117 AKTOR BESAR DAN BERBAKAT INDONESIA VERSI ANYER (Bagian 2)

`Assalamu'alaikum wr wb.~

Melanjutkan tulisan sebelumnya, sekali lagi,  kriteria aktor-aktor yg masuk dalam daftar 117 Aktor Besar Indonesia versi saya : Memiliki bakat dan kemampuan akting jempolan, diutamakan yg pernah tampil dalam beragam genre film atau membawakan beragam peran, punya nama besar di Indonesia dan sudah berkarier di dunia seni peran (layar lebar maupun layar kaca) selama minimal 10 tahun.
Saya nyusun daftar ini bukan berdasarkan tingkat kemampuan, kehebatan dlsb, hanya berdasarkan ingatan saja. Trus disusun  yg rapih dulu sebelum dijejerkan  disini. Semua sama berbakatnya, sama-sama aktor berdedikasi tinggi, punya segudang pengalaman dan prestasi. Dan karena tulisan kali ini adalah tentang para aktor asal Republik Indonesia, maka sebisa mungkin saya tampilkan foto-foto mereka kental dengan identitas Indonesia; seperti berpakaian sopan, mengenakan kemeja batik, (kalau ada) mengenakan busana adat Nusantara, berpose dengan latar khas Indonesia atau minimal sedang menghadiri suatu event perfilman. Beberapa aktor dengan mudahnya bisa saya dapatkan koleksi fotonya, namun ada juga beberapa yg sulit mendapatkannya. Kalaupun ada, ukuran fotonya begitu kecil atau buram banget. Harap maklum ya.

Indonesian Hall of Fame

11. SLAMET RAHARDJO



Nama lengkap: Slamet Rahardjo Djarot   
Lahir: Serang, Banten, 21 Januari 1949 
Pendidikan: Akademi Teater Nasional (ATNI) 1969 Jurusan Art Directing  
Pekerjaan selain Aktor: Sutradara, Penulis Skenario, Dosen IKJ
Tahun aktif: 1971-sekarang 
Film/sinetron/serial televisi, antara lain: Wadjah Seorang Laki-Laki (1971), Ranjang Pengantin (1974), Perkawinan Dalam Semusim (1976), Badai Pasti Berlalu (1977), November 1828 (1978), Di Balik Kelambu (1982), Ponirah Terpidana (1984), Kodrat (1986), Tjoet Nja' Dhien (1988), Pasir Berbisik (2001), Kutunggu Di Sudut Semanggi, Putri Gunung Ledang (2004), Banyu Biru (2005), Ruang (2006), Badai Pasti Berlalu (2007), Namaku Dick, Laskar Pelangi, Cinta Setaman, Lastri (2008), Ketika Cinta Bertasbih (2009), Bebek Belur, Alangkah Lucunya (Negeri Ini), Sang Pencerah, Kabayan Jadi Milyuner (2010), Sang Penari (2011), Dilema (2012).
Prestasi/Awards: Pemenang Piala Citra 1975 kategori Pemeran Utama Pria Terbaik (Ranjang Pengantin), Pemenang Piala Citra pada Festival Film Indonesia (FFI) 1980 di Semarang-Jawa Tengah kategori Sutradara Terbaik kedua (Rembulan Dan Matahari), Pemenang Piala Citra 1983 kategori Pemeran Utama Pria Terbaik (Di Balik Kelambu), Pemenang Piala Citra 1985 kategori Sutradara Terbaik (Kembang Kertas), Pemenang Piala Citra pada FFI 1987 kategori Sutradara Terbaik (Kodrat), Aktor Terpuji pada Festival Film Bandung 2004 (Sinetron Kepadamu Aku Pasrah), Ketum Karyawan Film dan Televisi (1995-1999), Ketua Komisi Budaya Badan Pertimbangan Film Nasional/BP2N (1985-1998), Dirut PT. Ekapraya Tata Cipta Film, President of Cilect Asia-Pasific Association (CAPA).


Komentar: Kakak kandung dari sutradara, penata musik dan politisi Eros Djarot ini tak terbantahkan lagi adalah aktor legendaris yg pernah dimiliki Indonesia dan masih hidup sampai saat saya ngetik ini (04 Jan 2014). Slamet Rahardjo sudah mulai ikut meramaikan dunia seni peran Indonesia bahkan sebelum memasuki tahun 1970 melalui teater hingga merambah ke film dan terus eksis hingga sekarang dengan catatan prestasi akting yg mengagumkan dan film-film berkelas di mana beliau terlibat di dalamnya. Slamet Rahardjo kerap tampil bersama aktris yg legendaris Indonesia : Christine Hakim. Menurut Wikipedia, aktor yg nama panggilan masa kecilnya "Memet" ini putra tertua dari tujuh bersaudara pasangan Djarot Djojoprawiro dan Ennie Tanudiredja.

