Pareh yg flop di pasaran, film-film Rd Mochtar selanjutnya terhitung sukses. Melalui berbagai rumah produksi yg mengontraknya, beliau banyak mendulang gulden di tengah masa pendudukan Jepang.
Saat industri perfilman surut, Rd Mochtar beralih profesi menjadi pengusaha dan petani. Tahun 1960-an, ia berangkat haji ke Mekkah dan pada dekade 1970an kembali pada dunia akting yg pernah membesarkan namanya dan bertahan hingga tahun 1991.
37. WD MOCHTAR
Lahir: Pontianak-Kalimantan Barat, 09 Mei 1928
Wafat: Tanjungkarang-Lampung, 13 Desember 1997
Istri: Sofia WD
Pendidikan: HIS
Profesi: Aktor
Tahun aktif: 1949-1994
Film, antara lain: Tirtonadi (1950), Musafir Kelana, Dendang Sajang (1953), Senen Raja, Malu-Malu Kutjing, Kali Brantas (1954), Biola (1955), Gending Sriwidjaja (1958), Tak Terduga (1960), Badai Selatan (1962), Takkan Lari Gunung Dikedjar, Matjan Kemayoran (1965), Terpesona (1966), Sembilan, Penanggalan (1967), Operation X (1968), Si Jampang Mentjari Naga Hitam (1969), Rakit, Pengantin Remaja, Bengawan Solo, Api Di Bukit Menoreh (1971), Teror Tengah Malam, Anjing-Anjing Geladak (1972), Kutukan Ibu, Tokoh, Jauh Di Mata (1973), Pacar, Mimpi Sedih, Melawan Badai (1974), Si Pitung (1975), Si Pitung Beraksi Kembali, Bungalow Di Lereng Bukit (1976), Krakatau (1977), Petualangan Petualang, Laki-Laki Binal (1978), Tuyul, Ratu Ilmu Hitam, Special Silencers, Si Ayub (1979), Usia 18 (1980), Leak, Detik-Detik Cinta Menyentuh, Jaka Sembung (1981), Tangkuban Perahu, Serbuan Halilintar, Sentuhan Kasih, Roro Mendut, Pengabdi Setan, Pasukan Berani Mati (1982), Lara Jonggrang, Lara Jonggrang VS Si Buta (1983), Tirai Kasih, Sunan Kalijaga, Satria Bergitar, Ranjau-Ranjau Cinta (1984), Matahari-Matahari, Hell Raiders (1985), Kelabang Seribu, Ayahku (1987), Empire On Fire, Elegi Buat Nana (1988), Kristal-Kristal Cinta (1989), Warisan Terlarang, Turangga (1990), Sengsara Membawa Nikmat, Rio Sang Juara, Demi Cinta Belahlah Dadaku, Dari Pintu Ke Pintu, Bujang Jelihin (1991), Dewi Angin-Angin (1994).
Prestasi/Award: Aktor Terbaik Persatuan Wartawan Indonesia Jakarta Raya (PWI Jaya) 1971 (Sanrego).
Komentar: Setelah Rd Mochtar, saya langsung pasang WD Mochtar di urutan ke-37 supaya anda mengerti kenapa saya begitu bingung dengan kemiripan wajah dan nama mereka--So you can see my point.
