117 AKTOR BESAR DAN BERBAKAT INDONESIA VERSI ANYER (Bagian 1)

Assalamu'alaikum wr wb


Sejenak meninggalkan daftar film-film Hollywood, 'lompat' ke kategori lain, The Most Great Actors of Indonesia atau Aktor-Aktor Besar Indonesia. Kategori ini saya buat sebagai bentuk penghargaan pada aktor-aktor asal tanah air sendiri. Kriterianya: mereka yg menurut saya punya bakat akting jempolan, diutamakan yg pernah tampil dalam lebih dari satu genre film atau bukan membawakan peran-peran stereotype, punya nama besar di Indonesia dan sudah berkarier di dunia seni peran (layar kaca maupun layar lebar) minimal selama sepuluh tahun. Saat nyari data dan foto mereka, yg paling terasa adalah minimnya dokumentasi para aktor dari tanah air. Bila dibandingkan dengan industri perfilman khususnya di Amerika, ketinggalan jauh dalam hal dokumentasi para aktor dan aktrisnya dalam setiap film yg mereka bintangi (semacam publicity photos). 

Pengemban tugas ini dianggap penting, itu sebabnya untuk Director of Photography sekalipun, disediakan kategori penghargaan dalam berbagai Awards insan perfilman, jadi tidak hanya fokus pada bintangnya saja krn sebuah karya seni peran khususnya film sesungguhnya merupakan hasil kerjasama tim, bukan hasil karya satu-dua orang saja. Mulai dari ide cerita, pengembangannya dalam bentuk skenario, pemilihan cast dan kru, audisi, penata busana, aktor aktris pendukung, figuran, fotografer, bagian umum, bagian properti, proses pembuatan film sampai pada rangkaian produksinya; semua membutuhkan puluhan bahkan mungkin ribuan orang terlibat di dalamnya bila kebetulan merupakan sebuah film kolosal. Idealnya, orang semestinya bisa dengan mudah menemukan semua informasi tentang bintang film manapun yg mereka cari.

Aktor dan aktris akan menua, itu suatu kepastian. Rasanya perlu mengabadikan mereka untuk keperluan dokumentasi. Ambil contoh aktor angkatan alm. Zainal Abidin ke atas. Susah sekali mendapatkan fotonya yg jelas atau dalam ukuran besar. Jangan harap akan punya banyak pilihan foto. Sekarang, anak muda yg lahir  di akhir 1980an pun mulai banyak yg tidak tahu Indonesia pernah punya aktor kawakan sekeliber Zainal Abidin, apalagi generasi akhir milenial dan Gen Z. Dunia perfilman di Indonesia berada dalam masa keemasan sejak tahun 1950an hingga tahun 1990an. Sepanjang kurun waktu itu, Indonesia punya banyak aktor-aktris jempolan yg bila masih hidup, sekarang usianya antara 40-80 tahun. Andai saja kesadaran pentingnya dokumentasi foto dan pengarsipan yg rapih sudah ada sejak dulu. Bandingkan dengan di Hollywood misalnya. Ketik keyword "Charlie Chaplin", "Carole Lombard" atau aktor/aktris era film bisu pada 1900an sekalipun, kita masih tetap akan mendapatkan banyak pilihan foto mereka. Well, this is just a thought of mine really. Semoga saya salah, semoga search engine saya aja yg payah sampai terdengar sok tahu begini.

Dengan foto-foto terbaik mereka yg bisa saya dapatkan, inilah 117 Aktor Besar Indonesia Versi Reyna yg insyaAllah akan saya bagi dalam enam bagian. Nyusunnya berdasarkan ingatan saya saja. Semua sama berbakatnya. Setiap dari mereka istimewa karena masing-masing punya ciri khas dan kualitas akting yg mumpuni. Meski beberapa di antaranya sudah nggak ada, nama-nama besar mereka akan dikenang sepanjang masa. Mungkin tidak semua dari mereka punya jalan hidup lurus dan terpuji, tapi tulisan saya bukan untuk menghakimi orang, kita ada di sini untuk tujuan yg baik-baik. Manusia mana sih yg sempurna? Saya hanya ingin menunjukkan apresiasi dan rasa penghargaan pada para seniman dan pelaku dunia seni peran di negeri sendiri dengan mengabadikan nama besar dan karya-karya mereka. Ingin jadi penulis biografi mereka, cita-cita masih kejauhan. Sementara waktu, menulis di blog cukuplah mengakomodir hasrat itu--hitung-hitung sekalian mengasah kemampuan menulis saya.

Berhubung tulisan kali ini menyangkut aktor-aktor asal Republik Indonesia dan sasaran pembaca saya juga (kalau memungkinkan) dari seluruh dunia, sebisa mungkin saya milih foto-foto mereka yg sebisa mungkin "Indonesia Banget", misalkan berpakaian sopan, (bila ada) mengenakan busana adat nusantara, pose berlatar pemotretan nuansa Indonesia atau minimal sedang menghadiri suatu event perfilman.

Edited in November 2019: Untuk diketahui, tadinya saya hanya membatasi sampai 60 nama saja, tapi saya baru tahu kalau blog film yg saya buat sejak 2011 untuk ngisi waktu ternyata ini cukup banyak pembacanya. Yg comment ada saja, yg menanyakan banyak nama lain juga nggak sedikit. Krn pertimbangan itu, saya perlebar ke angka 77 sesuai tahun kelahiran saya, tapi berhubung ada rencana membuat buku, sepertinya nanti akan berkembang menjadi 100-117 nih kayaknya. Tapi boleh tolong dibaca juga yah bahwa saya nulis ini menurut saya pribadi dan ada kriteria alasan kenapa nama-nama itu bisa masuk dalam daftar saya. Anda boleh kok berbeda pendapat. Untuk Eddy Sud, Dono-Kasino-Indro atau Ateng-Iskak yg ditanyakan beberapa pembaca, mereka akan saya masukkan dalam daftar performer legendaris. Keep calm dan sekali lagi, tolong baca kriteria daftar ini.