Setelah menyelesaikan pendidikan SMA, ia melanjutkan ke Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI). Di ATNI, Slamet Rahardjo berkawan dengan Teguh Karya dan keduanya membentuk teater yg diberi nama Teater Populer pada tahun 1968. Tiga tahun kemudian, bekerjasama dengan Sarinade Film, teater mereka memproduksi sebuah film berjudul Wadjah Seorang Laki-Laki dimana Slamet Rahardjo segera didapuk menjadi pemeran utama pria, beradu akting dengan penyanyi Laila Sari. Baru pada tahun 1979 ia memulai karir sebagai sutradara film. Slamet Rahardjo juga merambah ke dunia Penulis Skenario dan Desainer Produksi untuk film.

Setelah Teguh Karya wafat pada tahun 2001, Slamet Rahardjo mengambil alih kepemimpinan Teater Populer dan memproduksi sebuah film idealis yang diangkat dari kisah nyata TKI berjudul Marsinah. Pada tahun 2007, Slamet Rahardjo ikut terlibat dalam remake Badai Pasti Berlalu. Keterlibatannya di film ini menjadikannya satu-satunya cast dari film aslinya yg tampil kembali dalam versi re-make.

Kiprah Slamet Rahardjo terus berlanjut hingga kini. Kita bisa melihat penampilan rutinnya dalam sebuah acara talkshow unik nan kocak yg diisi dengan konsep sandiwara (yg ini asli sok tahu karena saya hanya nonton sesekali. Belum tentu seperti ini yg dimaksud produsernya) bersama seniman Butet Kartaradjasa di sebuah stasiun televisi swasta berjudul "Sentilan-Sentilun". Bakat akting natural Sang Legenda Hidup Slamet Rahardjo yg sekarang sangat jarang dimiliki artis-artis muda Indonesia boleh jadi merupakan hasil tempaan perpaduan antara teater dan film layar lebar selama puluhan tahun.

12. TIO PAKUSADEWO


Nama lengkap:
Kanjeng Raden Tumenggung Irwan Susetyo Pakusadewo
Nama tenar: Tio Pakusadewo
Lahir: 02 September 1963
Tahun aktif sebagai Aktor: 1987-sekarang
Film/Miniseri/FTV, antara lain: Bilur-Bilur Penyesalan (1987), Catatan Si Boy, Catatan Si Boy II, Cinta Anak Jaman (1988), Kamandaka (Cerita Lepas TVRI, 1988), Adikku Kekasihku, Nuansa Birunya Rinjani (1989), Bianglala (Cerita Lepas TVRI, 1989), Boleh-Boleh Aja, Pengantin, Cinta Dalam Sepotong Roti (1990), Lagu Untuk Seruni, Bibir Mer, Rini Tomboy (1991), Halimun (miniseri, 1991), Kuldesak (1997), Virgin (Ketika Keperawanan Dipertanyakan) (2004), Berbagi Suami (2006), Legenda Sundel Bolong, Lantai 13, Quickie Express (2007), Oh Baby, Rahasia Bintang, May, Claudia/Jasmine (2008), Pintu Terlarang, Jagad X Code, Kata Maaf terakhir, Identitas (2009), The Sexy City, Alangkah Lucunya (Negeri Ini) (2010), Tebus, Golden Goal, Sang Penari (2011); Rayya, Cahaya Di Atas Cahaya; Republik Twitter, Perahu Kertas, Perahu Kertas 2, Sang Martir, Habibie Dan Ainun (2012), Sang Pialang, Rectoverso, Mursala (2013), The Raid 2 (2014).
Prestasi dan Awards:  Pemenang Piala Citra pada Festival Film Indonesia (FFI) 1991 kategori Pemeran Utama Pria Terbaik (Lagu Untuk Seruni), Nominasi Piala Citra FFI 2008 kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik (May), Pemenang Piala Citra FFI 2009 kategori Pemeran Utama Pria Terbaik (Identitas), Nominasi Piala Citra pada FFI 2010 kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik (Dilema Cinta 2 Hati), Nominasi Piala Citra FFI 2011 kategori Pemeran Utama Pria Terbaik (Tebus), Nominasi Piala Citra FFI 2012 kategori Pemeran Utama Pria Terbaik (Rayya, Cahaya Di Atas Cahaya), Most Favorite Supportive Actor dari MTV Indonesia Movie Award 2006 (Berbagi Suami), Juri HighScope Film Festival 2011, Pendiri Rumah Produksi Kalbuku.


Komentar: Saya tidak memperhatikan sejak kapan aktor berdarah Jawa ini mulai sering tampil memakai blangkon. Dugaan saya kemungkinan besar sejak ia dianugerahi Gelar Kanjeng Raden Tumenggung oleh Kesultanan Yogyakarta (tapi dugaan ini bisa saja salah). Tio Pakusadewo mulai dikenal publik ketika ia pertamakali tampil dalam film adaptasi novel karya Mira W. berjudul Bilur-Bilur Penyesalan pada tahun 1987, beradu akting dengan aktor senior Rano Karno.