Sejauh ini, saya mencatat tiga hal dalam kepala: 1. ternyata industri perfilman Indonesia sudah ada sejak zaman perjuangan kemerdekaan dulu, saat usia negara ini masih sangat muda (terbukti dengan film Pareh tahun 1936, film tertua dalam daftar ini); 2. dari nomor urut 1 hingga 37, satu-persatu, saya menemukan casts komplit film Sunan Kalijaga dan film Sunan Kalijaga Dan Syech Siti Jenar. Artinya, kedua film itu dibintangi banyak aktor besar Indonesia, 3. ternyata opa-opa kita ini militan banget ya main film? Selama hayat masih dikandung badan, mereka terus produktif muncul dalam banyak film dengan bakatnya masing-masing yg patut diacungi dua jempol (empat kalo dari saya krn sa' jempol kaki-kakiku juga ikut ngacung. Hihihi). Malah ada yg punya judul film "Hell Raiders" segala lho dalam koleksi filmografinya! 😁
Sejauh ini, saya mencatat tiga hal dalam kepala: 1. ternyata industri perfilman Indonesia sudah ada sejak zaman perjuangan kemerdekaan dulu, saat usia negara ini masih sangat muda (terbukti dengan film Pareh tahun 1936, film tertua dalam daftar ini); 2. dari nomor urut 1 hingga 37, satu-persatu, saya menemukan casts komplit film Sunan Kalijaga dan film Sunan Kalijaga Dan Syech Siti Jenar. Artinya, kedua film itu dibintangi banyak aktor besar Indonesia, 3. ternyata opa-opa kita ini militan banget ya main film? Selama hayat masih dikandung badan, mereka terus produktif muncul dalam banyak film dengan bakatnya masing-masing yg patut diacungi dua jempol (empat kalo dari saya krn sa' jempol kaki-kakiku juga ikut ngacung. Hihihi). Malah ada yg punya judul film "Hell Raiders" segala lho dalam koleksi filmografinya! 😁
WD Mochtar adalah aktor yg bukan hanya merupakan veteran di dunia perfilman tanah air, tetapi juga ternyata adalah veteran perang kemerdekaan Indonesia lho (jadi anak cucunya pasti bangga banget ini).
Di usia muda, ia pernah menjadi tentara Keigun Heiho (tentara Jepang) di Pontianak di masa singkat pendudukan Jepang di Indonesia antara tahun 1942 hingga tahun 1945. Dalam kesatuan Keigun Heiho tersebut, WD Mochtar sudah disertakan ikut dalam kegiatan-kegiatan hiburan seperti menyanyi dan menari. Tak lama setelah bergabung dengan Tentara Republik Indonesia (TRI) di tanah Jawa, beliau ikut angkat senjata dengan jalan gerilya di Yogyakarta hingga ke Jawa Barat.
Di usia muda, ia pernah menjadi tentara Keigun Heiho (tentara Jepang) di Pontianak di masa singkat pendudukan Jepang di Indonesia antara tahun 1942 hingga tahun 1945. Dalam kesatuan Keigun Heiho tersebut, WD Mochtar sudah disertakan ikut dalam kegiatan-kegiatan hiburan seperti menyanyi dan menari. Tak lama setelah bergabung dengan Tentara Republik Indonesia (TRI) di tanah Jawa, beliau ikut angkat senjata dengan jalan gerilya di Yogyakarta hingga ke Jawa Barat.
Setelah Indonesia Merdeka, WD Mochtar mulai terjun ke dunia film, dimulai dengan debutnya di tahun 1950 melalui film Tirtonadi. Dalam kurun waktu ini, beliau seperti terjebak dalam stereotype peran yg itu-itu saja, yakni berbagai karakter serba mistis atau ala 1001 malam. Baru setelah tampil dalam film Matjan Kemayoran disusul film-film berikutnya yg mulai menguji kemampuan akting menggunakan observasi dan penghayatan peran, kualitas akting WD Mochtar mulai tampak dan diperhitungkan sebagai salah satu aktor papan atas tanah air yg disegani.
38. COK SIMBARA
38. COK SIMBARA
Lahir: Tapanuli Selatan-Sumatera Utara, 12 Nopember 1953
Istri: Judith Permanandiah
Pendidikan: LPKJ/Institut Kesenian Jakarta Jurusan Teater tahun 1973
Profesi: Aktor
Tahun aktif: 1977-sekarang
Film/serial televisi, antara lain: Kugapai Cintamu, Gersang Tapi Damai, Kembang-Kembang Plastik, Para Perintis Kemerdekaan (1977), Petualang-Petualang (1978), Anak-Anak Buangan (1979), Lima Cewek Jagoan, Ratapan Anak Tiri II (1980), Bersemi Di Lembah Tidar, Symphonyku Yang Indah, Nila Di Gaun Putih (1981), Djakarta (1966), Anakku Terlibat (1983), Kerikil-Kerikil Tajam, Merindukan kasih Sayang (1984), Arie Hanggara, Opera Jakarta (1985), Balada Cewek Jagoan, Penyesalan Seumur Hidup (1986), Terang Bulan Di Tengah Hari (1987), Jeram Cinta (1989), Jangan Renggut Cintaku (1990), Lagu Untuk Seruni, Saat Ku Katakan Cinta, Zig Zag, Plong/Naik Daun (1991), In The Name Of Love (2008), Mata Pena Mata Hati Raja Ali Haji (2009), Kentut (2011), bait Surau (2012), (serial televisi) Di Timur Matahari (1989), Trauma Marisa (1994-1995), Noktah Merah Perkawinan (1996), Noktah Merah Perkawinan II (1997-1998), Pariban Dari Bandung (1997), Badai kehidupan (1997), Bias-Bias Kasih (1997-1998), Cintailah Daku (1998-1999), Kupu-Kupu Kertas, Jamin & Joan (2003), Panggil Gue Haji (2013).