Indonesian Hall of Fame


1. RUDI SALAM


Nama lengkap: Rudi Sutantio Abdul Salam 
Lahir: Salatiga, 03 Desember 1948  
Istri: Marina Gardena 
Profesi selain Aktor: Pengacara 
Tahun aktif: 1977-sekarang  
Film/sinetron, antara lain: Garis-Garis Hidup, Jakarta-Jakarta, Laki-Laki Dalam Pelukan, Layu Sebelum Berkembang, Noda Dan Asmara, Rosita, Sejuta Duka Ibu (1977), Cowok Masa Kini, M-5, Pandangan Pertama, Perempuan Tanpa Dosa, Roda-Roda Gila, Kisah Cinderella (1978), Kabut Sutra Ungu, Ali Topan Detektif Partikelir Turun Ke Jalan, Antara Dia Dan Aku, Romantika Remaja, Wanita Segala Jaman (1979), Goyang Dangdut (1980), Dr. Karmila, Ira Maya Putri Cinderella, Ketika Cinta Harus Memilih, Sejuta Serat Sutra, Srigala, Sundel Bolong (1981), Misteri Ronggeng Jaipong (1982), Kontraktor, Dalam Pelukan Dosa (1984), Langkah-Langkah Pasti, Kisah Cinta Nyi Blorong, Makelar Kodok, Tiga Gadis Pilihan (1989), Perwira Dan Ksatria (1990), Mama Cake (2012), (sinetron) Ada-Ada Saja, Pernikahan Dini, Sephia, Pengantin Remaja, Ibu, Cinta Mutiara, Buku Harian Nayla, Amanah Dalam Cinta. 


Komentar:
Di antara jajaran aktris klasik Indonesia, Tanty Yosepha dan Dorris Callebout termasuk dua di antara yg pernah beradu akting dengan Rudi Salam. Mungkin banyak yg tidak memperhatikan betul akting aktor yg satu ini karena orang selalu melihatnya sebagai "kakak dari Roy Marten" yg mungkin lebih dikenal luas, tapi jujur nih, buat saya pribadi, kemampuan akting Rudi Salam jauh lebih terasah dibanding Roy Marten dan Chris Salam, adik-adiknya. Gaya aktingnya condong ke "method actor." Pertamakali lihat kualitas aktingnya dari sebuah sinetron bagus berjudul Pernikahan Dini yg juga dibintangi oleh aktor-aktris berbakat seperti mendiang Dien Novita, Dessy Ratnasari, Primus Yustisio dan Atalarik Syach

Pertengahan tahun 1990an sampai awal tahun 2000an, masih banyak sinetron-sinetron Indonesia bermutu, jadi satu-dua masih maulah saya tonton. Tidak seperti sekarang, banyak sekali bertebaran sinetron (maaf ya) sampah. Kalaupun ada yg ceritanya bermutu dengan kualitas akting yg bagus, sedikit jumlahnya. Sudah lima tahun mungkin sejak terakhir kali saya nonton sinetron, bahkan infotainment. 
Kembali ke sinetron Pernikahan Dini; penggarapan skenario, kolaborasi casts pendukung dan theme song-nya yg bagus menjadikan sinetron ini sebagai wadah bagi para artis pendukungnya mengeluarkan kemampuan akting mereka secara maksimal. Mulai dari Atalarik yg tampak beneran penyakitan, Dessy Ratnasari yg plin-plan agak nyebelin, Primus yg temperamental, sampai pada Rudi Salam sendiri yg sangat menghayati perannya sebagai ayah baik tapi kebingungan bagaimana harus bersikap, dia punya sifat iba tapi kadang bisa begitu kejam.
Karena keberhasilannya memerankan dua 'penderita' itu secara sempurna dalam satu tokoh, saya terkesan dan sejak itu mulai mengikuti sepak terjang (ceileee, sepak takraw kali'...) Rudi Salam dalam dunia seni peran.  Di antara para pendukung sinetron keren itu, penampilannya yg apik menjadi semacam puncaknya piramida selebrasi kualitas akting mereka yg berpadu menjadi satu kekuatan.
Sedikit mengenai Rudi Salam, beliau pernah menetap di Jerman sebelum akhirnya dipanggil pulang oleh sang adik yg sudah lebih dulu terkenal, Roy Marten untuk terlibat dalam dunia film di Tanah Air. Tahun 1977, ia pun memutuskan pulang dan langsung bermain dalam tiga judul film sekaligus, yaitu Sejuta Duka Ibu, Garis-Garis Kehidupan dan Jakarta-Jakarta. Semoga beliau sehat selalu dan panjang umur agar bisa terus berkarya mewarnai dunia seni peran tanah air. Masih menantikan karya-karya terbarunya.

Ralat: Judul sinetron yg dibintangi Rudi Salam, Dien Novita, Dessy Ratnasari, Primus Yustisio dan Atalarik Syach adalah CINTA, bukan PERNIKAHAN DINI seperti yg disebutkan di atas. Terimakasih pada Sutono Suto atas koreksinya (Penulis, 01 Oktober 2014).