Tahun 1988, ia menerima peran dalam empat film sekaligus, termasuk film box office Indonesia kala itu: Catatan Si Boy II, menjadikannya dikenal secara lebih luas oleh seluruh penggemar film di tanah air. Kemudian pada tahun 1990, ia ikut terlibat dalam film bermutu arahan sutradara ternama Indonesia, Garin Nugroho, berjudul Cinta Dalam Sepotong Roti (1990) yg juga merupakan Film Terbaik FFI 1991. Di tahun yg sama, Tio mencapai puncak ketenarannya dengan diganjarnya ia sebagai Pemenang Piala Citra dalam Festival Film Indonesia 1991 untuk peran eksentriknya sebagai komposer lagu dalam film Lagu Untuk Seruni. Tak tanggung-tanggung, Tio Pakusadewo memenangkan kategori bergengsi, yakni Best Actor In A Leading Role

Memasuki pertengahan 1990an dunia perfilman Indonesia mengalami colaps, Tio Pakusadewo yg menyebut film Hollywood The Outsiders (1983) sebagai film favoritnya ini beralih pada peran-peran dalam opera sabun, miniseri dan film televisi yg kala itu gencar ditayangkan di televisi-televisi swasta yg mulai banyak bermunculan di Indonesia, seperti Lakon 3 Duda (1993), Dessy (1994), Anak Menteng, Sang Lima (1995), Bung Jendral (1996), Telaga Kesabaran (1996), Bunyi (1996), Meniti Cinta, My Love, Maafkan Aku (Film Televisi), Istri Terakhir. Beberapa dari opera sabun maupun serial di atas adalah hasil kerja rumah produksinya sendiri yg bernama Kalbuku. Tio Pakusadewo juga sempat mendirikan sebuah sekolah akting di daerah Kemang, Jakarta Selatan, sebagai bentuk keprihatinannya terhadap kualitas akting artis-artis muda Indonesia yg menurutnya masih sangat minim.

Hingga kini, penggemar karya-karya sutradara kelas dunia seperti Martin Scorsese dan Francis Ford Coppola ini masih terus aktif berkarya dalam film-film Indonesia yg terus bermunculan hingga tahun 2014 ini. Semoga konsistensinya untuk terus bergelut dan menggali ketrampilan dalam dunia seni peran tanah air menjadi inspirasi bagi artis-artis muda Indonesia untuk terus mengasah bakat dan kemampuan akting mereka.


13. AUGUST MELASZ


Nama lengkap:
August Satria Purnama
Lahir: Surabaya, Jawa Timur, 30 Nopember 1951
Istri: Rini Zadra
Pendidikan: Sekolah Mualim Pelayaran Interinsuler
Tahun aktif: 1972-sekarang
Film/sinetron, antara lain: Manusia Terakhir, Sebatang Kara (1973); Maria, Maria, Maria; Rama Superman Indonesia (1974), Kenapa Kau Pergi (1975), Pembalasan Naga Sakti, Semoga Kau Kembali (1976), Senyum Nona Anna, Kembalilah Mama, Noda Dan Asmara, Selimut Cinta (1977), Melati Hitam, Satu Malam Dua Cinta (1978), Kecupan Pertama, Dr. Siti Pertiwi Kembali Ke Desa, Gadis Kampus, Romantika Remaja (1979), Lima Cewek Jagoan, Seputih Hatinya Semerah Bibirnya (1980), Gundala Putra Petir, Bercanda Dalam Duka (1981), Pengantin Remaja II (1982), Ke Ujung Dunia (1983), Noda X (1984), Pacar Pertama (1986), Kasmaran, Penginapan Bu Broto (1987), American Hunter, Istana Kecantikan, Pemburu Berdarah Dingin, Siapa Menabur Benci Akan Menuai Badai (1988), Membakar Lingkaran Api (1989), Ibuku Malang Ibu Tersayang, Pertempuran Segitiga (1990), Zig Zag (1991), Angel Of Fury (1993), Issue (2004), Kala, Mereka Bilang Saya Monyet! (2007), Serigala Terakhir, Sepuluh (2009), Perahu Kertas, Perahu Kertas 2, Cinta Tapi Beda (2012), KM 97 (2013), (sinetron) Kasih Dan Cinta, Manohara, Cinta 7 Susun.
Prestasi/Awards: Aktor Terpuji pada Festival Film Bandung 2006.


Komentar: Selain Pemenang pada Festival Film Bandung tahun 2006, sampai saat menulis ini (04Jan2014), saya belum menemukan sumber yg memberikan informasi seputar penghargaan perfilman sejenis FFI yg pernah diterima oleh August Melasz; namun dengan segudang pengalaman akting, kualitas akting yg dimilikinya dan dilihat dari sisi produktivitas dalam berkarya di dunia yg sama selama puluhan tahun, aktor berdarah indo Belanda yg kerap berperan antagonis ini sangat layak masuk dalam daftar ini. Dalam kurun waktu 1970 hingga 1990, siapa yg tak kenal nama August Melasz, bukan?

Aktor dengan ciri khas kumis tebal dan mata kerap memicing (piercing eyes) ini pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Mualim Pelayaran Interinsuler sebelum akhirnya terjun di dunia seni peran pada awal tahun 1970an. Ia memulai debut layar lebarnya melalui film Anjing-Anjing Geladak (1972). Setelah malang-melintang di dunia film selama kurang lebih tiga dekade, aktor veteran ini pun mencoba menjadi sutradara melalui miniseri Pemburu-Pemburu Minyak (1993), Pedang Keadilan (1994) dan Tahta (1996). Sepanjang karir perfilmannya, August Melasz pernah beradu akting bersama aktris-aktris besar Indonesia, antara lain Yenny Rachman, Christine Hakim, Lydia Kandouw, Joyce Erna, Dana Christina dan Eva Arnaz.