Mengutip kalimat dari tamanismailmarzuki.com: "Banyak orang sukses di suatu bidang padahal dia berada di sana secara tidak sengaja. Apa yg dialami Cok Simbara adalah salah satunya." Sepertinya kalimat itu tak berlebihan karena aktor hasil binaan Arifin C. Noer, Asrul Sani, Wahyu Sihombing, Sjumadjaja dan Tatiek Maliyati ini memang punya karir cemerlang dengan kualitas akting ala seniman teater, meskipun hingga kini saya belum menemukan awards yg pernah di terimanya (08 Jan 2014). Tapi buat seniman sejati, bukan Awards yg mereka cari.
Saya pertamakali lihat penampilannya dalam film Ratapan Anak Tiri II dilanjutkan dengan Arie Hanggara, saya juga mengikuti serial televisinya yg berjudul Di Timur Matahari, Noktah Merah Perkawinan dan Noktah Merah Perkawinan II, beradu akting dengan Ayu Azhari dan Berliana Febrianti.
Sejak kecil, pria yg berdarah Batak tetapi oleh pers dikenal sebagai pribadi yang suka bertutur kata lembut ini sebenarnya sudah sering bermain sandiwara-sandiwaraan bersama teman-teman sebayanya, hanya saat itu ia belum faham betul apa itu akting. Keterlibatannya di dunia seni peran pun terjadi secara tidak sengaja. Bermula dari tidak diterimanya ia ketika mendaftar di ITB Jurusan Seni Rupa. Karena bingung, ia pun memutuskan mendaftar di IKJ Jurusan Teater. Tempaan seniman-seniman besar di sana perlahan membentuk rasa suka dan cintanya pada dunia seni peran. Penampilan perdananya adalah bersama Teater Kaki Lima pimpinan Tommy Soemarni. Rombongan mereka biasa tampil di night club Latin Quarter yg cukup dikenal pada tahun 1970-an. Selepas dari Teater Kaki Lima, Cok Simbara bergabung bersama grup Teater Kecil pimpinan Arifin C. Noer dan ikut tampil dalam lakon Kucak-Kacik. Itulah awal mula beliau kemudian terlibat dengan industri perfilman tanah air yg saat itu memang hanya menerima mereka yg berbakat untuk menjadi bagian di dalamnya.
39. SOEKARNO M. NOER
39. SOEKARNO M. NOER
Istri: Lily Istiarti
Pendidikan: Akademi Teater Nasional
Profesi: Aktor, Seniman Teater
Tahun aktif: 1952-1985
Film, antara lain: Meratjun Sukma (1953), Gambang Semarang, Tjorak Dunia (1954), Daerah Hilang (1956), Sri Kustinah, Air Mata Ibu, Anakku Sajang (1957), Tjambuk Api, Sesudah Subuh (1958), Bertamasja, Korban Fitnah (1959), Istana Yang Hilang (1960), Pagar Kawat Berduri (1961), Ekspedisi Terachir, Anak-Anak Revolusi (1964), Sahabat-Sahabat Dalam Gelap, Liburan Seniman (1965), Dibalik Tjahaya Gemerlapan (1966), Menjusuri Djedjak Berdarah (1967), Djampang Mentjari Naga Hitam (1969), Honey, Money And Djakarta Fair; Si Gondrong (1970), Lewat Tengah Malam (1971), Mama, Si Bongkok (1972), Si Doel Anak Betawi, Jembatan Merah, Lingkaran Setan (1973), Romi Dan Juli, Senyum Di Pagi Bulan Desember (1974), Balas Dendam (1975), Kemelut Hidup (1977), Tengkorak Hitam (1978), Puspa Indah Taman Hati, Oma Irama Santai (1979), Selamat Tinggal Masa Remaja,Selamat Tinggal Duka, Yang Kembali Bersemi (1980), Lima Sahabat (1981), Titian Serambut Dibelah Tujuh (1982), Opera Jakarta (1985).
