AN INTRO

                                                                                                         Pebruari 2011

AN INTRO

Assalamu 'alaikum wr wb
Good day ... 
Hi, ini post pertama saya untuk blog film ini. Alasan bikin blog? Iseng, soalnya hobi nulis. Sudah lama teman dan sodara yg tahu saya suka bikin puisi dan nulis buku harian nyaranin bikin novel lah, coba antologi puisi lah, tapi kok muluk banget ya, sampe takut sendiri dengan ide itu. Orang-orang yg sayang sama saya ini memang kepedean amat, sayanya yg nggak pede. Hehehe. Kemudian seorang teman di Jawa menyarankan "Nulis dong di blog." Dia juga yg ngasih sedikit cerita pengantar seputar blogger. Katanya sayang kalau hobi nulis saya hanya berhenti di buku harian yg mungkin hanya akan dibaca anak cucu setelah saya nggak ada dan kecil kemungkinan akan dipublikasikan kalau semasa hidup saja saya nggak pernah menulis, nggak pernah menerbitkan sesuatu.

"Katanya pengen jadi penulis? Ya nulis sesuatu yg bisa dibaca orang banyak dong. Tentang apa saja yg dirimu suka, yg penting harus dimulai!", begitu selalu kalimatnya. Saya pikir masuk akal lah, bikin blog itu ide paling pas saat ini. Gratis juga. Maka Bismillah blog ini saya buat. Dan karena isinya setidaknya harus tentang sesuatu yg disuka dan dikuasai, saya pikir membuat blog tentang dunia film, seni peran dan para pelaku di dalamnya yg paling pas buat saya. Tema yg bisa membuat saya pede berbagi cerita.

Sedikit cerita pengantar.
Dari kecil saya penggemar segala sesuatu yg berbau seni. Seni peran, nyanyi, nari, lukis, semua saya suka, tapi tidak diseriusi. Sekedar bisa dikit-dikit atau bahkan sebatas suka saja... *Is this suits the catchphrase "Jack of All Trades"? I don't know. Am not sure either...* Well, gitu deh. Mixed semua deh, kecuali seni patung aja kali' nggak minat.

Di tingkat amatiran sih saya pernah terlibat dalam beberapa di antaranya, seperti nyanyi (vocal group & paduan suara) dan menari (tari tradisional maupun modern), bahkan ikut kegiatan pagelaran seni dan tari, ikut nari dimana-mana. Pun pernah menang disko waktu zaman euforia lomba-lombanya masih berjaya dulu. Menggambar juga mayan lho (nilai pelajaran Kesenian di sekolah selalu bertengger di angka 9. Maap yah, muji diri sendiri...), senang menulis dan hobi motret. Yang terakhir itu sering ikut lomba-lomba juga sih, Alhamdulillah nggak pernah menang. Hihihi. Tapi sebenarnya kemenangan bukan sesuatu yg membuat saya merasa harus berjuang moto sana-sini, pengalamannya saat ngambil foto obyek itu yg luar biasa. Itu yg nggak tergantikan bagi saya.

Untuk mendapatkan foto-foto unik dan natural, saya pernah bangun jam 4 pagi dan meninggalkan kos di Yogya setelah sholat Subuh untuk goncengan motor bersama teman ke jalan menuju luar kota demi mendapatkan gambar para petani yg berbondong-bondong menuju sawah dengan caping di kepala atau derit roda sepeda yg dikayuh oleh kaki-kaki kurus mereka dengan sinar mentari pagi yg mulai muncul atau ketika kami ingin memotret badan pesawat dari sudut langka dan harus diskusi beberapa menit untuk mendapatkan angle yg pas sesuai maksud.

Pengalaman-pengalaman semacam itulah yg paling berkesan. Kebetulan saya senang memotret objek, bukan moto diri sendiri. Kenapa? Di samping saya tidak merasa cantik seperti model yg hobi fota-foto melulu, rasanya banyak pemandangan jauh lebih indah yg bisa dan memang lebih perlu diabadikan ketimbang wajah. Wajah saya mah gini-gini aja. Tapi kembali lagi, seiring berjalannya waktu, saya ternyata lebih menikmati dunia tulis-menulis dan banyak mengikuti perkembangan dunia seni peran, khususnya film.