14. AMAK BALDJUN


Lahir:
Surabaya, Jawa Timur, 12 Juli 1942
Wafat: Jakarta, 05 Januari 2011 
Pendidikan: Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM)/LPPM Bidang Manajemen Keuangan 
Tahun aktif: 1978-2007
Film/sinetron, antara lain: Yuyun Pasien Rumah Sakit Jiwa, Janur Kuning, Sepasang Merpati (1979), Tiga Dara Mencari Cinta (1980), Ketika Cinta Harus Memilih, Bukan Impian Semusim (1981), Cas Cis Cus (1989), Plong (Naik Daun) (1990), Ramadhan Dan Ramona (1992), Badut-Badut Kota (1993), Fatahillah (1996-1997), Puisi Tak Terkuburkan (2000), Ayat-Ayat Cinta (2007).
Prestasi/Awards: Nominasi Piala Citra pada Festival Film Indonesia 1980 kategori Aktor Pendukung Pria Terbaik (Janur Kuning dan Sepasang Merpati), Nominasi Piala Citra pada FFI 1990 kategori Aktor Pendukung Pria Terbaik (Cas Cis Cus), Nominasi Piala Citra pada FFI 1992 (Ramadhan Dan Ramona), Anggota Kine Klub Dewan Kesenian Jakarta-TIM (1980), Wakil General Manager Bidang Artistik/Umum PKJ-TIM (1975-1982), Konsultan Bidang Manajemen PKJ-TIM (1991-1998), General Manager PT. Temprint, Direktur Penerbit Buku Pustaka Firdaus.


Komentar:
Amak Baldjun yg dikenal sebagai organisator ulung sekaligus seniman teater ini menempuh pendidikan formalnya di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan LPPM Bidang Manajemen Keuangan. Aktor senior spesialis pemeran pendukung satu ini tidak banyak mencatatkan diri dalam kancah perfilman Indonesia, tetapi wajahnya tetap sangat familiar bagi penggemar film tanah air dan kualitas aktingnya yg kental akan didikan teater sulit dicari padanannya di masa kini. Keterlibatannya dalam Teater Kecil pimpinan Arifin C. Noer, dalam organisasi kesenian ibukota ditambah dengan sempat tiga kali masuk dalam nominasi Festival Film Indonesia untuk kategori Best Supporting Actor In A Role, menjadikannya termasuk dalam jajaran aktor-aktor senior yg dihormati rekan-rekan seprofesi dan bahkan generasi penerusnya.

Aktor dan aktris besar Indonesia seperti Slamet Rahardjo, Jajang C. Noer, Dorman Borisman dan Harry Capri hadir memberikan penghormatan terakhir mereka pada pemakaman Amak Baldjun di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat. /Indonesia's great actors and actress Slamet Rahardjo, Jajang C. Noer, Dorman Borisman and Harry Capri were in attendances to pay their last tributes in Amak Baldjun's funeral at Karet Bivak's cemetary.

  15. DONNY DAMARA


Nama lengkap: Donny Damara Prasa Dhana
Lahir: 12 Oktober 1966
Pekerjaan sebelumnya: Model, Bintang Iklan
Tahun aktif sebagai Aktor: 1988-sekarang
Film/sinetron, antara lain: Cinta Anak Jaman (1988), Ketika Cinta Telah Berlalu (1989), Boss Carmad, Dua Kekasih, Joe Turun Ke Desa, Pagar Ayu (1990), Perwira Dan Ksatria (1991), Kekasih The Lovers, Liburan Seru! (2008), Minggu Pagi Di Victoria Park (2010), Lovely Man (2011), Langit Ke-7 (2012), Pintu Harmonika, 2014, Moga Bunda Di Sayang Allah (2013), (Sinetron) Bukan Perempuan Biasa, Bidadari Yang Terluka, Seberkas Kasih Mama, Kisah-Kasih Di Sekolah, Pintu Hidayah, Kumpul Bocah, Hingga Akhir Waktu, Menjemput Impian, Dewi, Cinta Dan Anugerah, Police 86, Perempuan Pilihan.
Prestasi/Awards: Bintang iklan cilik, Nominasi Piala Citra pada Festival Film Indonesia 1992 kategori Best Supporting Actor In A Role (Perwira Dan Ksatria), Pemenang Piala Citra pada Festival Film Indonesia 2012 kategori Best Actor in A Leading Role (Lovely Man), Best Actor pada Asian Film Award 2012 (Lovely Man), Aktor Terbaik pada Indonesian Movie Award 2012 (Lovely Man), Aktor Utama Terpilih pada Piala Maya 2012.