Prestasi/Awards: Aktor Terbaik pada Festival Film Indonesia (FFI) 1960 (Anakku Sajang), Aktor Terbaik pada Pekan Apresiasi Film Indonesia 1967 (film Di Balik Cahaya Gemerlap dan Menjusuri Djedjak Berdarah), Aktor Terbaik PWI Jaya 1973 (Jembatan Merah), Aktor Terbaik PWI Jaya 1974 (Raja Jin Penjaga Pintu Kereta), Pemeran Utama Pria Terbaik pada FFI 1979 (Kemelut Hidup), Penghargaan Seni dari Pemerintah untuk Pengabdian di Bidang Teater, Hadiah Surjosoemanto dari PB2N tahun 1985, Ketua I PARFI 1972-1974, Anggota Dewan kesenian Jakarta (1977-1979), Ketum PARFI 1978-1980.
Pendidikan: Akademi Teater Nasional
Profesi: Aktor, Seniman Teater
Tahun aktif: 1952-1985
Film, antara lain: Meratjun Sukma (1953), Gambang Semarang, Tjorak Dunia (1954), Daerah Hilang (1956), Sri Kustinah, Air Mata Ibu, Anakku Sajang (1957), Tjambuk Api, Sesudah Subuh (1958), Bertamasja, Korban Fitnah (1959), Istana Yang Hilang (1960), Pagar Kawat Berduri (1961), Ekspedisi Terachir, Anak-Anak Revolusi (1964), Sahabat-Sahabat Dalam Gelap, Liburan Seniman (1965), Dibalik Tjahaya Gemerlapan (1966), Menjusuri Djedjak Berdarah (1967), Djampang Mentjari Naga Hitam (1969), Honey, Money And Djakarta Fair; Si Gondrong (1970), Lewat Tengah Malam (1971), Mama, Si Bongkok (1972), Si Doel Anak Betawi, Jembatan Merah, Lingkaran Setan (1973), Romi Dan Juli, Senyum Di Pagi Bulan Desember (1974), Balas Dendam (1975), Kemelut Hidup (1977), Tengkorak Hitam (1978), Puspa Indah Taman Hati, Oma Irama Santai (1979), Selamat Tinggal Masa Remaja,Selamat Tinggal Duka, Yang Kembali Bersemi (1980), Lima Sahabat (1981), Titian Serambut Dibelah Tujuh (1982), Opera Jakarta (1985).
Prestasi/Awards: Aktor Terbaik pada Festival Film Indonesia (FFI) 1960 (Anakku Sajang), Aktor Terbaik pada Pekan Apresiasi Film Indonesia 1967 (film Di Balik Cahaya Gemerlap dan Menjusuri Djedjak Berdarah), Aktor Terbaik PWI Jaya 1973 (Jembatan Merah), Aktor Terbaik PWI Jaya 1974 (Raja Jin Penjaga Pintu Kereta), Pemeran Utama Pria Terbaik pada FFI 1979 (Kemelut Hidup), Penghargaan Seni dari Pemerintah untuk Pengabdian di Bidang Teater, Hadiah Surjosoemanto dari PB2N tahun 1985, Ketua I PARFI 1972-1974, Anggota Dewan kesenian Jakarta (1977-1979), Ketum PARFI 1978-1980.
Keterangan foto 3: Salah satu penampilan Soekarno M. Noer bersama aktris Joice Erna dalam sebuah film |
Komentar: Ini dia aktor yg sepanjang perjalanan karirnya paling banyak memenangkan Piala Citra dan penghargaan untuk insan perfilman atas dedikasi dan totalitasnya dalam menekuni dunia seni peran. Soekarno M. Noer yg juga merupakan ayah dari tiga aktor dan aktris terkenal tanah air (Rano Karno, Tino Karno dan Suti Karno) ini adalah bukti nyata bahwa seorang aktor mampu hidup hanya dengan mengandalkan kemampuan akting.