2. DEDDY MIZWAR

Lahir: Jakarta, 05 Maret 1955
Istri: R. Giselawati Wiranegara
Profesi selain Aktor: Sutradara, Produser, Bintang Iklan, Politisi
Tahun aktif: 1978-sekarang
Film/sinetron/serial televisi, antara lain: Achhh Yang Benerrr... (1979), Sunan Kalijaga (1984), Sunan Kalijaga Dan Syech Siti Jenar (1985), Pengantin Baru (1986), Opera Jakarta (1986), Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1986),  Naga Bonar (1987), Kerikil-Kerikil Tajam (1987), Cintaku Di Rumah Susun (1987), Lupus III (1989), Perempuan Kedua (1990), Jangan Bilang Siapa-Siapa (1990), Nada Dan Dakwah (1991), Kiamat Sudah Dekat (2003), Para pencari Tuhan (2007), Ketika Cinta Bertasbih (2009), Ketika Cinta Bertasbih 2 (2009), Alangkah Lucunya (Negeri Ini) (2010), Tanah Surga...Katanya (2012).
Prestasi/Awards: Pemenang Piala Citra pada Festival Film Indonesia (FFI) 1986 kategori Best Actor In A Leading Role (Pemeran Utama Pria Terbaik) untuk film Arie Hanggara, Pemenang Piala Citra pada FFI 1987 kategori Best Supporting Actor In A Role (Pemeran Pendukung Pria Terbaik) untuk film Opera Jakarta, Pemenang Piala Citra pada FFI 1987 kategori Best Actor In A Leading Role untuk film Naga Bonar, Pemenang Piala Citra pada FFI 1987 kategori Best Supporting Actor In A Role (Kuberikan Segalanya), Pemenang Piala Vidia Festival Sinetron Indonesia (FSI) 1996 kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik (Vonis Kepagian),  Pemenang Piala Vidia FSI 1999 kategori Pemeran Utama Pria Terbaik (Mat Angin), Pemenang Piala Vidia FSI 1999 kategori Sutradara Terbaik (Mat Angin), Pemenang Piala Citra FFI 2007 kategori Best Actor In A Leading Role (Naga Bonar Jadi 2), Pemilik Production House Demi Gisela Citra Sinema.
 

Komentar: The Next Best Thing adalah Deddy Mizwar. Aktor watak yg tidak perlu dipertanyakan lagi kehandalannya menggeluti dunia akting. Saya sudah 'mengenal' sosok pemeran Naga Bonar ini sejak masih usia belia banget, lewat film-film layar kaca dan layar lebar (Deddy Mizwar sering tampil bersama aktris Lidya Kandouw). Saya sering melihat aktor dahsyat ini lewat film-film seperti Kejarlah Daku Kau Kutangkap, Jangan Bilang Siapa-Siapa, sampai pada sinetron bermutu berjudul Mat Angin (1998). Beliau ini memang merupakan aktor watak jempolan. Lihat saja penampilannya dalam film Arie Hanggara atau Naga Bonar Jadi 2. Belum dalam film-filmnya yg lain. Ia begitu menjiwai setiap peran yg dibawakan.

Selain menggeluti dunia seni peran, penyutradaraan sampai menjadi produser film dan sinetron; Deddy Mizwar merambah ke ranah politik juga. Meskipun banyak yg menyayangkan pilihannya itu (saya pribadi merasa sah-sah saja setiap warga negara Indonesia ingin turut andil dalam upaya-upaya positif dalam memajukan bangsanya. Segalanya kembali lagi pada manusia yg menjalani). Dibanding rekan-rekan seangkatannya, Deddy Mizwar terhitung telat populer. Ia baru menjadi perbincangan hangat setelah tampil dalam film Bukan Impian Semusim (1981). Tapi setelah penampilan tersebut, Deddy Mizwar melesat bak meteor. Ia rajin tampil dalam film-film berkualitas dan menjadi langganan penghargaan Piala Citra. Bahkan pada tahun 1987, ia memenangkan dua Piala Citra sekaligus untuk dua kategori berbeda. Dengan memenangkan total lima Piala Citra, beberapa kali masuk dalam jajaran nominator ditambah dengan jaminan mutu kualitas aktingnya yang tak pernah pudar, Deddy Mizwar dianggap sebagai "Aktor Raksasa" yg disegani di tanah air.

3. BAMBANG IRAWAN


 
Lahir: Sendangkulon, Kendal, 5 Februari 1932
Wafat: Jakarta, 8 Oktober 1979 (47 tahun) 
Karir aktif: 1955-1979
Filmografi: 
Manusia Sutji - 1955
Tjatut - 1956
Tiga Dara
Delapan Pendjuru Angin - 1957
Sengketa
Tiga Buronan
Sedetik Lagi
Tjambuk Api - 1958
Pak Prawiro
Asmara Dara
Tjita-Tjita Ayah - 1959
Serba Salah
Laruik Sandjo - 1960
Pedjuang
Ajam Den Lapeh
Tugas Baru Inspektur Rachman
Nina
Lagu Dan Buku - 1961
Akce Kalimantan
Toha, Pahlawan Bandung Selatan
Anak Perawan Di Sarang Penjamun - 1962
Bermalam Di Solo
Lembah Hijau - 1963
Di Balik Awan
Aku Hanja Bayangan
Djudjur Mudjur
Generasi Baru
Tudjuh Pahlawan
Masa Topan Dan Badai
Di Ambang Fadjar - 1964
Semusim Lalu
Darah Nelajan - 1965
Karma
Tjinta Di Udjung Tahun
Bunga Putih - 1966
Mahkota - 1967
Mutiara Hitam
Matahari Pagi - 1968
Di Balik Pintu Dosa - 1970
Hidup, Tjinta Dan Airmata
Hanya Satu Jalan - 1972
Dosa Di Atas Dosa - 1973
Janda Kembang
Sopir Taksi
Pencopet
Percintaan
Belas Kasih
Perempuan
Tetesan Airmata Ibu - 1974
Ratapan Si Miskin
Ratapan Anak Tiri
Senyum Dan Tangis
Seribu Kenangan - 1975
Hanya Untukmu - 1976
Ganasnya Nafsu
Mustika Ibu
Santara Menumpas Perdagangan Sex - 1977
Selangit Mesra
Akulah Vivian
Cowok Komersil
Dua Pendekar Pembelah Langit
Bung Kecil - 1978
Pembalasan Guna-Guna Istri Muda
Cowok Masa Kini
Ali Topan Detektif Partikelir Turun Ke Jalan - 1979
Komentar: Beralih ke aktor klasik fenomenal yg pernah dimiliki Indonesia & masih terus dikenang sampai sekarang meski ia sudah lama meninggalkan kita semua. Warisannya diteruskan sang istri, Ade Irawan & dua putri cantiknya, Dewi & Ria Irawan. Keluarga Irawan jelas bukan kaleng2, mereka benar2 berbakat & tahu apa yg mereka lakukan, tidak hanya jual tampang2 rupawan saja.