Komentar: Keponakan penulis novel terkenal Ikke Supomo ini adalah satu dari sedikit model tanah air yg sukses ketika mencoba peruntungan di dunia seni peran. Mereka yg saya nilai sukses sebut saja Ferry Salim dan Tio Pakusadewo yg awalnya justru berprofesi sebagai model/peragawan. Begitu berdedikasinya mereka dalam membawakan beragam karakter unik sehingga publik bahkan lupa tadinya berprofesi sebagai model. Saya  baru terkesan dengan kualitas aktingnya setelah  Panggil Aku Puspa. Kalo melihatnya tampil dalam film pertamakali sih melalui film Perwira Dan Ksatria, tapi waktu itu masih biasa saja. Donny Damara begitu total memerankan sosok transgender yang memiliki seorang anak perempuan (dibawakan dengan apik oleh aktris yang juga mantan penyanyi cilik, Enno Lerian). Sayang saya belum menemukan informasi mengenai tahun penayangan Panggil Aku Puspa. Yang saya ingat, saat itu saya diberitahu seorang tante saya di Surabaya bahwa film televisi ini bagus banget dan saya penasaran ingin nonton juga setelah mendengarkan ringkasan ceritanya dari beliau.

Donny Damara bukan pemain baru dalam dunia seni peran di Indonesia. Jika dirunut lebih ke belakang lagi, sebelum menjadi model/peragawan terkenal tanah air, saat usia kanak-kanak, ia sudah menjadi bintang iklan margarin Blue Band--setidaknya, dalam iklan itu dia berakting kan? 😂 Poster iklan tersebut sempat terpampang di mana-mana di seluruh pelosok tanah air, membuatnya mencapai stardom di usia masih sangat belia. Hingga usia remaja, Donny Damara aktif dalam dunia modelling. Debut film layar lebar pertamanya berjudul Cinta Anak Jaman arahan sutradara Buce Malawau. Dalam film Lovely Man, ia kembali tampil berperan sebagai transgender. Kali ini, perannya dalam film tersebut mengundang kontroversi di Indonesia karena memuat isu sensitif mengenai komunitas tertentu, tetapi di luar Indonesia, ia banyak menuai pujian dan penghargaan. Hal ini terbukti melalui banyaknya penghargaan yg diterimanya, bahkan pada ajang Asian Film Award 2012, ia berhasil mengalahkan aktor Mandarin yg lebih dikenal luas dunia, Andy Lau. Andy Lau masuk dalam nominasi kategori yg sama dengan Donny Damara melalui film A Simple Life.
Jangan meremehkan peragawan yaa... 😀

16. DIDI PETET


Nama lengkap: Didi Widiatmoko 

Lahir: Surabaya, 12 Juli 1956 
(Updated) Wafat: Jakarta, 15 Mei 2015
Cause of death: Gangguan Pencernaan
Istri: Uce Sriasih 
Almamater: Institut Kesenian Jakarta (IKJ) 
Pekerjaan selain Aktor: Sutradara, Dosen IKJ
Tahun aktif: 1985-2015
Film/sinetron, antara lain: Semua Karena Ginah (1985), Catatan Si Boy (1987), Catatan Si Boy 2, Bayar Tapi Nyicil (1988), Pacar Ketinggalan Kereta, Joe Turun Ke Desa (1989), Rebo Dan Robby, Catatan Si Boy 3 (1990), Si Kabayan Dan Anak Jin, Gema Kampus 66, Catatan Si Emon, Catatan Si Boy 5 (1991), Asmara (1992), Si Kabayan Mencari Jodoh (1994), Petualangan Sherina (2000), Pasir Berbisik (2001), Eiffel I'm In Love (2003), Rindu Kami Padamu (2004), Tentang Dia, Banyu Biru, Apa Artinya Cinta (2005), D'Girlz Begins (2006), Kamulah Satu-Satunya (2007), Lost In Papua, Di Bawah Lindungan Ka'Bah (2011), Madre, Bangun Lagi Dong Lupus (2013). (Sinetron) Kabayan, Buku Harian, Cintaku Di Rumah Susun, Primadona, Ridho, Maha Kasih, Dunia Tanpa Koma, Losmen, 3 Semprul Mengejar Surga.
Prestasi/Awards: Pemenang Piala Citra pada Festival Film Indonesia (FFI) 1988 kategori Aktor Pendukung Pria Terbaik (Cinta Anak Jaman), Aktor Terpuji Festival Film Bandung (FFB) 1988 (Catatan Si Boy), Aktor Terpuji FFB 1989 (Gema Kampus 66), Nominasi Piala Citra pada FFI 1990 kategori Pemeran Utama Pria Terbaik (Joe Turun Ke Desa), Nominasi Piala Citra pada FFI 1991 kategori Pemeran Utama Pria Terbaik (Boneka Dari Indiana), Aktor Terpuji FFB 1994 (Si Kabayan Cari Jodoh), Penerima Penghargaan Lifetime Achievement MTV Indonesia Movie Award 2004, Nominasi Piala Citra 2004 kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik (Pasir Berbisik), Nominasi Indonesian Movie Award 2010 kategori Pemeran Utama Pria Terbaik (Jermal), Nominasi Piala Vidia 2011 kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik (Bakpao Pingping).