Tercatat mulai tahun 1953, Soekarno M. Noer pertamakali naik pentas teater dengan lakon berjudul Runtuhan. Lalu pada tahun 1964, beliau tampil dalam acara sandiwara-sandiwara yg ditayangkan satu-satunya televisi nasional jaman itu : TVRI. Dalam tahun yg sama ia menjadi pemain figuran untuk film layar lebar Meratjut Sukma. Menurut tamanismailmarzuki.com, dalam kurun waktu 1953 sampai tahun 1977, aktor kawakan asal Bonjol-Sumatera Barat ini telah merampungkan 20 judul sandiwara, termasuk diantaranya yang populer, seperti Perantaian 13 (1954), Monstserrat (1955 dan 1977), Mutiara Dari Nusa Laut (1957) dan Pintu Tertutup (1958).
Kemampuan akting Soekarno M. Noer sudah teruji melalui berbagai jenis karakter peran yg dimainkan. Beliau juga pernah mencoba menjadi produser dengan mendirikan sebuah perusahaan film PT. Kartika Bina Prima, walaupun hanya menelurkan satu film saja (Honey, Money And Djakarta Fair). Hingga kini, Soekarno M. Noer terus dikenang sebagai salah satu aktor sekaligus seniman legendaris paling berpengaruh dalam sejarah perfilman Indonesia.
40.TORA SUDIRO
Tercatat mulai tahun 1953, Soekarno M. Noer pertamakali naik pentas teater dengan lakon berjudul Runtuhan. Lalu pada tahun 1964, beliau tampil dalam acara sandiwara-sandiwara yg ditayangkan satu-satunya televisi nasional jaman itu : TVRI. Dalam tahun yg sama ia menjadi pemain figuran untuk film layar lebar Meratjut Sukma. Menurut tamanismailmarzuki.com, dalam kurun waktu 1953 sampai tahun 1977, aktor kawakan asal Bonjol-Sumatera Barat ini telah merampungkan 20 judul sandiwara, termasuk diantaranya yang populer, seperti Perantaian 13 (1954), Monstserrat (1955 dan 1977), Mutiara Dari Nusa Laut (1957) dan Pintu Tertutup (1958).
Kemampuan akting Soekarno M. Noer sudah teruji melalui berbagai jenis karakter peran yg dimainkan. Beliau juga pernah mencoba menjadi produser dengan mendirikan sebuah perusahaan film PT. Kartika Bina Prima, walaupun hanya menelurkan satu film saja (Honey, Money And Djakarta Fair). Hingga kini, Soekarno M. Noer terus dikenang sebagai salah satu aktor sekaligus seniman legendaris paling berpengaruh dalam sejarah perfilman Indonesia.
40.TORA SUDIRO
Lahir: Jakarta, 10 Mei 1973
Istri: Mieke Amalia
Pendidikan: Sound Engineering di Selandia Baru
Profesi: Aktor, Komedian, Bintang Iklan, Musisi
Profesi sebelumnya: Pekerja asuransi, Engineering dan Periklanan
Profesi sebelumnya: Pekerja asuransi, Engineering dan Periklanan
Tahun aktif sebagai Aktor: 1994-sekarang
Film/sinetron/shows, antara lain: Tragedi (2001), Arisan! (2003), Janji Joni, Banyu Biru (2005), Ekspedisi Madewa (2006), D'Bijis, Naga Bonar (Jadi) 2, Quickie Express (2007), Otomatis Romantis, Namaku Dick, Tri Mas Getir, Laskar Pelangi, Cinlok (2008), Wakil Rakyat, Benci Disko, Krazy Crazy Crezy, Preman In Love (2009), The God Babe, Roman Picisan, Mafia Insaf (2010), Arisan! 2 (2011), Kita Versus Korupsi (2012), Get M4rried, Setelah 15 Tahun, Malam Seribu Bulan, Slank Nggak Ada Matinya (2014), Princess, Bajak Laut Dan Alien (2015), (Sinetron/show) Dunia Tanpa Koma,Test Case, Para Pencari Tuhan, Extravaganza, Juni Di Bulan Juli, Malam Pertama, Dunia D, Bunda, Lajang, Udin Bui, Laki-Laki Lasut, Tendangan Si Madun Season 2.