Di masa kecil saya tahun 1980an, stasiun TV yg ada di Indonesia hanya TVRI. Kala itu, TVRI banyak menayangkan serial dari luar negeri dan tayangan-tayangan bermutu dalam negeri yg entah mengapa, menurut saya justru lebih 'berisi' ketimbang sinetron-sinetron dewasa ini yg terkesan asal jadi saja. Serial TV dari luar negeri yg rajin saya ikuti di masa kanak-kanak dulu antara lain Charlie's Angels (Farah Fawcett, Jacklyn Smith & Kate Jackson), Knightrider (David Hasselhoff), Mission Impossible Classic (Peter Graves, Barbara Bain, Greg Morris, Peter Lupus, Martin Landau, Leonard Nimoy, Lynda Day George, Steven Hill, Lesley Ann Warren), Remington Steele (Pierce Brosnan, Stephanie Zimbalist ,Doris Roberts) dan The A-Team (George Peppard ,Mr T, Dwight Schultz, Dirk Benedict). Sesekali saya juga melihat Dallas dan The Bold and The Beautiful (asal tidak ada adegan dewasa yg membuat orangtua saya harus meminta anak-anak menutup mata). Saya juga pernah nonton beberapa film perang koleksi orangtua (sayang, saya tidak ingat lagi judulnya) dan film-film thriller yang akhirnya saya sesali di kemudian hari karena adegan-adegan kekerasan di dalamnya terbayang-bayang terus sampai usia SMP saya. Tapi setidaknya tersisa satu film bagus yg masih saya ingat betul judulnya : Sahara (Brooke Shields).

Dari dalam negeri rajin juga nih nonton puluhan fragmen, sandiwara atau film cerita yg tayang nyaris setiap hari seperti misalnya Film Cerita Akhir Pekan, Rumah Masa Depan (Alwi A.S., Deddy Sutomo, S.Bono, Septian Dwi Cahyo, Aminah Cendrakasih, Wolly Sutinah), Losmen (Mang Udel, Mike Widjaya, Ida Leman, Eeng Saptahadi, Dewi Yull) dan A C I (Agyl Syahriar, Dya Ekowati Utomo, Ario Sagiantoro). Well, sebetulnya tontonan yg 'berat' untuk anak-anak seusia saya ketika itu, tapi memang kenyataannya seperti itu. Benar-benar suka sama dunia seni peran, mengagumi mereka yg terlibat di dalamnya, mulai dari aktor/aktrisnya, sutradara, penata rias, sampai pada penulis skenarionya. Yg terakhir ini menurut saya sosok smart penentu dari keseluruhan proyek sebuah film/ sandiwara/ serial, dst selain tim kreatif.

Beberapa film tanah air yg saya sukai adalah film-film yg dibintangi Deddy Mizwar, Lidya Kandouw, Rano Karno, Titiek Puspa, Roy Marten, Yeni Rachman dan Ita Mustafa (Selera tua you'd say? Never mind. I am:-) ) Bahkan ada satu film yg di negeri ini rutin ditayangkan setiap bulan September sejak tahun 1980an hingga jatuhnya sang Pemimpin Rezim Orde Baru pada penghujung tahun 1990an yg rutin pula saya saksikan tak jemu-jemunya sampai saat dihentikan penayangannya. Yak, film Pengkhianatan G 30 S/PKI. Apapun kata orang di luar sana tentang kentalnya rekayasa politik dan sejarah dalam film yg satu ini terkait rezim yg sedang berkuasa saat itu, toh saya sekedar  menjadi penikmat karya seninya saja. Setidaknya tokoh-tokoh militer yg tewas dan selamat dalam peristiwa Sejarah Berdarah itu nyata dan dari situ saya menemukan kecintaan saya pada Tanah Air sendiri. Saya jadi gemar Sejarah dan penikmat biografi tokoh dan pahlawan setelah mengenal film Pengkhianatan G 30 S/ PKI.

Sampai sekarang, saya masih setia jadi penggemar dunia seni peran; bisa berupa drama teatrikal, serial TV atau miniseri TV (kalau bermutu, kenapa tidak?), pentas lawak seperti Srimulat, Patrio dan lain-lain, juga aksi-aksi spontanitas sejenis stand-up comedy hingga film layar lebar. Profil para pemerannya juga tentu tak lepas dari pengamatan saya. Nah, melalui blog ini saya berbagi cerita tentang dunia kegemaran saya yg satu ini. Bisa tentang apa saja. Resensi film, profil pemain/pekerja seni yg terlibat di dalamnya, obituari, daftar aktor/aktris dalam berbagai kategori versi saya, cerita-cerita lucu/unik tentang dunia seni peran dan seterusnya. Kalaupun tak ada yg tertarik, tetap saja menyenangkan bisa berbagi cerita di sini. Setidaknya, saya selalu bisa belajar sesuatu dari nge-blog dan mengasah kemampuan menulis. Kali' aja suatu hari nanti bisa jadi buku.

Sampai disini Intro dari saya. Terimakasih buat yg sudah meluangkan waktunya untuk membaca. Sebagai penutup, saya ingin mengutip kalimat salah seorang motivator spiritual, Bapak Ary Ginanjar Agustian (Pendiri ESQ 165) : "Ambil yg baik, buang yg buruk, ciptakan sesuatu yg baru!"

Wassalam. Good day.

Komentar

Posting Komentar