Komentar: Aktor bertubuh tambun ini adalah aktor matang hasil tempaan Institut Kesenian Jakarta. Bakat aktingnya yg natural dengan kelebihannya yg sanggup bertransformasi ke dalam beragam jenis peran menjadi daya tarik tersendiri dalam setiap film maupun sinetron dimana ia terlibat di dalamnya, baik sebagai pemeran utama ataupun pemeran pendukung.

Didi Petet sukses memerankan sosok waria bernama Emon sahabat Boy dalam film hit Indonesia di era 1980-an arahan sutradara Nasri Chepy : Catatan Si Boy, sosok Kabayan lugu dalam banyak film Kabayan-nya yg juga meraup sukses besar maupun sosok suami dan ayah penyayang dan bijaksana dalam sinetron bermutu berjudul Buku Harian (1994-1996) beradu akting bersama Ully Artha, Nia Daniaty, Desy Ratnasari dan Moudy Wilhelmina. Didi Petet kini aktif bermain dalam beberapa sinetron pilihan dan mendukung karya-karya film sutradara-sutradara muda Indonesia. ia juga masih menjadi dosen di almamaternya sendiri, IKJ dan menjadi juri pada program Akhirnya Datang Juga di sebuah televisi swasta di tanah air. Semoga di masa mendatang, akan lahir Didi Petet-Didi Petet muda yg turut memberi warna tersendiri dalam dunia seni peran Indonesia.

17. ADI KURDI


Nama lengkap:
Agustinus Adi Kurdi 
Lahir: Pekalongan, Jawa Tengah, 22 September 1948
(Updated) Wafat: Jakarta, 8 Mei 2020
Cause of death: Tumor Otak
Istri: Bernaditha Siti Ristyatuti 
Pendidikan: Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Bidang Seni Patung 
Pekerjaan selain Aktor: Seniman Teater, Dosen IKJ 
Tahun aktif: 1980-2016
Film/serial televisi, antara lain: Gadis Penakluk (1980), Bukan Istri Pilihan, Putri Seorang Jendral (1981), Bunga Bangsa, R.A. Kartini (1982), Hatiku Bukan Pualam, Opera Jakarta (1985), Beri Aku Waktu (1986), Oeroeg (1993), Surat Untuk Bidadari (1994), Aku Ingin Menciummu Sekali Saja (2002), 3 Hari Untuk Selamanya, Anak-Anak Borobudur (2007), Ratu Kosmopolitan (2010), (Sinetron) Sebening Air Matanya (1993), Keluarga Cemara (1997).
Prestasi/Awards: Nominasi Piala Citra pada Festival Film Indonesia 1981 kategori Pemeran Utama Pria Terbaik (Gadis Penakluk), Penerima beasiswa dari School Of The Art Theater Program, New York University, USA; Sekretaris Dewan Kesenian Jakarta (1990-1993 dan 1993-1996).


Komentar: Satu lagi aktor kawakan binaan teater yg kualitas aktingnya matang dan natural. Aktor yg gaya aktingnya mengingatkan saya pada Anthony Hopkins. Adi Kurdi mungkin paling diingat publik melalui peran Abah dalam sinetron bermutu yg diangkat dari novel karya Arswendo Atmowiloto berjudul sama: Keluarga Cemara. Tapi sebenarnya ia sudah terlibat dalam dunia perfilman sejak tahun 1980. Saya pertamakali lihat performa aktingnya melalui film Gadis Penakluk yg turut didukung oleh aktor dan aktris Indonesia seperti Merlyna Husein, Ade Irawan, George Rudy, Ucok Harahap, Ita Mustafa dan Tutie Kirana.

Aktor yg lebih suka disebut sebagai Seniman ini sudah akrab dan mencintai dunia seni sejak usia muda. Keseriusan minatnya tersebut dibuktikan dengan mendaftarkan diri pada Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI). Memberi perhatian khusus pada karya-karya seniman besar Indonesia, WS. Rendra, Adi Kurdi kemudian tertarik untuk mendalami dunia seni peran sebelum akhirnya bergabung dalam Bengkel Teater pimpinan WS. Rendra. Berbekal pendidikan Public Relation di New York selama 2 tahun, aktor yang beristrikan adik kandung WS. Rendra ini kemudian mendirikan Studio 3 yang salah satu kursusnya adalah mengajarkan cara berbicara dengan baik. Menurut sebuah sumber terpercaya, Adi Kurdi pernah merapihkan gaya berbicara dua orang menteri di Kabinet Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, yakni Marzuki Usman dan Bambang Sudibyo.