Bambang Irawan juga cukup produktif di masanya, hanya absen pada tahun 1969. Keterlibatan 
Bambang pertama kali dalam film adalah ketika ia jadi pembantu soundman & tampil dalam peran kecil untuk film Manusia Sutji besutan sutradara Alam Surawidjaja di Bali pada 1955. Namanya baru dikenal sebagai pemain film setelah diajak Usmar Ismail membintangi Tiga Dara (1956). Pada tahun 1963 dia bersama Hardjo Muljo mendirikan PT Agora (Arena-Gotong Royong) Film. Bambang Irawan pertama kali menjadi sutradara di film Sopir Taxy (1973).
Btw, kalau diamati, sebutan "cowok" untuk "laki-laki" sudah ada sejak penghujung tahun 1970an yah? Hihihi. Kirain baru di masaku remaja. Udah 2x dijadiin judul film Bambang Irawan.

4. JAJA MIHARJA


Lahir:
Jakarta, 01 Nopember 1944

Profesi selain Aktor: Komedian, Penyanyi, Presenter, Bintang Iklan
Tahun aktif: 1972-sekarang
Film/sinetron, antara lain: Sebatang Kara (1973), Anak Bintang (1974), Kuntilanak (1974), Assoyy... (1977), Akibat Bercinta (1979), Keagungan Tuhan (1980), Kejamnya Ibu Tiri Tak Sekejam Ibukota (1981), Manusia 6.000.000 Dolar (1981), Untuk Sebuah Nama (1985), Memble Tapi Kece (1986), Bendi Keramat (1988), Bunga Desa (1988), Rindu Kami PadaMU (2004), Naga Bonar Jadi 2 (2007), Get Married (2007), Wakil Rakyat (2009), Get Married 2 (2009), The God Babe (2010), Mafia Insyaf (2010), Get Married 3 (2011), Test Pack (2012), Get M4rried (2013).
Komentar: Aktor serba bisa yg ini terhitung cukup produktif dibanding rekan-rekan seangkatannya. Penampilannya di setiap film/sinetron sangat natural dan menghibur penonton, termasuk saya. Meski pernah menyaksikan film-film lawas yg dibintanginya, saya baru mulai ngikutin karya-karyanya sejak melihatnya di kuis musik yg ditayangkan sebuah stasiun televisi swasta pada akhir tahun 1990an (kalau nggak salah, belum meneliti lebih jauh tentang informasi ini). Lewat kuis ini sebutan "Apaan Tuh?" yg nggak pernah absen dari penampilan Jaja Miharja sambil menutup sebelah matanya menjadi slogannya yg melekat sampai sekarang.

Keterangan foto 2: Jaja Miharja dengan gayanya yang terkenal (menutup sebelah mata sambil meneriakkan "Apaan Tuh?").

Selanjutnya yg paling mencuri perhatian terutama dari segi performa aktingnya adalah saat tampil bersama aktris/penyanyi Camelia Malik dan Viona Rosalina pada sebuah sinetron yg ditayangkan SCTV (saya belum berhasil menemukan judul sinetron yg sempat menjadi tontonan kesukaan saya dan Mama saya di awal tahun 2000an itu), juga pada sinetron Mandragade, beradu akting dengan (tentu saja) Mandra, komedian asal Betawi lainnya. Tak diragukan lagi, gaya akting kocak dan nyablak ala komedian veteran ini memberi warna tersendiri dalam dunia perfilman Indonesia kita. Sehat-sehat terus yee, Bang Jaja.