Prestasi/Awards: Pemenang Piala Citra pada Festival Film Indonesia (FFI) 2004 kategori Aktor Pemeran Utama Terbaik (Arisan!), Aktor Favorit pada Panasonic Award masing-masing tahun 2005 dan 2006.
Komentar: Satu lagi yg nyeleneh tapi berbakat sangat! Aktor satu ini super jahil di manapun ia berada. Kalo lihat Tora Sudiro, jadi ingat sama komedian Hollywood kelahiran Kanada yg juga aktor -Jim Carrey-bukan wajah tapi krn sama-sama suka gokil tingkah polahnya setiap tampil di depan publik. Tapi di luar itu semua, bakat akting mereka juga patut diperhitungkan. Itulah alasan mengapa saya masukkan Tora dalam kategori 77 Aktor Besar Indonesia saya. Bakatnya one in a million--apa ya padanan Bahasa Indonesianya?
Film/sinetron/shows, antara lain: Tragedi (2001), Arisan! (2003), Janji Joni, Banyu Biru (2005), Ekspedisi Madewa (2006), D'Bijis, Naga Bonar (Jadi) 2, Quickie Express (2007), Otomatis Romantis, Namaku Dick, Tri Mas Getir, Laskar Pelangi, Cinlok (2008), Wakil Rakyat, Benci Disko, Krazy Crazy Crezy, Preman In Love (2009), The God Babe, Roman Picisan, Mafia Insaf (2010), Arisan! 2 (2011), Kita Versus Korupsi (2012), Get M4rried, Setelah 15 Tahun, Malam Seribu Bulan, Slank Nggak Ada Matinya (2014), Princess, Bajak Laut Dan Alien (2015), (Sinetron/show) Dunia Tanpa Koma,Test Case, Para Pencari Tuhan, Extravaganza, Juni Di Bulan Juli, Malam Pertama, Dunia D, Bunda, Lajang, Udin Bui, Laki-Laki Lasut, Tendangan Si Madun Season 2.
Prestasi/Awards: Pemenang Piala Citra pada Festival Film Indonesia (FFI) 2004 kategori Aktor Pemeran Utama Terbaik (Arisan!), Aktor Favorit pada Panasonic Award masing-masing tahun 2005 dan 2006.
Saya pernah sekilas nonton film Arisan! Dalam film yg disutradarai Nia Dinata ini, kualitas akting Tora Sudiro memang sudah terlihat menonjol. Lalu di Extravaganza yg selalu saya nantikan, aktor yg gemar ber-tattoo ini juga selalu tampil total untuk setiap jenis karakter dalam lakon-lakon pendek yg dibawakan bersama rekan-rekan. Kualitas akting prima juga diperlihatkannya dalam film-film dan ini dibuktikannya dengan beberapa kali sudah ia menerima penghargaan. Saya pikir aktor yg juga mahir bermain gitar ini layak masuk deh dalam daftar. Perjalanannya masih panjang dan berpotensi mendapat banyak kesempatan untuk pencapaian tertinggi dalam karirnya di dunia seni peran.
---000---
Alhamdulillah Bagian Empat kelar juga. Terimakasih yg sudah mampir membaca.Wassalam.
Sumber berita dan foto:
Kapanlagi.com, tamanismailmarzuki.com, wikipedia.org., store.tempo.co, iyaa.com, filmcenterindonesia, officialfilmindonesia, www.amiraatthemovies.wordpress.com, rolfilmblog.blogspot.com.
RAHMAN YAKOB pertama kali nonggol di TV ketika dia membintangi sinteron di TPI sekitar tahun 89 atau 90 dengan lawan main Vinny (saya luapa nama belakangnya), Vinny ini sudah tidak aktif lagi di dunia hiburan.
BalasHapusvinny alvionita, serial drama remaja. KEDASIH
BalasHapusMantap
BalasHapusBetul
Kedasih....pedih nian hidup kau alami...
BalasHapus