18. MARULI SITOMPUL


Nama lengkap: Hisar Sahat Maruli Sitompul 

Lahir: Cilacap, Jawa Tengah, 21 Desember 1937 
Wafat: 1990 (tanggal dan bulan belum ditemukan. Mudah-mudahan ada bala bantuan dari teman-teman wartawan).
Pendidikan: Sekolah Musik Indonesia dan Akademi Seni Drama dan Film (Asdrafi),Yogyakarta 
Tahun aktif: 1962-1984 
Film, antara lain: Tangan-Tangan Jang Kotor (1963), Petir Sepandjang Malam (1967), Si Buta Dari Gua Hantu, Tuan Tanah Kedawung (1970), Perawan Buta, Pandji Tengkorak, Bengawan Solo, Biarkan Musim Berganti (1971), Mawar Rimba (1972), Melawan Badai, Kemasukan Setan, Mencari Ayah, Senyum Di Pagi Bulan Desember, Pengorbanan, Ratapan Si Miskin, Aku Cinta Padamu (1974), Pacar Pilihan (1975), Ingin Cepat Kaya, Semoga Kau Cepat Kembali, Mustika Ibu, Max Havellar, Oma Irama Penasaran (1976), Rahasia Seorang Ibu, Si Doel Anak Modern, Guna-Guna Istri Muda, Gara-Gara Janda Kaya, Sisa Feodal, Sorga Yang Hilang, Terminal Cinta, Kembang-Kembang Plastik, Si Buta Dari Gua Hantu, Gersang Tapi Damai, Jalur Bali, Yang Muda Yang Bercinta (1977), Perawan Desa, November 1828 (1978), Anak-Anak Buangan, Kabut Sutra Ungu, Dr. Siti Pertiwi Kembali Ke Desa, Selamat Tinggal Duka, Laki-Laki Dari Nusakambangan, Bukan Sandiwara (1980), Remang-Remang Jakarta, Sang Guru, Jeritan Malam, Ketika Cinta Harus Memilih, Sekuntum Mawar Putih, Lima Sahabat (1981), Bawalah Aku Pergi (1982), Di Balik Kelambu, Budak Nafsu (1983), Jejak Pengantin, Saat-Saat Kau Berbaring Di Dadaku, Sama-Sama Senang, Secangkir Kopi Pahit (1984).
Prestasi/Awards: Pemenang Bintang Radio Dan Televisi (tahun belum ditemukan), Aktor Harapan Terbaik pada Best Actor/Actress Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya 1971, Aktor Terbaik II Festival Film Indonesia 1979, Pemenang Piala Citra pada Festival Film Indonesia 1981 kategori Aktor Terbaik (Laki-Laki Dari Nusakambangan), Pemenang Piala Citra pada FFI 1982 kategori Aktor Pendukung Terbaik (Bawalah Daku Pergi), Pemenang Piala Citra pada FFI 1983 kategori Aktor Pendukung Terbaik (Di Balik Kelambu).


Komentar:
Benar kan? Susaaah bener nyari foto aktor-aktor veteran seangkatan Zainal Abidin atau Maruli Sitompul! Tidak banyak pilihan, tapi semoga yg ada mampu membangkitkan ingatan pembaca yg mungkin sudah lupa dengan Maruli Sitompul mengingat sejak tahun 1984, aktor dahsyat satu ini sudah tidak aktif lagi dalam dunia yg membesarkan namanya.

Maruli Sitompul adalah aktor veteran, aktor karakter yg pernah dimiliki Indonesia. Di masa jayanya, nama besar Maruli Sitompul sejajar dengan aktor-aktris Indonesia seperti W.D. Mochtar, Kusno Sudjarwadi, Rima Melati dan Mieke Wijaya. Sejak usia muda, Maruli Sitompul sudah bisa membiayai hidupnya sendiri. Ia memulai kiprah di dunia seni peran dengan ikut terlibat dalam pementasan keliling Sanggar Teater Bambu 59. Pada tahun 1966, Maruli Sitompul tampil sebagai pemain pendukung dalam sebuah film dokumenter Departemen Penerangan yg berjudul Gugur Daun Kembali Bersemi.

Dari memori masa kecil saya saat nonton film-filmnya, yg paling saya kenang adalah suaranya yg khas, "deep commanding voice." Belakangan dari banyak bacaan yg saya kumpulkan, saya baru tahu bahwa ternyata bukan hanya saya yg menilai begitu. Insan perfilman luar negeri bahkan menjulukinya sebagai aktor dengan "The Giant Voice" karena kekhasan suaranya itu. Berkat suaranya juga, ia kerap diminta menjadi pengisi suara sejumlah film Indonesia.

Ada satu cerita dari Wikipedia yg mungkin bisa menggambarkan betapa beliau ini merupakan aktor yg sangat berdedikasi tinggi terhadap dunia seni peran. Ceritanya seputar perannya dalam film Si Mata Malaikat, yg didukung oleh Ratno Timoer dan Kusno Sudjarwadi. Ia ngotot mengenakan mata plastik yg terbuat dari plastik paling keras yg bila jatuh, bunyinya serupa "tok", meskipun dokter matanya sudah memberikan peringatan. Teknologi kedokteran mata saat itu belum semaju sekarang, belum ada terobosan canggih seperti contact lens dsb yg dapat mengakomodir berbagai tuntutan para bintang, sehingga keputusan Maruli Sitompul itu memang terdengar langka dan bisa beresiko kebutaan di masa mendatang. Namun ia tetap nekat menggunakan mata berbahan plastik yg keras itu selama dibutuhkan dalam pembuatan film tersebut sambil terus berdo'a semoga matanya akan baik-baik saja. Semua demi dunia film yang begitu dicintainya.