 5. ZAINAL ABIDIN

Lahir:
Batavia, Hindia Belanda, 28 Agustus 1928

Wafat: Jakarta, 07 Januari 2000
Profesi selain AKtor: Sutradara
Tahun aktif: 1954-1994
Film, antara lain: Malu-Malu Kutjing, Djubah Hitam, Putri Dari Medan (1954), Habis Manis Sepah Dibuang, Setulus Hatiku, Bapak Bersalah, Gara-Gara Mobil Baru (1955), Sri Kustina (1956), Tandjung Katung, Air Mata Ibu, Karlina Marlina (1956), Sesudah Subuh (1958), Sekedjap Mata, Holokuba (1959), Sepiring Nasi (1960), Djumpa Di Perdjalanan, Di Lereng Gunung Kawi (1961), A Sing Sing So, Daerah Tak Bertuan (1962), Unggul Kasih Di Musim Kemarau, Kunanti Djawabmu, Impian Bukit Harapan (1964), Derita Ibu (1971), Bung Kecil, Roda-Roda Gila (1978), Gadis Kampus, Si Pincang, Juwita (1979), Sekuntum Duri, Nostalgia Di SMA, Nakalnya Anak-Anak, Sejoli Cinta Bintang Remaja, Di Sini Cinta Pertamakali Bersemi, Bunga-Bunga SMA, Gadis Penakluk, Senyum Untuk Mama (1980), Jangan Ambil Nyawaku, Putri Seorang Jendral, Bukan Impian Semusim (1981), Damarwulan-Minakjinggo (1982), Kupu-Kupu Putih, Gadis Telepon, Sunan Kalijaga (1983), Pelangi Di Balik Awan, Danger-Keine Zeit Zum Sterben, Kabut Perkawinan, Kinanti (1984), Idola Remaja, Arie Hanggara, Sunan Kalijaga Dan Syech Siti Jenar, Madu Dan Racun, Gejolak Kawula Muda (1985), Pengantin Baru (1986), Dendam Membara, Pernikahan Berdarah, Penginapan Bu Broto, Cintaku Di Rumah Susun (1987), Dorce Sok Akrab, Rio Sang Juara, Kanan-Kiri OK, Kanan-Kiri OK II (1989), Kanan-Kiri OK III, Gampang-Gampang Susah, Rebo Dan Robby, Lupus IV (1990), Nada Dan Dakwah, Zig Zag, Pengantin Remaja, Ketika Senyummu Hadir (1991), Nuansa Gadis Suci (1992), Angel Of Fury (1993), Setetes Noda Manis (1994).
Prestasi/Awards: Nominasi untuk tujuh Piala Citra, termasuk empat untuk kategori Best Actor In A Leading Role dan tiga untuk kategori Best Supporting Actor In A Role (Pemeran Pendukung Pria Terbaik), Pemenang satu Piala Citra 1981 untuk kategori Best Supporting Actor In A Role (Usia 18) dan Pemenang Piala Festival Film Indonesia 1982 untuk kategori Best Actor In A Leading Role (Putri Seorang Jendral).

Komentar: Pertama yg ingin saya sampaikan, dalam kelompok 10 pertama ini, Zainal Abidin adalah aktor tertua dan paling lama berkarya di dunia perfilman Indonesia. Beliau sudah bermain film jauh sebelum ibu saya lahir. Kedua, berkunang-kunang mata saya setelah kelar mengetikkan daftar film Zainal Abidin. Hehehe... Dan itupun tidak dituliskan semuanya lho. Benar-benar aktor rajin yg sangat produktif di jamannya. Rata-rata sejak tahun 1979 hingga tahun 1991, ia menyelesaikan minimal lima produksi film setiap tahunnya! Bahkan untuk tahun 1980 saja, total film yg dibintanginya muncul sebanyak 17 film! Patut diacungi jempol. Hingga akhir hayatnya, Wikipedia mencatat ia telah merampungkan lebih dari 150 judul film, belum termasuk beberapa serial televisi pada awal tahun 1990-an. Zainal Abidin juga sempat menyutradarai sebuah serial televisi berjudul Maunya Macam-Macam (1996). Tak mengherankan bila Zainal Abidin mendapat sebutan sebagai salah satu Bapak Perfilman Indonesia. This one is one hell of an actor. Sayang saat meninggal nya saya tidak tahu, padahal saya suka bikin kliping tokoh-tokoh terkenal dari mana saja, terutama Indonesia tentunya. Andai punya klipingnya, mungkin bisa saya scan dan pajang di sini. Dari majalah/tabloid mesti rame kan foto-fotonya (28 Desember 2013). Sayang sekali...
Alfaatihah untuk Zainal Abidin.

6. MATHIAS MUCHUS


Lahir:
Pagar Alam, Sumatera Selatan, 15 Pebruari 1957

Istri: Mira Lesmana 
Almamater: Institut Kesenian Jakarta (IKJ)
Profesi selain AKtor: Sutradara
Tahun aktif: 1982-sekarang
Film/sinetron/serial televisi, antara lain: Perkawinan 83, Roro Mendut (1982), Satria Bergitar (1984), Losmen (serial TV)(1986), Johny Indo (1987), Wanita (1990), Petualangan Sherina (2000), Petualangan 100 Jam (2004), Denias, Senandung Di Atas Awan (2006), Summer Breeze, Laskar Pelangi (2008), Queen Bee, Sang Pemimpi (2009), Tendangan Dari Langit, Pengejar Angin (2011), Gending Sriwijaya, Hari Ini Pasti Menang, Tak Sempurna, Soekarno : Indonesia Merdeka (2013), The Raid 2 (2014), Laskar Pelangi 2 - Edensor (2014).
Prestasi/Awards: Pemenang Piala Festival Film Indonesia (FFI) 1988 untuk kategori Best Actor In A Leading Role (Istana Kecantikan), Nominasi Aktor Terbaik FFI 1986 (Beri Aku Waktu), Nominasi Aktor Terbaik FFI 1991 (Cintaku Di Way Kambas), Nominasi Aktor Terbaik Piala Vidia 2004 (Taxi Blues), Nominasi Aktor Terbaik Piala Vidia 2006 (Ayahku Astuti), Nominasi Aktor Pendukung Terbaik FFI 2006 (Denias), Aktor Terpuji (sinetron) Festival Film Bandung 2007, Nominasi Aktor Terbaik Indonesian Movie Award 2010 (Queen Bee), Pemenang Piala FFI 2011 untuk kategori Aktor Pendukung Terbaik 2011 (Pengejar Angin).