Salah satu penggemar beliau adalah Jenderal TNI Benny Moerdani. Dalam sebuah kesempatan di Mabes TNI, Sang Jendral berkata pada istri dan anak-anak Maruli Sitompul bahwa ia sangat mengagumi kualitas akting dan karakter kuat Maruli Sitompul, terutama dalam film November 1828. Semoga kisah hidupnya bisa jadi inspirasi untuk generasi penerus yg serius ingin mengasah kemampuan seni peran.

19. ADI BING SLAMET


Nama lengkap:
Ferdinand Syah Albar 
Lahir: Jakarta, 06 Maret 1967 
Istri: Nurjanah
Pekerjaan selain Aktor: Penyanyi
Tahun aktif: 1975-sekarang
Film/sinetron: Tiga Sekawan, Ateng Kaya Mendadak (1975), Anak Emas, Cinta Kasih Mama (1976), Koboi Cilik, Bandit Pungli, Sinyo Adi (1977), Tomboy (1981), Merpati Tak Pernah Ingkar Janji (1986), Aku Benci Kamu (1987), Ceplas-Ceplos (1993), Saputangan Dari Bandung Selatan, Jalan Makin Membara (1994), Jalur Putih; Nike... Oh Nike (1995), Deru Debu (1996), (Sinetron) Kisah Sedih Di Hari Minggu (2004), Si Entong, Abay Anak Ajaib (2012), Ibrahim Anak Betawi (2013).
Prestasi/Awards: Penyanyi cilik sukses di tahun 1970-an, menelurkan lebih dari 20 album pop anak-anak, baik solo maupun duet bersama Iyut Bing Slamet dan Chicha Koeswoyo.



Komentar:
Walaupun sudah berada di ambang usia kepala 5, tampang aktor mantan penyanyi dan bintang film cilik yg tenar di tahun 1970an ini sampai sekarang masih saja terlihat badung. Setuju? Hehehe.

Saat masih bocah, tidak hanya sukses dengan album pop anak-anaknya, Adi Bing Slamet juga piawai dalam hal berakting lho. Melihatnya dalam film-film saat ia masih kanak-kanak, kita seakan hanya melihat tayangan video salah satu keponakan atau anak tetangga yg bandel dan banyak tingkahnya, serasa bukan menonton film sungguhan. Saking alaminya akting si bintang cilik ini. Sepanjang karir perfilmannya di masa kecil, ia sudah bermain film bersama aktor dan aktris ternama Indonesia kala itu; sebut saja Eddy Sud, Ateng, Iskak, Vivi Sumanti, Mang Udel, Aminah Cendrakasih, Ernie Djohan dan Laila Sari. Sampai ia dewasa dan turut bermain dalam film maupun sinetron di tanah air pun, bakat aktingnya tetap nampak.

Setelah penampilannya dalam film-film saat ia masih kecil, saya pertamakali melihat lagi performa aktingnya sebagai pria dewasa melalui film Merpati Tak Pernah Ingkar Janji, beradu akting bersama Paramitha Rusady, Rima Melati dan Kusno Sudjarwadi. Sebuah film bagus Indonesia yg cukup mengaduk emosi penonton.

20. DERRY DRAJAT


Lahir:
Bandung, Jawa Barat, 08 Agustus 1969 
Pekerjaan selain Aktor: Presenter 
Tahun aktif: 1994-sekarang 
Film/sinetron: Basahhh ... (2008), Lihat Boleh Pegang Jangan (2010), (Sinetron) Ketulusan Kartika (1998), Satu Kakak Tujuh Ponakan, Hidayah; Jangan Jual Aku, Ayah; Get Married The Series (2010), Hanya Kamu (2012), Tendangan Si Madun 2 (2012).


Komentar: Nggak banyak informasi yg bisa saya kumpulkan mengenai aktor dan presenter Derry Drajat, tapi tidak menutup kemungkinan nanti saya tambahkan kalau suatu saat nanti nemu data dan informasi tambahan lagi. Yg pasti, filmografi dan sinetron yg dibintanginya lebih dari yg sudah dicatatkan di atas (06Jan2014) dan kiprahnya di dunia seni peran pun sudah berlangsung selama lebih dari 10 tahun.

Saya masukkan mantan presenter acara Iron Chef di salah satu stasiun televisi swasta tanah air ini ke dalam daftar 77 Aktor Besar Indonesia karena saya pernah beberapa kali menyaksikan penampilannya dalam  film dan banyak sinetron, baik sebagai aktor utama. Bakat aktingnya alami dan bagus banget. Ciri khasnya juga punya kemampuan meniru aksen dan dialek dari berbagai daerah di Nusantara. Bakal aktor-aktor watak seperti Derry Drajat ini hanya perlu diberi kesempatan dan skenario yg digarap bagus untuk mereka meng-explore kemampuan akting yg dimiliki.

---000---

Alhamdulillah kelar bagian kedua. Wassalam.

Sumber berita dan foto: Tamanismailmarzuki.com, Tribunnews.com, KapanLagi.com, Storetempo.com, Wikipedia.org, ParokiTrinitas.










   
  


 




Komentar