Komentar: Mathias Muchus adalah aktor yg sudah malang-melintang lamaaa sekali di dunia perfilman tanah air, setidaknya selama tiga dekade. Dari saya masih piyik-piyik bangeeet, dia sudah main sandiwara dan film. Aktor penuh dedikasi yg cukup selektif dalam pemilihan peran. Kepiawaiannya mengolah emosi dalam setiap peran yg dimainkannya mendapatkan penghargaan tertinggi dari insan perfilman Indonesia melalui Festival Film Indonesia (FFI) 1988 lewat film Istana Kecantikan.
Kemunculan Mathias Muchus yg pertamakali 'mencuri' perhatian penonton mungkin adalah melalui peran Tarjo dalam serial TV populer yang ditayangkan TVRI pada awal tahun 1980-an : Losmen. Bersama Mike Wijaya, Mang Udel, E'eng Saptahadi, Dewi Yull dan Ida Leman; Mathias Muchus turut memperkuat salah satu serial yg sangat digemari di masanya tersebut, bersanding dengan serial televisi favorit lainnya seperti Rumah Masa Depan dan Aku Cinta Indonesia. Keterlibatannya dalam Losmen merupakan hasil rekomendasi salah seorang dosennya di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Tatiek Maliyati yg melihat bakat akting Mathias Muchus. Kala itu, Tatiek Maliyati yang juga merupakan istri dari sutradara Losmen (Wahyu Sihombing) ini kebetulan juga adalah Penulis Skenario Losmen. Setelah perfilman Indonesia colaps menjelang pertengahan tahun 1990-an, kita menjadi jarang melihat penampilan Mathias Muchus, sampai akhirnya ia muncul dalam sinetron Masih Ada Kapal Ke Padang dan Takdir (yg menurut saya nge-boost mutu karena kehadirannya). Boleh jadi suami sutradara kenamaan Mira Lesmana ini masih akan terus meramaikan kancah perfilman Indonesia, setidaknya hingga dua dekade ke depan.

7. KAHARUDDIN SYAH


Lahir:
Tebing Tinggi-Deli, Sumatera Utara, 03 April 1942

Wafat: Jakarta, 12 Maret 2012 
Pendidikan: Sekolah Menengah Kehakiman Atas (lulus tahun 1961) dan Akademi Hukum Militer
Profesi selain Aktor: Wiraswasta
Profesi sebelumnya: Prajurit TNI-AL (Purnawirawan)
Tahun aktif sebagai Aktor: 1975-2010
Film/sinetron, antara lain: Janji Sarinah (1976), Secerah Senyum, Letnan Harahap (1977), Bung Kecil (1978), Guruku Cantik Sekali, Janur Kuning, Mencari Cinta, Puspa Indah Di Taman Hati (1979), Busana Dalam Mimpi, Kembang Padang Kelabu, Selamat Tinggal Duka (1980), Bunga Cinta Kasih, Dalam Kabut Dan Badai, Fajar Yang Kelabu, Lembah Duka (1981), Neraca Kasih (1982), Asmara Di Balik Batu (1984), Komando Samber Nyawa (1985), Perisai Kasih Yang Terkoyak, Naga Bonar, Segitiga Emas (1986), Catatan Si Boy, Gema Hati Bernyanyi, Tatkala Mimpi Berakhir (1987), Adikku Kekasihku, Sesaat Dalam Pelukan (1989), Benang Emas (1994), Mutiara Cinta (1995), Senja Makin Merah (1996), Perjalanan (1997), Ruang, Dunia Mereka (2006), Dalam Mihrab Cinta (2010).
Prestasi/Award : Pemenang Piala Festival Film Indonesia 1977 untuk kategori Best Actor In A Leading Role (Letnan Harahap).


Komentar: Aktor di nomer urut ke-7 ini boleh dibilang istimewa karena beliau juga merupakan Purnawirawan TNI-AL (1961-1990) dengan pangkat terakhir sebagai Kapten. Publik Indonesia mungkin paling mengingat Kaharuddin Syah melalui film Letnan Harahap arahan Sophan Sophiaan dan film Janur Kuning, beradu akting bersama Deddy Sutomo dan Dicky Zulkarnaen. Khusus untuk aktingnya yg menawan dalam film Letnan Harahap, FFI 1978 mengganjarnya penghargaan sebagai
Pemeran Utama Pria Terbaik. Awal mula keterlibatannya dalam dunia akting sebenarnya tanpa disengaja. 
Karena mempunyai hubungan saudara dengan produser film A. Ganie Rachman, ia kerap berkunjung ke lokasi syuting untuk melihat-lihat jalannya proses syuting sebelum akhirnya mencoba peruntungan, Kaharuddin Syah mulai tampil sebagai figuran, diantaranya dalam film Kehormatan (1974), Senyum Dan Tangis (1974), Janji Sarinah (1976), Dokter Firdaus (1976), Cowok Komersil (1977), Kekasih (1977). Saat masih menempuh kuliah di Akademi Hukum Militer, Kaharuddin Syah diberi kepercayaan oleh Sophan Sophiaan untuk menjadi pemeran utama film Letnan Harahap. Not bad untuk seorang Purnawirawan TNI.
Saat riset dan ngumpulin data, sempat mellow diriku berurai airmata krn baru tahu aktor veteran ini ternyata sudah berpulang ke Rahmatullah pada Maret 2012 (usianya hanya setahun lebih tua dari papa saya). Sekali lagi, menyayangkan ketidaktahuan sehingga tidak mengikuti dan mengumpulkan berita tentang beliau. Masih terngiang jelas suara beliau ini dalam film-film maupun sinetron yg dibintanginya. 
Kembali ke topik, keluarga dan teman-teman dekat Kaharuddin Syah mengenang beliau sebagai sosok yg punya disiplin tinggi sekaligus pribadi yg ramah dan hangat. Saat sakit, Kaharuddin Syah sempat dirawat di RSP Pertamina dan setelah wafat, beliau dimakamkan secara militer. Kita hanya bisa mengenang dan mengirimkan do'a buat salah satu legenda perfilman Indonesia ini, semoga diterima semua amal ibadahnya dan diampuni segala dosa dan khilaf. Dan semoga sumbangsih beliau baik di dunia militer maupun di dunia seni peran, jadi sumber inspirasi karya dan perilaku generasi penerus, Aamiin. Al-Faatihah. 
Selamat jalan, Letnan Harahap. Semoga mendapat tempat mulia di sisi Allah SWT.

8. ROBERT SYARIF

Lahir: Hindia Belanda, 10 Januari 1937
Wafat: Bandung, 12 Januari 2006
Profesi sebelumnya: Polisi
Tahun aktif sebagai Aktor: 1969-2006
Film/sinetron/serial televisi, antara lain: Gadis Marathon (1981), Kenikmatan (1984), Naga Bonar, Kasmaran (1987), Catatan Si Boy II, Tjoet Nja' Dhien (1988), Catatan Si Boy IV, Isabella, Ikut-Ikutan (1990), Bukan Main, Akal-Akalan (1991), Masuk Kena-Keluar Kena (1992), Tahu Beres (1993), Jalan Membara (serial televisi)(1994), Saat Aku Mencintaimu (serial televisi)(1997), Nyai Dasimah (serial televisi, tahun belum ditemukan), Putri Duyung (serial televisi)(2001).
Komentar: Masih ingat betul, tahun 1993, orangtua ngajak saya dan adik-adik berlibur keliling Jakarta dan Jawa. Kami diajak silaturrahim ke rumah teman-teman lama keluarga dan saudara-saudara orangtua kami yg berdomisili di Jakarta dan Jawa. Nah, saat berkunjung ke rumah salah satu sepupu Papa di Jakarta (Cilandak tepatnya), kebetulan keluarga besar mereka sedang berkumpul di ruang keluarga. Kami diajak ngobrol sambil nonton acara Talkshow Ebet Kadarusman yg saat itu menampilkan bintang tamu aktor Robert Syarif. Saya ingat kalimat paman ke Papa, "Si Robert Syarif ini unik betul, Ram. Dia bisa jadi orang Arab, bisa juga berperan jadi orang bule'. Polisi lho ini." Seiring berjalannya waktu, saya ikut mengamini. Beliau ternyata piawai memainkan peran-peran komedi, antagonis dan protagonis dengan sama baiknya.
Ya, kalau tadi ada aktor Indonesia dari TNI-AL, kali ini di nomer urut 8 purnawirawan POLRI, tepatnya dari kesatuan Brigade Mobil (Brimob). Saat masih aktif di dunia kepolisian, Robert Syarif sering tampil bermain drama untuk acara-acara internal. Di kalangan militer dan kepolisian, dunia kesenian memang dilestarikan secara turun-temurun, mungkin untuk menjaga jiwa seni dalam diri mereka. Mungkin jadi semacam penyeimbang dunia mereka yg penuh dengan kedisiplinan dan rutinitas serba teratur. Entahlah, yg pasti, cukup banyak seniman tanah air yg profesi awalnya adalah sebagai anggota TNI/POLRI lho. Kaharuddin Syah dan Robert Syarif contohnya, atau sederet seniman pendukung grup lawak Srimulat yg kebanyakan berprofesi awal sebagai prajurit KKO.
Kebiasaan sering tampil tersebut membuat aktor indo Belanda ini mulai sering menerima tawaran berakting di luar institusi saat memiliki waktu luang dan makin produktif setelah beliau pensiun. Penampilannya yg paling berkesan buat saya mungkin adalah dalam miniseri Nyai Dasimah, beradu akting dengan aktris Mody Wihelmina.
Robert Syarif wafat pada usia 69 tahun dan dimakamkan di Jakarta dengan iringan defile dari Brimob POLRI.

9.BENYAMIN SUEB


Lahir:
Kemayoran, Batavia, 05 Maret 1939

Wafat: 05 September 1995 
Cause of death: Serangan Jantung
Pendidikan: SMA Taman Siswa Kemayoran  
Istri: Noni 
Pekerjaan selain Aktor: Komedian, Penyanyi, Produser, Sutradara, Bintang Iklan
Tahun aktif: 1970-1995
Film/sinetron/serial televisi, antara lain: Banteng Betawi (1970), Si Doel Anak Betawi, Intan Berduri, Bing Slamet Setan Djalanan, Benyamin Biang Kerok (1972), Benyamin Brengsek, Akhir Sebuah Impian (1973), Tarsan Kota, Benyamin Spion 025, Benyamin Si Abunawas (1974), Benyamin Koboi Ngungsi (1975), Pinangan, Si Pitung Beraksi Kembali, Si Doel Anak Modern, Benyamin Jatuh Cinta, Hippies Lokal (1976), Sorga, Selangit Mesra (1977), Si Doel Anak Sekolahan (serial televisi)(1995).
Prestasi/Awards: Piala Citra untuk performanya dalam film Intan Berduri (1973), Piala Citra untuk performanya dalam film Si Doel Anak Modern (1977), Penghargaan Istimewa dari Komite Festival Sinetron Indonesia atas kontribusinya dalam memajukan dunia opera sabun di Indonesia (1995), Pemilik Bens Radio 106,2 FM.
Ciri khas: Dialek Betawinya yg kental.

Benyamin S. dalam serial televisi Si Doel Anak Sekolahan bersama Aminah Cendrakasih, Rano Karno, Suti Karno dan Mandra

Komentar: "Muke lu jauh!" atau "King Kong lu lawan!" Hehehe. Harus diakui, sesekali suka kangeeen sama babe satu ini. Benyamin memang nggak ada duanyeee! 
Rada lumayan nih nyari foto legenda multi talent asal Betawi ini. Banyak pilihan fotonya, mungkin karena profesinya yg mencakup nyaris semua lini dalam dunia kesenian. Di Indonesia, ironisnya, ketenaran seorang public figure dapat diukur melalui banyaknya publikasi dan mudahnya kita menemukan foto diri mereka. Khusus untuk Benyamin Sueb, hal tersebut berlaku sama benarnya dengan kenyataan bahwa hanya beliaulah satu-satunya aktor dan seniman yg paling banyak digunakan namanya sebagai judul film. Luar biasa deh seniman veteran kita ini. Saingannya hanya Ateng kali'.
Seperti halnya Jaja Miharja, pembawaannya yg ceria dan nyablak bisa dipastikan selalu meramaikan suasana dan bahkan kerap menjadi nilai jual tersendiri dari film maupun sinetron dan serial televisi yg dibintanginya. Pada periode tahun 1970an, Benyamin sering tampil bersama aktris sekaligus penyanyi Ida Royani, baik dalam film maupun duet dalam kebanyakan lagu-lagu mereka. Benyamin juga pernah mendirikan rumah produksi bernama Jiung Film yg sempat menelurkan film-film sukses seperti Musuh Bebuyutan (1974), Benyamin Koboi Ngungsi dan Hippies Lokal. Pada tahun 1980, setelah menyelesaikan film Betty Bencong Slebor, Benyamin yg bertindak sebagai pemilik dan produser memutuskan untuk menutup perusahaannya dikarenakan biaya revenue lebih sedikit ketimbang biaya produksi.
Dalam proses pencarian data dan informasi, saya menemukan tulisan lucu (entah untuk keperluan pembuatan kaos atau apa gitu ya), ingin deh saya abadikan di sini. Begini isi tulisannya :
"Seorang yg gagal menjadi pilot.....
Ayahnya wafat ketika ia baru berusia 2 tahun.....
Ia hidup susah sejak kecil, tapi ia tidak menyerah.....
Periang, pemberani, kocak, pintar dan disiplin.....
Kreatif, jenius, multi talenta.....
Mengamen sejak kecil 'tuk biaya hidup.....
Jadi pedagang roti dorong.....
Pernah jadi kernet bis PPD.....
Seniman sejati.....
Puluhan album, ratusan karya.....
Berprestasi, namun tetap rendah hati.....
Pemerhati kehidupan sosial.....
Now, do you mind if i call him A LEGEND???
Gaya lokal tapi wawasan global....."

Pengakuan "Legenda" itu tidak perlu diragukan lagi. Menurut Wikipedia, Benyamin Sueb yang akrab disapa Benyamin S. atau Bang Ben ini total tampil dalam 53 film sepanjang karir perfilmannya, baik sebagai pemain pendukung maupun sebagai pemeran utama. Ketika Benyamin Sueb wafat secara tiba-tiba karena serangan jantung setelah bermain sepakbola, banyak masyarakat Indonesia yg merasa sangat kehilangan. Gimana nggak kehilangan? Saat Benyamin wafat, serial televisi Si Doel Anak Sekolahan di mana ia berperan sebagai "Babe" sedang ngetop-ngetopnya dan masih dalam masa penayangan di sebuah stasiun televisi swasta. Pihak rumah produksi beserta jajarannya bahkan harus mengubah sebagian besar alur cerita karena kehilangan salah satu tokoh sentral dalam serial tersebut. Aktor dan penyanyi Rano Karno tak terkecuali. Ia yg memerankan anak Benyamin tampak sangat terpukul ketika melayat ke rumah duka. Al-Faatihah. Semoga sudah tenang di sisi Allah SWT ya Be, Aamiin.

10. TINO KARNO


Nama lengkap: Sartino Karnoe
Lahir: Jakarta, 9 Februari 1959
Wafat: 3 Januari 2001
Filmografi:
Komentar: Tahun 2001 kita banyak ditinggal pesohor2 potensial, beberapa sedang berada di puncak karir. Ajal siapa yg bisa menolak ya? Saya ingat terakhir lihat penampilan Tino Karno dalam acara masak-memasak di televisi (lupa persisnya acara masak-memasaknya siapa), dia hadir sebagai bintang tamu. Nampak segar bugar, maka saya kaget banget waktu dengar kabar meninggalnya tidak lama setelah acara itu.




---000---

Kelar kelompok pertama. Setelah dibaca kembali, baru nyadar kalau ternyata, selain Mathias Muchus yg klimis tanpa kumis, kesembilan aktor pilihan saya, semuanya kumisan! 🤔😆 
Beneran nggak disengaja lho. Baru sadar waktu mau nulis "ciri-ciri fisik", lho kok semuanya berkumis? Jadi batal deh. Disebutkan sekali aja di akhir tulisan ini, supaya tidak perlu ngetik "Berkumis" sebanyak sembilan kali. Duh, pake penjelasan. LOL.

Terimakasih sudah membaca. Tabik. Wassalam.


Sumber berita dan foto : Tabloid Nova, Detik Foto, Kapanlagi.com, Cinema 21, Wikipedia.org. 




  













Komentar

  1. koreksi untuk profil om rudi salam, harusnya sinetron Cinta bukan pernikahan dini. Kalau cinta memang dibintangi desi, primus dan arik. Kalau pernikahan dini agnes dan sahrul. tapi seingat saya om rudi memang main di keduanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih, Sutono Suto atas koreksinya. Iya, bener. Sinetron Om Rudi Salam yang saya maksud judulnya "Cinta". Terimakasih juga sudah berkunjung membaca tulisan ini :-)

      Hapus
  2. ^_^.. kok Rano Karno Tidak Masuk ya.. kalau menurut saya layak di sebut legend juga..karena dari segi acting,,dan penjiwaaan sangat baik...rano karno sdh bermain film sejak thn 60an.... ..thx

    BalasHapus
  3. koreksi., Robert Syarif di penghujung usianya lebih dikenal sebagai 'Om Sondakh' putri duyung sinetron., dan juga "Om Jin Mustapha" di jin dan jun

    BalasHapus

Posting Komentar